Chereads / GAGAL MOVE ON / Chapter 4 - ASAL KAMU BAHAGIA

Chapter 4 - ASAL KAMU BAHAGIA

Natasha berlari keluar dari cafe Sky dan kemudian berdiri di pintu utama dengan nafas terengah-engah. Seketika air matanya tumpah. Leon menyusulnya dan memaksa Natasha kembali ke mobilnya.

Keenan menyaksikan semua itu dan hatinya bertambah sangat sakit, seolah tertusuk puluhan belati tajam dalam waktu yang bersamaan.

"Baiklah kalau itu maumu Nat, asal kamu bahagia." Batinnya.

Duduk di dalam taksi, Yunka dan Mauren ikut patah hati setelah mendengar cerita dari Grant.

"Yun, apa Pak Leon itu titisan iblis? Menurutku dia bahkan tidak punya hati nurani."

Yunka mengedikkan bahunya dan menggeleng tanpa daya.

"Kita pulang aja lah Ren, capek."

Mauren mengangguk setuju dan berkata pada sopir taksi, "Jalan Pak, ke rumah kos Pondok Bintang."

"Siap Mbak."

Di mobil Leon, Natasha menutupi wajahnya dan menangis terisak. Leon memandang Natasha dengan sedikit kasihan, tapi bukan Leon namanya kalau ia tidak membuat kesal lawan bicaranya.

"Jalan Grant! Kita antar pulang dia dulu, cepat! sebelum mobil mewahku tenggelam karena air matanya."

Grant dengan cepat mengangguk, sementara Natasha melirik Leon dengan penuh amarah.

"Apa Pak Leon puas sekarang ha?"

Leon hanya mengangkat alisnya dan tidak peduli dengan amarah Natasha, sepasang mata obsidiannya hanya menatap lurus dengan ekspresi sedingin es.

Natasha sangat kesal hingga ia berteriak, "Turunkan aku sekarang juga!"

"Abaikan dia Grant." Sela Leon dengan cepat.

"Kalau begitu aku akan membuka mobil ini dan turun sendiri." Ancam Natasha frustasi.

Hal itu membuat Grant kebingungan.

"Lakukan saja kalau kamu berani!" Leon berkata tanpa ekspresi.

Grant semakin ketakutan dan ingin mencegah, tapi tatapan mengerikan Leon yang terlihat dari kaca spion membuat Grant seketika berubah pikiran, ia memilih untuk buta dan tuli sementara apapun yang terjadi di mobil ini.

Sementara Natasha semakin melawan, ia yang sangat kacau hari ini tidak berpikir apapun selain ingin lepas dari Leon.

Nekat, Natasha membuka pintu mobil, tapi pintu mobil tak bergerak sedikitpun meskipun ia berjuang begitu keras untuk membukanya.

Leon tersenyum jahat dan ia duduk dengan nyaman sambil berpura-pura tidak terjadi apa-apa.

"Leon! Kamu sengaja melakukannya kan?" teriak Natasha murka.

Ia tahu Leon sengaja mengunci otomatis pintu mobil di sampingnya, untuk itu dia sangat santai sekarang.

"Diamlah! Kamu sangat berisik." Leon menyilangkan tangannya di depan dadanya dan memejamkan mata.

Natasha sangat marah hingga ia terengah-engah. Untung saja tak lama kemudian Rolls Royce hitam tiba di rumahnya.

Dengan kasar ia membuka pintu mobil yang sudah tak terkunci dan segera berlari masuk.

"Natasha, apa yang terjadi denganmu Sayang? Mata kamu bengkak dan kamu terlihat sangat menyedihkan." Andin bertanya dengan cemas.

"Tanya saja pada calon menantu kesayangan Mama," balas Natasha sebelum ia berlari naik ke lantai atas menuju kamarnya.

Andin mengerutkan kening dengan keras dan ia ragu-ragu keluar. Begitu melihat mobil Leon yang masih ada di depan rumahnya. Wajah Andin berubah senang.

Ia menghampiri mobil Leon dan berkata dengan penuh semangat, "Ayo masuk dulu Leon, kita makan malam bersama. Ada Om Angga juga di dalam."

Leon tersenyum tipis dan ia mengangguk. Ia segera keluar dan mengajak Grant untuk mampir ke rumah Natasha.

Makan malam berubah sangat istimewa dengan kehadiran Leon, kedua orang tua Natasha menyambut Leon penuh suka cita. Sampai mereka tidak peduli kalau Natasha enggan untuk bergabung malam ini.

