Chereads / GAGAL MOVE ON / Chapter 5 - KECELAKAAN

Chapter 5 - KECELAKAAN

Super City Mall.

Hampir semua gaji satu bulan yang ada di rekeningnya ia belanjakan semua barang-barang branded favoritnya. Hanya tersisa sedikit dan itu untuk mentraktir Mauren dan Yunka di restoran lantai enam nanti.

Kebiasaan buruk Natasha muncul lagi ketika ia frustasi, tapi menjadi berkah bagi Mauren dan Yunka yang harus hidup sangat hemat sebagai gadis inde kos.

"Gak nyesel punya teman sepertimu Nat," Mauren begitu bahagia seakan mendapat rejeki nomplok.

"Asal kalian bahagia. By the way ayo kita makan-makan sekarang, laper."

Keduanya mengangguk penuh semangat.

Tiba di lantai enam, Natasha menyuruh kedua temannya memesan makanan apapun yang mereka inginkan, begitu juga dirinya. Itu caranya melupakan segala kesedihan.

Tapi sayangnya, begitu mereka pulang dan naik taksi, radio di dalam taksi tak sengaja memutar berita tentang Keenan.

'Putra Bungsu Musisi Legend, John Carson, Keenan Carson yang merupakan vokalis band The Paradise mengalami kecelekaan mobil kemarin malam. Managernya menjelaskan bahwa Keenan masih belum sadarkan diri hingga sekarang....'

Shock, Natasha bahkan sampai lupa cara bernafas, tubuhnya gemetar hebat dan seketika air matanya mengalir bagai air keran.

Yunka yang sangat kesal dengan sopir taksi tiba-tiba mengomel bagai perempuan gila, "Kenapa sih Pak harus mutar radio segala? Teman saya jadi nangis dan sedih lagi kan sekarang? Kenapa gak musik aja."

Sopir taksi menggeram dalam hati dan menatap Yunka tidak senang, ia terpaksa mematikan radio dan memutar lagu 'Only You'.

"Matikan saja lah Pak!" Yunka Frustasi, lagu Only You adalah lagu yang diciptakan Keenan untuk Natasha.

Berbeda dengan Yunka yang sibuk mengomel sopir taksi, Mauren memilih menenangkan Natasha.

"Itu pasti gara-gara aku Ren. Aku harus gimana sekarang?" Natasha terus menyalahkan dirinya sendiri.

"Nat, kita belum tahu kejadiannya seperti apa, siapa tahu itu murni kecelakaan."

Natasha menggeleng tanpa daya dan meringkuk dalam pelukan Mauren.

"Pak, kita putar arah ke rumah sakit Medika Jaya." Titah Mauren.

"Itu kan rumah sakit Mas Keenan dirawat, kalian semua pasti fans fanatiknya."

"Sok tahu!" Yunka memelototi sopir taksi.

Tiba di rumah sakit, Natasha mengumpulkan sisa kekuatannya untuk berlari ke ruang ICU. Mauren dan Yunka sampai kualahan menyusulnya.

"Untuk apa lagi kamu ke sini?" Kemarahan Marina langsung menyambut kedatangan Natasha.

"Tante, bagaimana keadaan Keenan?" Natasha bertanya dengan suara yang menyedihkan.

"Keenan sudah tidak penting lagi bagimu kan? Jadi untuk apa?" Marina balik bertanya dengan sinis.

Natasha semakin terpukul sehingga tubuhnya tiba-tiba terhuyung ke belakang karena terlalu banyak menangis, beruntung Yunka yang berdiri di belakangnya segera menopangnya.

"Nat, kita bisa pulang sekarang kalau kamu tidak kuat."

Natasha menggeleng lemah, padahal ia memang merasa demikian. Kepalanya sangat pusing dan tubuhnya sangat lemah.

"Lebih baik kalian semua pulang sekarang!" Bentak Marina.

"Terutama kamu! Jangan pernah muncul di hadapan Keenan lagi!" Marina menunjuk wajah Natasha dengan murka.

"Nat, ayo!" Yunka meraih Natasha dan tidak ingin Natasha semakin direndahkan harga dirinya, jadi ia dan Mauren menyeret Natasha pergi.

Mereka mencari taksi dan mengantar pulang Natasha lebih dulu.

"Yun, Ren, bagaimana kalau Keenan mati?" tanya Natasha frustasi begitu perjalanan pulang ke rumahnya.

