Chereads / Pria Yang Salah! / Chapter 3 - Promo Berhasil

Chapter 3 - Promo Berhasil

Promosi Berhasil

FlashBack On

Shelly menoleh pada seorang pria paruh baya yang masih gagah dan juga sangat tampan sama seperti dirinya cantik bak barbie.

Betapa tegang wajah Randi melihat sosok ayah dari kekasih nya tersebut pasalnya pria paruh baya itu tidak merestui hubungan mereka.

"Untuk apa kamu di tempat ini bersama laki laki miskin ini, Shelly!" Teriak Andika ayah dari gadis yang kini sudah berdiri dan pria itu menunjuk Randi, pengunjung di tempat itu hampir semua menoleh menyaksikan keributan yang terjadi.

"Pa! Cukup ya, Randi bukan orang miskin." Bantah Shelly yang membuat sang papa murka terlihat dari perubahan wajahnya yang akan memarahi Shelly kembali, namun Randi yang dengan sigap menahan Shelly untuk tidak meneriaki papa nya kembali.

"Lihat anak saya, gara gara kamu anak saya berani meneriaki ayahnya sendiri!" Tunjuk Andika kembali, dirinya belum sempat menyelesaikan kalimatnya sang anak sudah lebih dulu pergi dari tempat itu lalu Andika pun pergi dari sana menyusul sang anak.

Randi yang merasa menjadi bahan perbincangan oleh pengunjung di sana memanggil pelayan untuk membayar semua makanan dan minuman yang dia pesan bersama sang kekasih.

Setelah membayar pria itu keluar dengan perasaan yang khawatir dengan kekasih nya karena dirinya yang telah memilih untuk backstreet dari keluarga sang kekasih.

Tanpa sengaja Randi yang tidak fokus berjalan menabrak seseorang.

BRUKH!!

"Aw." Pekik suara seorang gadis seraya memegang jidat mungkin kesakitan.

"So-sorry," Ujar Randi, lalu mengambil kunci mobil dirinya yang terjatuh akibat menabrak orang tersebut.

"Randi." Randi yang merasa tidak kenal dengan gadis tersebut merasa heran dan mengerutkan kedua halisnya.

"Gue Leoni. Teman nya Shelly masih ingat gue dong?" Kata nya yang membuat Randi mencoba mengingat gadis yang ada di hadapannya tersebut.

Mencoba mengingat kapan dan dimana mereka bertemu dan berkenalan sehingga Leoni bisa sangat mengenal dirinya.

"Ah, iya. Leoni yang waktu itu ketemu di parkiran kampus." Gadis itu mengangguk kan kepala nya dan tersenyum sangat bahagia.

"Sorry gue buru buru." Tambah Randi kembali, membuat Leoni memanyunkan bibirnya namun dia mengerti mungkin pria itu sangat sibuk dan memilih mengangguk kan kepala lalu melambaikan tangan nya pada Randi.

Randi masuk ke dalam mobil dan melajukan nya dengan kecepatan sedang seraya memikirkan kembali nasib kekasihnya itu.

FlashBack Off

***

Sebuah tamparan mendarat di pipi putih mulus milik Shelly itu kini sudah berubah menjadi merah samar samar dengan membekas jari jari tangan.

Shelly yang menangis menahan rasa perih ngilu akibat tamparan keras dari sang papa yang membuat Anita sang mama menghampiri mereka yang sedang ribut di depan pintu masuk.

"Ada apa ini, Shelly? Kenapa wajah kamu merah?" Tanya sang mama yang mendengar keributan dengan wajah khawatirnya Anita bertanya pada anak semata wayang nya tersebut.

Shelly tanpa menjawab berlari ke dalam rumah menuju kamar, Andika yang berdiri dengan wajah penyesalan karena telah menampar anak gadisnya itu membuat Anita pun menjadi bertanya tanya.

"Papa menampar Shelly karena dia jalan sama laki laki miskin itu." Wajah tanpa dosa nya membuat Anita sang istri sangat kesal karena sang suami telah berani menampar anaknya sendiri.

"Beraninya kamu menampar anakku! Kalau memang laki laki itu miskin memang nya kamu mau apa, bunga tidak selalu berkembang bersama, ingat itu pa! Kamu juga dulu bagaimana." Anita yang kesal meninggalkan sang suami sendiri di ruang tamu lalu menghampiri anak semata wayang ke kamarnya.

Tok..

Tok..

"Shelly, sayang. Ini mama nak bisa buka pintu nya?" Anita mengetuk pintu kamar yang bercat pink tersebut namun sang anak seperti nya tidak mendengar karena tidak ada sahutan dari dalam kamar.

Anita pun terus mencoba mengetuk sampai akhirnya beberapa menit kemudian sang anak membuka pintu kamarnya dengan raut wajah yang sudah berantakan makeup karena luntur dengan air mata yang berjatuhan.

Sang mama memeluk dan meminta maaf atas perlakuan sang papa yang membuat gadis itu menjadi sedikit trauma mungkin dengan sang papa yang baru pertama kali menampar dirinya.