"Kapan Mami Papi akan pulang ke Indonesia, Leon?" Anggara memulai pembicaraan.

"Besok Om."

"Baguslah, semakin cepat pertemuan kedua keluarga kita semakin baik."

Leon hanya mengangguk dan sisanya ia fokus pada makan malamnya. Setelahnya ia pamit.

Begitu Leon pulang, Andin baru ingat dengan keadaan Natasha tadi dan ia membawakan makan malam ke kamarnya.

"Natasha, Leon baru saja pulang. Kenapa kamu tadi sama sekali tidak turun? Bahkan tadi Bibi sudah..."

"Kalau Mama ke sini hanya untuk membicarakan Leon, lebih baik Mama pergi sekarang, aku minta maaf Ma, tapi aku butuh istirahat."

Andin mendengus kesal, tapi ia masih enggan untuk pergi.

"Nat, kenapa sih? Apa salah Leon? Sepertinya kamu sangat membencinya."

"Kesalahan dia sangat banyak Ma, dia bahkan memaksaku untuk putus dengan Keenan hari ini setelah satu bulan aku tidak berkencan dengannya. Apa Mama masih mengira Leon malaikat sekarang?"

Natasha berkata dengan kemarahan yang berapi-api, tapi Andin justru menertawakannya.

"Ya wajar dong Sayang, Leon akan menjadi suami kamu nantinya. Menurut Mama itu keputusan yang tepat."

"Sebenarnya anak Mama itu aku apa Leon? Aku hanya mencintai Keenan dan aku sudah berpacaran dengannya selama lima tahun, kenapa...."

Natasha sampai tidak sanggup melanjutkan kalimatnya, ia kembali menangis terisak.

"Kenapa Mama begitu tega memisahkan kami?"

"Natasha Sayang, sudahlah! Percaya sama Mama, Kalau Leon itu seribu kali lebih baik dari Keenan. Apa yang bisa kamu banggakan dari dia?"

Natasha semakin frustasi hingga ia menangis dengan keras. Andin berusaha menenangkannya tapi Natasha menolak. Jadi dengan terpaksa ia keluar dari kamar putrinya.

Malam itu Natasha hanya menangis dan ia sama sekali tidak bisa tidur, ia baru bisa tidur saat hari mulai subuh.

Jam 10.00 WIB. Pintu kamar Natasha diketuk dengan keras.

Natasha pelan-pelan membuka matanya yang sangat bengkak dan menggerutu kesal.

"Siapa sih?"

Ia dengan malas berjalan ke arah pintu dan membukakannya. Mauren dan Yunka langsung muncul di depan matanya.

"Ya ampun Nat, sampai bengkak gitu mata kamu." Mauren tidak tega melihatnya.

"Sudahlah, ayo masuk dulu!"

Mereka mengangguk dan Natasha kembali mengunci pintu kamarnya.

"Nat, sabar ya." Yunka yang saat ini duduk di samping Natasha langsung memeluknya, begitu juga Mauren.

Mereka saling berpelukan dan hati Natasha berubah menjadi hangat.

"Thanks kalian." Lirih Natasha dengan suara teredam karena dipeluk oleh kedua sahabatnya.

"Tapi, kalian tahu darimana?" tanya Natasha heran.

Mauren dan Yunka melepaskan pelukannya sebelum mereka mengaku kalau kemarin ia mengikuti Natasha hingga bertanya pada Grant.

"Ya ampun, separno itu kalian." Natasha tiba-tiba tertawa.

"Kami sangat khawatir Nat, takut kamu disandera oleh Pak Leon. Kami pikir awalnya justru gara-gara laporanmu yang gak bisa selesai. Ternyata karena hal lain."

"Lalu, kamu mau gitu Nat menikah dengan Pak Leon? Kamu gak takut? Dia bahkan sangat kejam meyerupai iblis."

Mauren dan Yunka saling melempar pertanyaan pada Natasha.

"Sekarang menurut kalian apa yang harus aku lakukan selain menerima perjodohan itu? Mama dan Papa terus menekanku untuk menyelamatkan bisnisnya, begitu juga Pak Leon, ia tidak ingin membuat Maminya kecewa, apalagi Tante Yola punya penyakit jantung kronis sejak dulu."

Mereka berdua mendesah.

"By the way ini hari minggu kan, ayo kita keluar dan bersenang-senang. Aku bosan di rumah."