Yunka dan Mauren saling berpandangan dan mereka tidak tahu harus tertawa atau menangis. Mereka memlih diam hingga taksi tiba di rumah Natasha. Pada saat itu hari sudah malam.

"Kemana saja kalian? Kenapa baru pulang?"

"Emm, jalan-jalan Tante."

Andin mengerutkan kening dengan keras, tak sepenuhnya percaya, meski ada barang bukti tas belanja dari mall yang begitu banyak.

"Lalu kenapa Natasha seperti habis menangis lagi?"

Yunka dan Mauren saling berpandangan dan tidak tahu harus menjawab apa, Natasha melarang mereka untuk tutup mulut soal kejadian di rumah sakit. Jadi mereka hanya nyengir kuda.

"Sepertinya kami harus pulang cepat Tan, takut kucing di kamar kos kami kelaparan." Kilah Yunka sambil menarik Mauren pergi setelah melambaikan tangan ke Andin.

Andin hanya geleng-geleng kepala melihat sikap kedua teman Natasha, ia kemudian naik ke lantai atas untuk menemui putrinya.

"Nat, are you okay?" Andin bertanya dengan lembut.

Entah kenapa melihat Natasha meringkuk di tempat tidur dengan begitu menyedihkan membuat hatinya sedikit tersentuh.

"Mama pasti tahu kan kalau Keenan kecelakaan? Beritanya ternyata viral hari ini."

Andin mengangguk membenarkan karena berita kecelakaan Keenan hampir mengisi setiap menit acara gosip di TV seharian ini, tak hanya itu tagar viral di twitter dan juga akun gosip di instagram pun sama. Semuanya membahas kecelakaan Keenan.

"Aku takut Ma." Natasha berkata lirih, bersamaan hal itu juga air matanya kembali mengalir deras.

"Kenapa harus takut Sayang? Kamu bukan penyebab kecelakaan Keenan."

"Aku penyebab kecelakaan Keenan Ma," Natasha setengah membentak di sela tangisnya.

"Bagaimana mungkin? Kamu semalam berada di rumah."

"Aku meminta putus dari Keenan kemarin sore, sementara Keenan ada konser di sebuah cafe ternama ketika malam. Kecelakaan itu terjadi ketika Keenan akan pergi ke konser dan itu terjadi selang satu jam setelah kita bertemu. Apa lagi kalau bukan karena aku Ma?"

Andin terkejut mendengarnya dan ia berubah pucat, Andin tidak bisa menyangkal apapun.

"Aku takut kalau keluarga Keenan mengadu ke media dan membocorkan semua ini Ma, aku pasti dibully oleh semua orang, padahal aku melakukannya hanya demi keinginan Mama dan Papa juga Leon." Natasha terus terisak di setiap perkataannya.

"Sayang, Mama tidak akan membiarkan itu terjadi. Percayalah!"

Entah kenapa Natasha berpikir itu mustahil, mengingat nama keluarganya sekarang sudah tidak memiliki banyak pengaruh di kota ini, tapi kalau Mamanya meminta bantuan Leon, mungkin ia akan sedikit tenang.

Tapi sekali lagi Natasha sedang membenci Leon sampai ke dalam lubuk hatinya.

Hal itu membuat Natasha tidak bisa tidur malam ini, terlalu banyak pikiran yang menganggunya, alhasil dia berangkat ke kantor dengan wajah yang kusut.

"Ya ampun Nat, kenapa kamu masih berangkat ke kantor?" Yunka yang pertama kali berkomentar dan langsung mendapat dukungan dari Mauren.

"Hari ini ada meeting penting terkait proyek baru di Medan, sementara aku yang bertanggung jawab untuk laporan dan lainnya, bagaimanapun aku harus profesional."

"Tapi kan kamu tidak enak badan Nat."

"I'm fine."

Natasha bersikukuh dan membuka laptopnya untuk kembali mempelajari laporan untuk presentasi nanti, tapi tiga puluh menit kemudian, ia merasa sangat pusing dan tiba-tiba pandangannya memudar.

Buk

Natasha pingsan dengan posisi duduk di depan meja kerjanya. Mauren dan Yunka langsung heboh karena terlalu panik.

"Yuda, tolong bantu Natasha!" teriak Yunka pada teman kantor yang lain.

Yuda dan teman-teman lainnya membantu Natasha keluar dari kursinya dan ingin membawa ke klinik milik kantor, tapi tiba-tiba sosok tinggi dan ramping datang dan berteriak ke arah mereka dengan suara yang mendominasi.

"Kalian semua minggir, biar aku saja!"