Pengukuhan gelar Profesor untuk Aldrich Tristan Caesar dilakukan secara resmi dan akademis di Universitas New York tempatnya mengajar. Semua berlangsung begitu membanggakan bagi kedua orang tua Aldrich yang ikut hadir pada acara tersebut. Ares, Brema, Devon dan Jason ikut datang mewakili teman-teman mereka yang lain yang tak bisa hadir.
Jayden Lin dan Tantria Purnama ikut datang menyaksikan pengukuhan Aldrich sebagai Profesor dan juga penghargaan yang ia terima atas pengabdiannya di bidang pendidikan Kebudayaan Romawi.
Usai acara, Aldrich menerima berbagai ucapan selamat dan karangan bunga dari berbagai pihak. Tak lupa ia ikut menghampiri orang tua serta teman-temannya yang sudah hadir untuknya.
Rei juga ikut mengirimkan hadiah dan buket bunga untuk Aldrich atas hari besarnya. Semua merayakan kecuali Chloe Harristian yang tengah menunggu waktu yang tepat untuk membalas Aldrich kembali. Ia tak ingin merusak momen dengan melabrak langsung namun angin tornado itu tengah menyusun kekuatan barunya.
Beberapa hari kemudian, Aldrich datang ke Skylar Labels untuk berkumpul bersama teman-temannya sekaligus untuk bertemu dengan Rei. Jupiter baru saja melepaskan gosip tentang pernikahan palsu Rei dengan seorang gadis bernama Jewel Belgenza untuk meredam gosip pria gay yang menghantui hidup Rei sekarang.
Kebetulan Ares dan Jupiter juga ikut datang untuk mengobrol dengan Rei. Rei pun mengajak ketiga sahabatnya untuk duduk di sebuah taman di salah satu sudut bangunan Skylar. Rei masih mencari gadis yang telah tak sengaja tidur dengannya saat ia masih di Boston. Itu sebabnya mengapa Ares masih membahas hal yang sama karena semuanya masih berhubungan dengan apa yang dilakukan oleh Aldrich.
"Tidak ada yang tahu siapa nama gadis itu. Sedangkan ada satu gadis yang lolos masuk ke booth camp memang berasal dari Crawford. Hanya kita belum bisa bertanya apa-apa, dia masih di karantina," ujar Ares memberi laporan pada kelompoknya. Jupiter, Aldrich dan Rei mendengarkan Ares dengan baik.
"Aku sudah mengirimkan salinan surat perjanjian pra pernikahan milik Rei padamu, Ares," sahut Aldrich menoleh pada sahabatnya itu.
"Terima kasih, Profesor dan selamat atas pengukuhanmu," Aldrich tersenyum dan mengangguk.
"Lalu sekarang bagaimana?" tanya Rei lagi.
"Bersabar," jawab Aldrich singkat. Jupiter dan Ares tak menjawab selain hanya tersenyum.
"Aku ke kantor polisi kemarin dan bertemu Andy. Dia menyatakan perang." Ares tiba-tiba bicara setelah beberapa saat terdiam. Aldrich, Jupiter dan Rei ikut melihat Ares yang sedikit menunduk lalu tersenyum meminum kopinya.
"Apa yang kamu harapkan? Dia akan kembali pada kita?" gumam Aldrich bertanya dengan nada kecewa. Rei hanya bisa diam saja dan menarik napasnya.
"Apa aku perlu bertemu dia? Mungkin ... aku bisa bicara dengannya?" Jupiter tersenyum mendengar pertanyaan Rei.
"Rei, dia bukan lagi Andy, si pianis manis yang kita kenal. Jika dia bisa mengancam Ares, dia bisa juga membunuhmu. Dia punya alasan untuk itu. Itu sebabnya mengapa ia menyakiti Chloe dulu," ujar Jupiter dengan nada miris. Aldrich masih terdiam dengan pikiran menerawang.
"Syukurlah, Om Jay membubarkan The Seven Wolves," gumam Rei menundukkan kepalanya.
"Jangan senang dulu, mereka masih menyembunyikan daftar itu. Jangan lupa jika kita masih bisa diincar," ucap Aldrich sambil melipat kakinya lalu menaikkan pandangan ke depan. Venus Harristian terlihat keluar dari jalan samping bangunan Skylar diikuti oleh seorang pria berjas rapi yang belakangan menjadi pengawal pribadinya.
