Chereads / Housewife / Chapter 44 - Temanimu

Chapter 44 - Temanimu

"Selamat ulang tahun, Nara,"

Laki-laki berkaos putih dengan celana pendek hitam tengah melangkahkan kedua tungkainya pada presensi sang istri. Kedua tangannya penuh dengan tubuh kucing yang sengaja ia beli sebagai hadiah ulang tahun Nara sekaligus teman dikala istrinya kesepian.

Rayhan tak berani menjamin akan selalu ada di rumah untuk waktu belakangan ini. Perusahaannya yang baru saja terselamatkan ini harus membuatnya lebih banyak untuk bekerja keras. Dan pekerjaan luar kota dua minggu kemarin adalah bentuk usahanya untuk memperkokoh perusahaan.

Daksanya semakin mempersempit jarak antara dirinya dengan Nara, memberikan kucing gemuk itu seraya mengamati air muka Nara yang nampak tersenyum lebar menerima pemberiannya ini. Pun cukup membuat Rayhan bahagia. Ia tak salah membelikan hadiah. Melihat sang istri memeluk erat kucing itu, menarik Rayhan untuk membawa Nara ke dalam dekapannya, bersama dengan kucing baru mereka.

"Kau tidak akan kesepian lagi," tuturnya.

Kepala wanita itu mengangguk beberapa kali, mendongak menatap wajah Rayhan dari bawah. Dirinya melepaskan kucing dari pelukannya, beralih pada sang suami yang memandangnya penuh kerinduan. "Apa semua berjalan lancar?" tanyanya.

"Sejauh ini, iya,"

"Syukurlah," kedua tangannya melingkari pinggang suaminya. Membawa kepalanya ke dada bidang itu.

Saat keduanya tengah melepaskan kerinduan, Rayhan mencari wajah sang istri yang masih nyaman di dada. "Itu apa?" tanyanya pada Nara setelah melihat ada paper bag yang diletakkan di atas nakas.

Nara menjauhkan wajahnya dari dada sang suami, pandangannya tertuju sesuai dengan arah jari telunjuk Rayhan. Ada sebuah paper bag coklat yang sejak lama berada di sana. Iya, itu adalah hadiah pernikahan mereka dari mantan kekasih Rayhan. Daksanya melepaskan diri dari rengkuhan dada kekar Rayhan, melangkahkan tungkainya pada paper bag itu. Mengeluarkan satu persatu semua benda di dalamnya.

"Ini dari mantan kekasih—"

"Mantan kekasihmu?" Rayhan lebih dulu menyela.

Nara menggeleng, berdiri di depan perawakan suaminya, sedikit mendongak sebelum bersuara. "Mantan kekasih Mas Ray," katanya dengan senyuman hingga membuat matanya menyipit.

Tak ada suara apapun dari Rayhan, hanya menatap arah langkah istrinya pada sofa. Nara meletakkan barang-barang itu pada meja kaca di depannya, yang membuatnya semakin enggan untuk memutuskan pandangan dari istrinya. Langkahnya menghampiri Nara yang nampak menepuk-nepuk sisi sofa yang kosong. Maniknya bergulir menatap sepasang boneka yang disejajarkan menghadap mereka berdua. Istirinya ini sama sekali tidak nampak marah ataupun kesal, bahkan wajahnya masih mampu menorehkan senyuman.

Tangannya mengambil salah satu boneka, menatap untuk waktu beberapa detik sebelum ia kembalikan pada tempatnya semula. Menoleh ke arah sang istri yang juga tengah menatapnya. "Kau tidak marah?" tanya Rayhan.

"Tidak," Nara menggeleng yakin. "Lagipula, Mas Ray juga tidak akan kembali padanya, 'kan?"

Memilih untuk tidak menjawabnya, Rayhan justru membawa daksanya mendekat hingga menempel dengan Nara. Masih terbungkam, ia meletakkan kepalanya di atas pucuk kepala sang istri, kedua matanya terpejam merasakan kenyamanan berada di posisi ini. Sedangkan kedua obsidian Nara bergulir ke atas, merasakan kepalanya yang mendapatkan beban. Lantas tersenyum tipis bersamaan dengan tangannya yang menggenggam tangan Rayhan.

-

-

-

Melihat anggota baru di rumah ini tengah berlarian, secara otomatis membuat Nara menyematkan senyuman diwajahnya. Selepas menyiapkan sarapan untuk suaminya, Nara menghampiri makhluk kecil nan lucu itu—tak tahan dengan entitasnya.

