Chereads / Terperangkap Kebencian Cinta / Chapter 23 - Finding Excuses

Chapter 23 - Finding Excuses

Aldrich langsung menghubungi salah satu rekannya Profesor Nadine Stanwald begitu Connor keluar dari ruangannya. Nadine Stanwald adalah salah satu Profesor di bidang yang sama dengan Aldrich hanya saja ia mengasuh mata kuliah yang lebih mengarah pada sastra dan karya tulisan dari penyair Romawi.

Sambungan telepon langsung direspons dengan baik oleh Profesor Stanwald. Belakang ia jarang bertemu Aldrich yang akan menyandang gelar profesor dalam beberapa hari ke depan.

"Doktor Caesar, senang sekali kamu menghubungiku! Atau aku harus memanggilmu dengan sebutan Profesor sekarang?" sapa Profesor Stanwald sedikit menggoda Aldrich. Aldrich tersenyum mendengus dan menundukkan sedikit wajahnya. Ia masih bersandar di sisi meja dengan posisi yang sama.

"Ah, jangan menyanjungku, Profesor. Aku belum sehebat dirimu. Lagi pula pengukuhanku akan dilakukan minggu depan, jadi aku belum resmi menyandang status itu sekarang," balas Aldrich dengan sikap agak merendah.

"Jangan bicara seperti itu. Aku tidak keberatan memanggilmu dengan sebutan Profesor." Aldrich masih tersenyum biarpun Nadine tak bisa melihatnya.

"Profesor Stanwald, aku ingin meminta sedikit bantuanmu jika kamu tidak keberatan," ungkap Aldrich tak ingin memperpanjang basa-basinya.

"Tentu saja. Apa yang bisa aku lakukan untukmu, Doktor?"

"Uhm, aku memiliki seorang mahasiswa yang belum sempat aku periksa. Jadi aku ingin meminta bantuanmu untuk mereview serta memberikan nilai padanya," pinta Aldrich pada Profesor tersebut. Profesor Stanwald terdengar terkekeh renyah dan mendehem kecil. Aldrich ikut mendengus dan tersenyum mendengarnya.

"Memangnya kenapa kamu tidak melakukannya sendiri, Doktor? Apa kamu sibuk?"

"Ya, aku perlu banyak waktu untuk persiapan pada pengukuhan nanti. Ditambah lagi aku sedang membentuk tim penggalian baru sebelum bulan depan. Mahasiswa ini sudah menitipkan makalahnya padaku tapi ya ... karena kesibukanku, aku jadi mengabaikannya. Aku jadi merasa bersalah," ungkap Aldrich memberikan alasannya.

"Oh jadi begitu ya. Tentu saja aku bersedia membantumu, Doktor Caesar. Aku berharap kamu ikut memasukkan aku ke dalam daftar tamu undanganmu saat pengukuhan nanti. Aku ingin kursi yang terbaik!" Aldrich menarik napasnya agak panjang. Memang tak ada makan siang gratis di dunia ini. Aldrich sendiri mengomel di dalam benaknya karena jadi bersusah payah gara-gara Chloe.

"Tentu saja, Profesor Stanwald. Aku akan mengirimkan undanganmu hari ini."

"Aku akan menunggu, Doktor. Uhm, ngomong-ngomong kapan kita akan makan malam lagi?" Aldrich langsung memejamkan matanya.

'Jezz, dia masih saja mengincarku!' rutuk Aldrich dalam hatinya.

"Uh, aku belum bisa memastikannya. Aku yakin kita bisa melakukannya dalam waktu dekat ini. Apa kamu akan membawa suamimu juga? Dia tak begitu menyukaiku," sindir Aldrich pada Profesor Stanwald. Profesor Stanwald terdengar terkekeh sedikit lebih keras dari sebelumnya.

"Oh, Aldrich sayang! Tentu saja aku tak akan membawa suamiku jika hendak bertemu denganmu. Kamu terlalu sibuk sampai tak sempat bersamaku lagi," rayu Profesor Stanwald mulai keluar dari koridor pembicaraan.

"Profesor, kita masih di lingkungan kampus. Mahasiswa di kampus ini terlalu pintar, mereka bisa melacak dan menguping pembicaraan pada sambungan telepon!" balas Aldrich menakut-nakuti.

"Oh ya?"

"Iya, aku pernah memergokinya sekali!" jawab Aldrich berbohong dengan cepat.

"Oh, aku tak tahu soal itu."

"Uhm, begini saja. Jika kamu sudah memeriksa dan memberikan review, tolong berikan dia nilai A+. Aku harap kamu tidak keberatan, Profesor?" pinta Aldrich langsung memotong pada kesimpulan.

