Chereads / Terperangkap Kebencian Cinta / Chapter 30 - Never Give Up

Chapter 30 - Never Give Up

Arjoona tampak kecewa mendengar seperti apa Claire malah mengusirnya dari rumah. Tapi ia sudah bertekad tak akan menyerah lagi kali ini.

"Apa yang harus aku lakukan agar kamu mau maafin aku? Apa aku harus berlutut dan meminta maaf?" balas Arjoona pada ketusnya Claire mengusirnya pergi.

Chloe dan Venus masih mengintip dan menguping pembicaraan orang tua mereka. Begitu mendengar ibunya Claire mengusir Arjoona keluar, Chloe langsung memegang dadanya. Ia lantas cemberut dan tak ingin membayangkan jika harus kehilangan ayahnya lagi.

"Aku udah bosan dengar kata maaf dari kamu, Joona. Sebaiknya kita akhiri saja pernikahan kita dan selesai!" geram Claire dengan mata berkaca-kaca lalu membuang wajahnya ke arah lain tak ingin melihat Arjoona. Arjoona masih memandang Claire yang begitu kecewa dengannya. Ia paham dan harus banyak bersabar agar Claire mau menerimanya kembali.

"Princess, I came back for you, love. Dan aku hanya ingin bersama kamu dan anak-anak ..."

"Apa kamu memikirkan itu sebelum kamu keluar rumah dan meninggalkan aku?" potong Claire dengan cepat dan masih ketus. Arjoona menundukkan matanya dan terlihat begitu menyesal.

"Kamu egois, Joona. Kamu hanya memikirkan diri kamu sendiri. Entah apa yang sudah kamu lakukan di luar sana, aku gak pernah tahu. Aku menahan semua itu selama ini selama bertahun-tahun, rasanya sangat sakit! Sakit, Joona!" potong Claire menggeram di antara kekesalan dan rasa cintanya yang masih tersisa.

Chloe jadi menggigit bibir bawahnya begitu sedih saat mendengar ibu dan ayahnya tengah bicara di ujung jurang pernikahan mereka. Keduanya sudah tak pernah berkomunikasi selama bertahun-tahun dan selama itu, Chloe melihat seperti apa ibunya menangis sendiri bahkan seperti tanpa alasan. Dan itu semua karena kepergian ayahnya dari rumah.

"Aku gak melakukan apa pun di luar, Sayang. Aku gak berselingkuh dari kamu ..."

"Apa bedanya? Kalau pun kamu selingkuh dan sudah punya orang lain di luar sana, apa bedanya buat aku! Aku sudah seperti seorang istri yang diceraikan oleh suaminya begitu saja!"

"Aku gak pernah ceraikan kamu dan aku gak akan melakukannya!" sahut Arjoona masih menahan suaranya meskipun Claire sudah begitu emosi padanya. Air matanya menetes kembali dengan rahang yang mengeras.

"Claire, Princess ... aku gak punya alasan untuk gak pulang. Aku tahu aku salah, sangat salah. Aku terlalu mementingkan The Seven Wolves dan meninggalkan kamu. Itu membuat aku buta. Aku gak mau membuat kesalahan itu lagi, tolong ... jangan pisahkan aku dari kamu atau dari anak-anak kita ..." pinta Arjoona mulai terdengar sendu.

Chloe dan Venus mulai berpegangan satu sama lain. Mereka begitu terharu dengan keinginan kuat sang ayah yang ingin memperbaiki kesalahan yang ia lakukan di masa lalu. Akan tetapi, Claire masih tak mau menatap Joona dan membuang wajahnya ke samping. Ia masih menahan rasa sakit yang begitu besar di hatinya sembari tak bisa memungkiri jika Arjoona memang hanya akan menjadi satu-satunya pria yang memiliki hatinya.

Arjoona yang melihat istrinya kemudian menekukkan lutut dan harga dirinya sebagai seorang pria. Ia berlutut di depan kaki Claire yang tengah duduk di sofa. Chloe dan Venus sampai terperangah melihat ayahnya bisa melakukan semua itu.

Claire yang menyadari ikut melihat ke arah Arjoona yang tengah berlutut padanya dengan wajah terperangah.