Labiumnya bergerak secara tak sadar hingga menciptakan suara lucu saat tungkainya berhenti pada kucing barunya. Jari lentiknya terarah pada leher berbulu itu, memberikan usapan penuh afeksi. Semakin ditelan kegemasan saat makhluk berbulu ini menggulingkan tubuhnya kesana-kemari. Nara tak ada habisnya untuk memberikan usapan lembutnya.

Tanpa sadar, jika suaminya sudah berdiri di belakang tubuhnya dengan kedua tangan yang masuk ke dalam saku celananya, memperhatikan Nara dalam diamnya. Sampai beberapa detik berikutnya, Rayhan turut mengusap kepala sang istri. Ia terlarut dalam kegemasan sang istri. Pun Nara agak terkejut ketika melihat perawakannya di sini. Buru-buru Nara bangkit menghadap Rayhan.

"Tak apa jika masih ingin bermain, biar aku makan sendiri," tuturnya.

Wanita itu menggeleng layaknya anak kecil, dia memilih untuk tetap menemani sang suami sarapan—walaupun sudah lewat dari jam sarapannya. Keduanya berjalan menuju ruang makan, Nara lebih dulu sampai guna menyiapkannya.

Wanita itu tidak makan, dia hanya terduduk di sana sembari memperhatikan kucing yang belum ia beri nama itu berlarian mengejar bola kecil. Bahkan, bola itu sampai datang ke bawah meja makan, membuat Nara dan Rayhan merasakan bulu lembut mengenai kulit mereka.

"Siapa namanya?" tanya Rayhan disela kunyahannya.

"Eum.." Nara nampak menimang dengan bibir yang terkulum. "Molly, bagaimana? Kedengarannya lucu,"

"Iya, lucu,"

"Oh iya," Nara teringat akan sesuatu saat ia keluar dari rumah untuk membuang sampah. "Mas Ray pulang dengan siapa? Kenapa tidak ada mobil di garasi?" tanyanya.

Rayhan menelan makanannya sebelum menjawab rasa penasaran sang istri. "Andre membawanya. Tidak ada transportasi di jam tiga pagi. Pakaian kotorku juga masih berada di mobil," jelasnya.

Nara mengangguk kecil, kembali fokus dengan Molly yang menggerakkan pinggulnya demi menangkap bola yang menggelinding jauh. Keduanya sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Nara sendiri secara mendadak terlihat mengabaikan sang suami, lantaran atensinya seutuhnya terarah pada Molly.

"Lain kali, jangan menerima pemberiannya lagi," lagi-lagi Rayhan bersuara dikala ia tengah menghabiskan makanannya. "Aku tidak ingin kau kenapa-kenapa," imbuhnya.

"Iya, mas. Tidak usah khawatir,"

Memang sangat wajar jika seorang suami mengkhawatirkan istrinya karena seseorang dari masa lalunya datang. Apalagi Nara ini sama sekali belum mengetahui perihal mantan kekasihnya, dan dia sendiri juga belum tahu kapan akan menceritakannya pada Nara.

Selepas selesai makan, laki-laki bertubuh kekar itu beranjak dari kursinya, berniat untuk mencuci piringnya sendiri. Itu karena dia tak ingin mengganggu Nara yang tiba-tiba kembali menghampiri peliharaan mereka. Ya ampun, Rayhan sampai tidak menghitung berapa kali dia diabaikan karena seekor kucing. Dia membeli kucing itu sekaligus dengan makanan dan juga mainannya. Pikirnya daripada Nara bolak-balik membeli keperluan untuk Molly, jadi sekalian saja Rayhan lengkapi.

Pribadinya membawa makanan untuk kucing itu selesai mencuci piringnya. Dan secara mendadak Nara terkejut saat mendapati dirinya telah berjongkok tepat di sebelahnya. Rayhan meletakkan mangkuk makanan kucing itu dekat dengan kandang Molly. "Berilah dia makan," tuturnya sembari memberikan sebungkus makanan kucing berukuran besar. "Dia membutuhkan banyak tenaga untuk bermain denganmu," katanya lagi.

Nara menerima apa yang diulurkan Rayhan, menuangkan makanan pada mangkuk milik Molly. "Makan yang banyak ya, sayang," kata Nara bersamaan mengusap pucuk kepala Molly. Disebelahnya, Rayhan hanya memperhatikan istrinya yang terlampau bahagia. Rasa lelahnya pun juga sudah tak ia rasakan semenjak melihat senyuman itu.