Chereads / Terperangkap Kebencian Cinta / Chapter 33 - I Will Never Let You Win

Chapter 33 - I Will Never Let You Win

Usai pengukuhan itu Aldrich kembali mengajar seperti biasanya. Hanya saja sekarang ia sudah menjadi seorang Profesor maka semua mahasiswa akan memanggilnya sedikit berbeda.

Beberapa mahasiswa mulai mengantre untuk menjadi mahasiswa bimbingannya untuk tesis dan tugas akhir nantinya. Hampir semuanya berminat terutama Nadya Adams yang mendaftar paling awal kecuali Chloe Harristian. Tentu saja ia tak akan mau berdekatan dengan si berang-berang imut itu, bukan?

Akan tetapi, tak semua akan mendapatkan kehormatan untuk dibimbing langsung oleh Profesor Caesar. Ia akan memilih hanya lima orang mahasiswa dari puluhan yang mendaftar pada bidang akademik.

Chloe tetap masuk ke dalam kelasnya seperti biasa. Tapi wajahnya langsung berubah kesal menahan cemberut dan marah melihat Aldrich yang bisa dengan gampangnya mengajar seolah ia tak merasa bersalah. Aldrich hanya melihat Chloe sekilas seperti biasanya. Ia tak tertarik sama sekali untuk melihat si Nenek Sihir itu terlalu lama atau ia akan mengutuknya jadi apel busuk.

"Dasar berang-berang! Dia kira dia bisa lolos begitu saja!" geram Chloe bergumam dan menggenggam erat balpoinnya seakan ingin mematahkannya.

"Apa kamu sudah memilih siapa pembimbingmu?" tanya Knight berbisik pada Chloe yang terkesiap menoleh padanya. Chloe cukup kaget karena sebelumnya ia begitu berkonsentrasi memberikan pandangan laser tajam pada Aldrich dan terus merapal agar ia berubah jadi berang-berang.

"Uh, apa?" sahut Chloe cukup kaget.

"Apa kamu sudah memilih dosen pembimbingmu?" Knight kembali mengulang pertanyaannya. Chloe berpikir sejenak sambil memajukan bibir sensualnya yang menarik.

"Hhmm, belum!" jawab Chloe dengan cepat. Knight mengernyitkan kening sambil mengulum senyuman. Chloe benar-benar menggemaskan dengan sikapnya yang seperti itu.

Hampir seluruh di kelas ini mendaftar untuk bimbingan Profesor Caesar, bagaimana denganmu?" tanya Knight lagi sambil sesekali melihat ke arah Aldrich yang masih mengajar di depan kelas. Chloe menggelengkan kepalanya.

"Aku belum tahu, aku belum memutuskan. Yang jelas aku tidak akan mau dibimbing oleh dia!" tunjuk Chloe dengan dagu dan bibirnya yang dimajukan. Knight menoleh ke arah Aldrich di depan kelas dan sedikit tersenyum.

"Kamu benar-benar membenci dia ya?"

"Dia sudah mencuri isi makalahku!" sahut Chloe cepat dan itu membuat Knight sontak terkesiap kaget menoleh padanya.

"Apa maksudmu?" tanyanya masih kaget dan Chloe hendak membuka mulutnya menjelaskan.

"Nona Harristian!" tegur Aldrich memanggil keras nama Chloe yang tertangkap tengah mengobrol di tengah perkuliahan. Chloe spontan berpaling pada Aldrich yang mendekat ke arahnya.

"Jika kamu punya hal lain di luar kelasku, sebaiknya selesaikan sebelum kamu masuk!" tegas Aldrich memandang dengan tajam lalu sedikit melirik pada Knight yang ikut menundukkan pandangannya. Chloe tak menjawab dan hanya menundukkan sedikit pandangan.

"Sekarang tolong berikan penjelasan mengenai gerbang emas Konstatinopel dalam kepercayaan Romawi, Nona Harristian. Aku ingin mendengar pendapatmu!" perintah Aldrich setelah beberapa saat menatap Chloe dengan pandangan yang tak suka seperti biasa.

Chloe sempat melirik pada Knight yang sempat juga melakukan yang sama sebelum menarik napas dan membuka mulutnya.

"Gerbang Emas Konstantinopel adalah sebuah gua rahasia tempat bersembunyi para raja Romawi menunggu panggilan malaikat untuk membangunkan dan merebut kembali Konstatinopel. Orang-orang Turki kemudian membentengi Gerbang Emas itu karena legenda tersebut sebagai tindakan pencegahan terhadap kebangkitan Konstantinus." Chloe memulai penjelasannya sambil menatap Aldrich yang juga melakukan hal yang sama.