"Aku akan berlutut sampai kamu memberikan aku kesempatan sekali lagi. Aku ingin membuat kamu jatuh cinta lagi ... seperti dulu," lirih Joona menatap Claire dengan lekat. Tak ada yang diucapkan oleh Claire saat menatap Arjoona yang mendekat padanya. Wajah Joona makin ia dekatkan pada lutut Claire yang terlipat dan tersibak dari pakaiannya yang cuma di atas lutut.

Arjoona mencium ujung lutut Claire dan menopangkan lembut dagunya pada lutut itu sambil menatap mata Claire. Ujung jemari Arjoona pun terangkat untuk menyeka sisa air mata di pipi Claire yang ia cintai.

"Aku mencintai kamu, sangat mencintai kamu," bisik Joona pada Claire.

Sikap manis ayahnya membuat Chloe dan Venus jadi makin terharu dan tersenyum. Chloe jadi yakin jika ayahnya tak akan pernah pergi ke mana pun lagi untuk meninggalkan mereka.

Venus lantas mengajak Chloe untuk tak lagi mengintip apa yang terjadi pada orang tua mereka dan berjalan berdua ke arah kamar mereka di lantai atas.

"Aku senang banget Daddy pulang!" ucap Chloe sambil tersenyum pada Kakaknya Venus. Venus ikut tersenyum dan mengangguk mengantarkan adik kecilnya tepat di depan pintu kamarnya.

"Iya, Kakak juga senang banget, Be!" Chloe mengangguk dengan antusias.

"Kakak nginap di sini kan?" Venus mengangguk masih memegang sebelah tangan Chloe. Chloe pun menyengir lebih lebar.

"Aku udah lama gak tidur sama Kakak!" Venus mengangguk lagi ikut menyengir.

"Kamu mandi dulu, biar Kakak siapin makan malam untuk kamu ya?" Chloe pun mengangguk dengan antusias dan segera masuk ke dalam kamarnya. Ia benar-benar sudah melupakan rasa marahnya pada Aldrich gara-gara kebahagiaan yang datang ke rumahnya hari ini.

Usai membersihkan diri, Chloe berjalan riang ke arah dapur dan melihat makan malam sederhana sudah terhidang di sana. Venus membuat Spaghetti kesukaan Chloe yang membuatnya memekik bahagia.

"Daddy sama Mommy?" tanya Chloe begitu duduk di kursinya. Venus berbalik dan menuangkan air minum untuk Chloe sambil tersenyum.

"Jangan ganggu mereka, biarkan mereka bicara!" ucap Venus dengan lembut dan Chloe mengangguk mengerti. Venus ikut makan malam bersama Chloe berdua di atas meja makan kecil di dapur mewah mereka.

"Hhmm ... enak banget. Aku laper!" pekik Chloe begitu riang menghabiskan makan malamnya. Venus ikut tersenyum melihat adiknya.

"Gimana kuliah kamu?" tanya Venus mulai berbasa-basi. Mulut Chloe masih penuh dan tersenyum mengangguk.

"Baik, uhm ... semua lancar kecuali satu hal!" Venus mengernyitkan kening dan sejenak berhenti makan.

"Kenapa?"

"Si berang-berang! Kalau dia gak ada, wah ... dunia ini begitu damai!" jawab Chloe membuat Venus terperangah heran. Siapa lagi itu?

"Si berang-berang?" Chloe mengangguk lagi mengiyakan masih dengan mulut yang dipenuhi lagi oleh pasta. Venus sampai harus mengambil tisu dan sedikit mengelap ujung bibir Chloe yang terkena pasta.

"Itu ... Aldrich Caesar! Ugh ...!" Chloe menggeram seakan jijik padanya. Ia pun meminum airnya dan meneruskan makan sementara Venus mulai tersenyum dan terkikik kecil melihat seperti apa Chloe tidak suka pada Aldrich.

"Tapi dia manis lho, Be. Lihat aja wajahnya yang imut tapi seksi ..." Chloe langsung berpura-pura muntah dan itu makin membuat Venus tertawa. Chloe memang paling anti jika mendengar pujian pada ketampanan Aldrich karena baginya Aldrich adalah pria yang paling jelek di dunia. Dan Chloe sangat membencinya.