"Maafin papa kamu ya, mama sudah kasih tau ke papa jika Randi orang nya tidak seperti apa yang papa bayangkan." Anita mencoba membujuk sang anak agar memaafkan papanya karena bagaimana pun Anita harus menjadi penenang bagi anak dan suaminya.

Shelly memeluk sang mama dengan anggukkan pelan.

***

Keesokan pagi nya Randi kini banyak mendapatkan notifikasi di ponselnya yang masih pagi pagi sekali, dan ternyata itu adalah sebuah bookingan beberapa kamar untuk tamu yang akan menginap di hotelnya.

Randi yang saat ini masih berbaring di tempat tidur yang beralaskan kasur lantai tersebut begitu bahagia lalu menghampiri sang ibunda yang tengah memasak di dapur sederhana untuk membuat sarapan pagi.

"Bun, alhamdulilah akhirnya ada yang mau booking beberapa kamar dari luar kota." Teriak Randi menghampiri sang ibunda yang berada di dapur.

"Ada apa, Ran? Kamu buat bunda kaget." Randi memperlihatkan ponsel dengan isi pesan akan membooking beberapa kamar di hotel mereka.

"Alhamdulilah, akhirnya promosi kamu berhasil nak." Randi mengangguk kan kepala nya lalu memeluk sang ibunda mereka bersyukur masih ada jalan keluar dari kesulitan yang mereka alami.

Kini Randi akan segera bersiap ke lokasi untuk mempersiapkan kamar yang akan di booking oleh costumer nya itu.

Sebelum nya Randi mandi terlebih dahulu dan sarapan pagi bersama sang ibunda.

Beberapa menit setelah nya mereka keluar secara bersamaan dengan sang ibunda yang akan mengunjungi butik teman nya tersebut akan menanyakan bagaimana perkembangan butik yang dirinya berinvestasi.

"Pak Agus," Panggil Randi ketika dirinya sudah berada di loby hotel.

Pria paruh baya yang masih gagah itu menoleh lalu menghampiri Randi sang atasan.

"Apa karyawan disini sudah menerima bookingan untuk siang ini?" Pak Agus pun mengangguk kan kepala nya.

"Mereka lagi membersihkan kamar kamar, Mas." Ujar Pak Agus pada Randi, pria itu bersyukur semua karyawan nya cekatan dan mereka semua masih ada harapan untuk bekerja di hotel Randi.

Randi yang berjalan ke arah ruangan nya bersama Pak Agus untuk membicarakan perusahaan itu akan seperti apa ke depan nya.

Drrrrtt

Drrrrttt

Panggilan masuk ke dalam ponsel milik Randi yang kini sudah duduk di kursi kebesarannya.

"Shelly, kamu baik baik ajakan, yang?" Tanya Randi dengan hati yang khawatir juga ingin sekali melihat kekasihnya tersebut.

"Aku gak apa apa, orang yang akan merenovasi hotel kamu nanti akan datang ke lokasi tapi maaf aku gak bisa nemenin." Kata nya dengan suara yang lemah.

"Papa kamu marah besar sama kamu, kan?"

"Enggak, Ran.. Pokonya kamu harus fokus sama apa yang uda kamu susun ya. Aku masih ada kerjaan yang lain."

"Oke, I miss you."

Tanpa menjawab Shelly kini mengakhiri panggilannya tersebut Randi yang heran tidak biasa nya kekasihnya itu tidak menjawab kata kata romantis yang biasa nya selalu di ucapkan.

"Mas, Randi?"

Randi terpaku dengan suara lemah dari kekasihnya dia takut jika dia dan Shelly tidak bisa bertemu kembali karena ayah dari kekasihnya itu tidak merestuinya.

"Mas, Randi." Panggil Pak Agus seraya melambaikan lengan nya kehadapan wajah pria muda yang terlihat sedang berfikir.

"Eh, iya. Pak Agus nanti ada orang yang mau renovasi warna cat untuk loby dan sekitar nya." Ujar Randi ketika dia tersadar dari lamunannya tersebut.

Pria paruh baya tersebut mengangguk kan kepala nya dan dia berfikir dari mana Randi bisa mendapatkan uang untuk mengecat ulang kembali hotelnya.

Entahlah itu urusan dia dirinya hanya bisa mengarahkan dan kasih saran yang terbaik untuk hotel nya tersebut.

Pak Agus keluar dari ruangan Randi sedangkan pria muda yang masih stay di depan laptop miliknya itu akan terus melakukan promosi di berbagai sosial media.

Dia yang berniat akan bekerja akan tetapi tidak jadi karena kekasihnya selalu menguatkan dia untuk selalu berusaha memanfaatkan yang ada.

Beberapa jam kemudian beberapa orang yang dari suruhan Shelly pun tiba di hotel Randi mereka mengerjakan sesuai permintaan gadis itu dan Randi hanya bisa mengarahkan mereka untuk melakukan pengecatan ulang.

"Mas, tolong sebelah sana di cat ulang juga ya."

Bersambung..