"Ketika Tuhan menghendaki Konstantinopel dipulihkan, malaikat akan turun dari surga, membangkitkan Konstantinus, memberinya pedang yang dia gunakan dalam pertempuran terakhir dan Constantine kemudian akan berbaris ke kotanya dan memulihkan kerajaannya yang jatuh, mengusir orang-orang Turki sejauh "Pohon Apel Merah". Menurut legenda, kebangkitan Konstantinus akan digembar-gemborkan dengan auman lembu besar." Chloe mengakhiri penjelasannya. Tak ada anggukan dari Aldrich pertanda bahwa itu benar atau tidak.

"Seperti apa bentuknya?" tanyanya lagi masih dengan sikap ketus.

"Berupa bangunan megah dari marmer kehijauan dalam bentuk lengkungan tiga bentang dengan dekorasi yang dihiasi relief-relief yang menggambarkan Hercules, Prometheus, dan pahlawan lainnya," jawab Chloe datar.

"Di atas gapura kemenangan tersebut tulisan "Haec Ioca Theodosius decorat post fata tyranne. Aura saecta gerit qui portam construit auro "-" Tempat-tempat ini dihiasi Theodosius setelah kekalahan tiran, perhiasan emas penerimaan orang yang membuat gerbang dengan emas," sambung Aldrich melengkapi penjelasan Chloe. Chloe mengulum bibirnya dan mengiyakan pelan.

"Lain kali selesaikan urusanmu di luar kelasku sebelum kamu masuk, Nona Harristian. Karena jika aku bertanya dan kamu tidak bisa menjawab akibat tidak berkonsentrasi, aku lebih suka mengusirmu dan teman bicaramu keluar!" tegur Aldrich lagi memperingatkan Chloe yang hanya bisa diam.

Dia memang salah sudah mengobrol selama pelajaran berlangsung tapi Chloe tak meminta maaf sampai Aldrich berjalan kembali ke tengah kelas dan melanjutkan penjelasannya.

"Maaf ..." bisik Knight dan Chloe hanya tersenyum kecil menggelengkan kepalanya. Chloe kembali membuka catatannya dan menulis beberapa informasi penting yang diucapkan oleh Aldrich kemudian dalam kuliahnya.

Setelah kuliah selesai, Chloe tak membuang waktu. Ia mengikuti Aldrich untuk mengekori ke dalam ruangannya. Aldrich tak menyadarinya sampai Chloe ternyata masuk ke dalam ruangannya dan mengunci pintu. Aldrich mengernyit dan berbalik terkesiap melihat Chloe sudah berada di belakangnya.

"Apa yang kamu lakukan di sini?" hardik Aldrich begitu melihat Chloe. Chloe tak takut sama sekali. Ia langsung memasang sikap menantang dengan melipat kedua lengan di dadanya.

"Aku ingin meminta pertanggung jawabanmu!"

"Apa!" sahut Aldrich mengernyit kaget tak mengerti.

"Kamu sudah mencuri isi makalahku!" balas Chloe tak kalah tinggi. Aldrich berdecap dan mendengus kesal lalu menggelengkan kepalanya.

"Kamu jangan sembarangan menuduh, Nona Harristian ..."

"Kamu menggunakan penjelasan yang aku berikan padamu saat aku membela pendapatku satu minggu lalu!" pekik Chloe mulai tak sabar dan melotot pada Aldrich. Aldrich mulai mengatupkan bibirnya dengan kekesalan yang mulai memuncak di ubun-ubun.

"Penjelasanmu itu tidak ada hubungannya denganku!"

"Oh ya? Tapi kamu menggunakannya sebagai bahan mengajar. Apa kamu tidak punya kemampuan lain mencari bahan kuliah ya sampai harus mengambil milikku!" Aldrich sampai membuka mulutnya tak percaya. Chloe benar-benar cari mati!

"Jangan menghinaku seenaknya, Chloe Harristian. Aku adalah Profesor-mu!" tunjuk Aldrich tak terima.

"Aku tidak akan pernah mau memilihmu menjadi pembimbingku!" sahut Chloe makin sengit. Aldrich sampai memundurkan kepalanya ke belakang.

"Memangnya siapa yang mau menjadi pembimbingmu?" balas Aldrich mengejek.

"Itu tidak penting! Yang terpenting sekarang, aku minta kamu minta kamu bertanggung jawab!" pekik Chloe dengan suara makin tinggi.

"Panggil aku Profesor, Chloe Harristian! Kamu benar-benar tidak punya sopan santun! Apa aku harus menskorsmu agar kamu mengerti posisimu!" tegas Aldrich dengan mata membesar dan rahang mengeras. Chloe berhasil membuatnya jatuh lagi dalam emosi.

"Jika aku tidak punya sopan santun, lalu aku harus memanggilmu apa, Profesor Caesar? Seorang pencuri?" balas Chloe masih terus melotot pada Aldrich. Aldrich mengeraskan rahangnya menatap tajam Chloe.

"Aku bukan pencuri!" geramnya dengan suara rendah.