Venus terlihat tersenyum pada pengawal yang membukakan pintu mobil untuknya. Pria itu lalu menutup pintu dan memberikan kode pada mobil pengawal di belakang untuk bersiap dan berjalan terlebih dahulu. Setelah itu, pria itu ikut masuk ke dalam mobil tersebut.
"Apa kabar Venus?" gumam Aldrich memandang mobil yang sedang berjalan melewati jalan di samping taman tempat Rei dan teman-temannya tengah berkumpul. Rei dan yang lainnya ikut melihat termasuk Jupiter yang duduk di sebelah Aldrich.
"Kamu masih menyukai Venus ya?" tanya Jupiter iseng. Matanya lalu melirik pada Rei yang sedikit menaikkan alisnya sambil mengambil gelas kopi dan menyesapnya perlahan. Aldrich pun jadi melirik pada Rei dan memperbaiki letak kacamatanya.
"Venus akan selalu menjadi wanita impianku selamanya!" gumam Aldrich dengan santai. Jupiter sedikit menoleh pada Aldrich dengan tatapan lebih serius tapi ia kemudian melirik pada Rei yang lidahnya kini menekan dinding mulut tanda ia tak suka mendengar pembicaraan soal adiknya.
Ares mendengus tertawa sambil melihat ke arah lain saat ada dua orang staf wanita Skylar yang melewati mereka. Ares hanya memandang sekilas dengan tatapan angkuh lalu membuang pandangannya tapi dua pegawai itu sudah berbisik-bisik.
"Memangnya kamu sudah memperoleh ijin dari Rei untuk mendekati Venus?" celetuk Ares makin memanaskan suasana. Aldrich tersenyum dan menoleh pada Rei lagi.
"Aku adalah seorang profesor untuk kebudayaan dan arsitektur Romawi di NYU. Aku juga seorang pengacara, menurutku itu label yang cukup untuk membuat Rei memberikan restunya bukan?" ujar Aldrich membanggakan dirinya dengan angkuh. Rei makin memicingkan mata lalu menaikkan ujung bibirnya sambil melipat kedua lengan di atas meja.
Ia menyisiri melihat semua teman-temannya satu persatu dari Aldrich, Jupiter lalu Ares yang duduk di depan Jupiter.
"Aku tidak akan pernah membiarkan salah satu adikku menjadi teman kencan satu pun dari kalian. Kalian semua pria brengsek, mengerti!" tunjuk Rei pada seluruh temannya satu persatu. Aldrich hanya bisa menghela napas sambil mengurut keningnya.
"Tapi kamu membiarkan Chloe bisa pacaran dengan Andy dulu!" sahut Ares mengingatkan masa lalu. Rei sontak mendelik pada Ares. Ares akhirnya tersenyum salah tingkah lalu menaikkan gelas kopinya dan diam. Hanya Jupiter yang tak bicara dan terlihat tersenyum kecil.
"Jangan sebut itu lagi!" tunjuk Rei pada Ares yang terus menggodanya. Aldrich masih diam dan akhirnya menyesap kopinya.
"Jadi kamu tidak merestui Aldrich untuk pacaran dengan Venus?" tanya Ares lagi entah pura-pura bodoh atau memang ia tengah bosan dan mencari masalah dengan The Midas Rei.
"Tidak akan!" tegas Rei tanpa kompromi. Ares pun mengangguk dan diam. Ia mengatupkan bibir dengan rapat dan sedikit memajukannya. Suasana jadi kembali diam beberapa detik sampai keusilannya tak berhenti di situ saja.
"Bagaimana dengan Chloe?" cetus Ares lagi tiba-tiba.
"UHUK ... UHUK ..."Aldrich sontak tersedak dan dengan santainya Jupiter menepuk-nepuk punggung Aldrich agar ia bisa bernapas kembali. Ares rasanya ingin meledak tertawa melihat Aldrich yang langsung bereaksi seperti itu padanya.
"Apanya dengan Chloe?" sahut Rei masih separuh ketus pada Ares. Rei memang sangat protektif pada dua adik perempuannya. Rei ikut menoleh pada Aldrich yang terbatuk hebat karena tersedak kopi yang ia minum.
"Bukankah Profesor Caesar adalah dosen Chloe dan mereka saling membenci? Aku pikir itu adalah modal yang bagus untuk pacaran!" sahut Ares dengan tampang bodohnya. Aldrich masih terbatuk dan terengah sambil menggelengkan kepalanya.
"Aku akan membunuhmu, Ares King!" geram Aldrich sambil mendehem beberapa kali. Wajahnya sampai memerah. Namun, Ares malah tertawa terkekeh tanpa merasa berdosa.