"Tentu saja."

"Terima kasih atas bantuanmu. Aku akan mengirimkan undangannya hari ini juga. Selamat sore!" Aldrich langsung mematikan sambungan telepon tanpa mendengar balasan dari Profesor itu.

"Uh, dasar sial! Gara-gara si nenek sihir aku jadi harus merengek pada wanita genit itu, huh!" gerutu Aldrich mengomel kesal.

***

Rasanya tak mungkin dan terlalu bagus untuk menjadi kenyataan. Itulah yang dirasakan oleh Chloe kala Connor Archer, asisten dosen datang ke hadapannya untuk memberikan sebuah cara lain untuknya bisa mendapatkan nilai dari makalahnya.

"Tunggu sebentar! Apa maksudnya semua ini?" tukas Chloe curiga pada Connor. Connor tersenyum dan mengangguk.

"Ya, aku hanya ingin membantu ..."

"Apa Doktor Caesar yang menyuruhmu?" tuding Chloe dengan cepat. Connor sempat terdiam dan akhirnya menggelengkan kepalanya masih tersenyum.

"Tidak, aku hanya tak ingin melihat ada catatan buruk pada kinerja Doktor Caesar. Sebentar lagi pengukuhannya sebagai Profesor akan diberikan. Aku tidak ingin ada hal yang mempengaruhi reputasinya menjelang pengukuhan," ujar Connor mengungkapkan alasannya.

Chloe makin mengernyit tak mengerti dan ia benar-benar mulai curiga pada Connor. Ia sempat menoleh pada Putri yang tak tahu apa-apa. Chloe pun menghela napas panjang dan masih menatap Connor dengan mata sedikit memicing.

"Ini tidak ada hubungannya dengan Doktor Caesar. Maksudku dia tak mengetahui tentang rencana ini!" tambah Connor mengoreksi. Chloe masih diam dan sangat curiga. Ia mencium ada yang aneh dengan semua ini.

"Aku masih belum mengerti, Pak. Kamu datang menolongku, itu aneh buatku" sahut Chloe memberikan tanggapannya. Connor mengangguk mengerti.

"Aku hanya tak ingin ada mahasiswa yang tertinggal saja. Aku sudah membaca makalahmu. Tidak ada masalah!"

"Tapi bosmu bilang jika aku sudah menipu!" potong Chloe dengan nada sarkas. Connor malah menanggapinya dengan tersenyum dan mengangguk.

"Dia sedang gugup!" ucap Connor beralasan. Chloe makin keheranan bahkan sampai membuka mulutnya.

"Haa ..." Connor sedikit mengedikkan bahunya kemudian.

"Dia sedang menghadapi proses pengukuhan sebagai Profesor, tentu saja dia gugup dan gampang emosi."

"Tapi bukan berarti dia bisa sembarangan menuduhku telah berbuat curang dan mencuri!" sahut Chloe dengan cepat. Connor hanya mengatupkan bibirnya dan mengangguk mengerti.

"Aku mengerti, Nona Harristian. Maafkan aku!"

"Kenapa kamu yang meminta maaf?" sindir Chloe.

"Karena dia atasanku dan segala yang ia lakukan tak luput dari saran dan permintaanku juga. Aku memohon maaf jika Doktor Caesar tadi bersikap kasar padamu." Chloe hanya menarik napas panjang. Rasanya memang tak ada alasan bagi Chloe terus memperpanjang masalah. Jika sekarang ia telah diberikan jalan keluar oleh asisten dosen maka seharusnya Chloe merasa lebih senang.

"Lalu bagaimana jika ketahuan dengannya? Apa dia akan memecatmu?" tanya Chloe dengan pandangan polos dan sempat membuat Connor tersenyum dan mendengus pelan.

"Tidak. Dia tidak akan mengetahuinya."

"Bagaimana bisa?"

"Karena aku yang memegang semua nilai. Lagi pula Doktor Caesar akan sangat sibuk minggu-minggu ini. Dia tidak akan bertanya lagi, percayalah!" jawab Connor makin meyakinkan Chloe berpikir lagi. Ia menoleh sekali lagi pada Putri yang hanya bisa tersenyum.

Chloe menarik napasnya dan akhirnya mengangguk setuju. Connor pun tersenyum lebih lebar.

"Lalu apa sekarang yang harus aku lakukan?" tanya Chloe kemudian.

"Bawa makalahmu pada Profesor Stanwald. Katakan kamu adalah titipan dari kelas Doktor Aldrich Caesar. Aku yakin dia akan langsung menerimamu." Chloe mengangguk mengerti pada petunjuk Connor.