Chereads / Pria Yang Salah! / Chapter 9 - Pernikahan Shelly

Chapter 9 - Pernikahan Shelly

Hari Pernikahan Shelly

Beberapa bulan berlalu, kini hari bahagia telah tiba menghampiri Shelly juga Shaka kedua nya akan melangsungkan akad nikah di tempat ibadah.

Namun Shelly nyatanya masih belum bisa melupakan Randy sang mantan kekasih terlihat dari air mata yang keluar tanpa henti, dia menerima perjodohan ini dengan sangat terpaksa karena ayahnya.

"Shell? Are you okay?" Anita sang mama menghampiri Shelly di kamar rias pengantin. Perias tersebut menoleh lalu keluar memberikan waktu untuk anak juga ibundanya.

Seperti pepatah mengatakan jika akan menikah banyak segala cobaan dan rintangan yang menghadang, termasuk Shelly dirinya tak siap bila menikah dengan orang sama sekali tidak dia cintai.

Pelukan itu Shelly berikan pada sang mama, seakan Anita pun merasakan apa yang menyebabkan putrinya menangis.

"Kamu harus bisa menerima pernikahan ini, Shell." ujar Anita, setelah pelukan itu terurai dan menghapus jejak air mata yang keluar.

Shelly menganggukkan kepala tersenyum penuh arti pada sang mama, di rasa telah selesai di rias oleh tangan ahli kini seseorang memberi tahu jika pihak mempelai laki-laki sudah tiba dan akan segera melangsungkan ijab kabul.

Shelly juga Anita turun kebawah, di lihatnya semua orang tampak bahagia menantikan momen sakral tersebut.

"Saya terima nikah dan kawinnya Shelly Antariksa Marga dengan mas kawin tersebut tun-," kalimat sakral itu hampir terucap, namun suara seorang perempuan dari luar menghentikan semuanya.

"STOP!" ujar seorang perempuan, terlihat sedang mengandung itu. Langkah maju menghampiri mempelai pengantin.

Para tamu undangan juga sanak saudara saling berbisik mempertanyakan, siapa perempuan itu? Dan mengapa menghentikan acara yang sangat sakral tersebut.

Begitu banyak pertanyaan juga bisikan membuat Shaka mengepalkan jari jemari lengannya. Apa mungkin itu ada hubungannya dengan Shaka?

"Kamu, tega mas! Ini anak kamu dalam kandunganku, dan kamu malah mau menikah lagi dengan seorang gadis?"

Pernyataan itu membuat semua orang begitu shock, tidak terkecuali Shelly juga sang papa. Mereka begitu kecewa apalagi seorang penghulu yang menyaksikan secara langsung membuat dia berdiri dan akan meninggalkan acara tersebut.

"Jangan asal ngomong, ya! Saya kenal sama kamu juga, engga. Bagaimana saya bisa menghamili kamu!" suara Shaka terdengar menyakinkan semua orang, namun perempuan itu memperlihatkan bukti bukti dengan memutar video dari dalam ponselnya bahwa mereka adalah sepasang suami istri.

PLAK!

"Saya tidak sudi, menikah dengan kamu!" Shelly berdiri, dia merasa sakit hati juga malu bukan main. Semua orang terlihat menyoraki Shaka. laki-laki macam apa dirinya sehingga tega meninggalkan istrinya dengan keadaan hamil besar.

"Shell, Shelly aku bisa jelaskan." teriakan Shaka seolah tidak peduli dengan apa yang terjadi.

"PERGI KAMU DARI SINI!" kini Andika, dia merasa di permainkan oleh anak ingusan seperti Shaka.

Semua tamu undangan satu persatu pergi dari acara pernikahan tersebut.

"Ayoo, mas. Kita pergi dari sini." perempuan itu menarik paksa lengan Shaka, namun dengan sekuat tenaga pria itu menghempaskan nya.

"KAMU!" tunjuk Shaka, tidak jadi berbicara dan Shaka pun menarik lengan perempuan yang tengah mengandung tersebut.

***

Shelly kini berada di dalam kamarnya, hanya butuh waktu 5 menit berjalan dari tempat ibadah menuju kediaman mewah orang tuanya tersebut.

Menangis, menanggung malu karena pernikahannya tidak jadi. Apalagi dengan skandal pria itu sudah memiliki istri bagaimana mungkin sang papa tega menikahkan dia dengan seorang yang sudah menikah, apalagi kini tengah mengandung buah hati mereka.

Hiks... Hiks....

"Papa tega sama aku," suara Shelly tercekat.

Suara pintu terus saja di ketuk, sang mama berteriak di luar ruangan kamar Shelly namun Shelly tidak bisa membukanya untuk saat ini.

Gadis itu menangis hingga meninggalkan bekas cairan di bantal tempat tidurnya.

Tak lama dia pun tertidur karena merasa lelah menangis menanggung malu.

Sementara Shaka kini menghadapi kedua orang tuanya

"Apa ini, Shaka! Kamu sudah menikah tanpa memberi tahu kedua orang tua, kamu? Dimana hati nurani kamu menikahi gadis orang tanpa restu dari kami!" Hardik sang papa, meneriaki putranya.

"Maafin, Shaka. Pa.." Shaka memohon, berlutut memeluk kaki sang papa agar bisa di maafkan atas perbuatannya.

"Siapa nama, kamu nak?" suara lembut, seorang ibu bertanya pada perempuan di sampingnya. Walaupun air mata tidak bisa di sembunyikan namun ibu mana yang tidak tega melihat anak gadis orang tengah mengandung akibat putranya.

"Namaku, Vanya. Tante." jawab perempuan tersebut.

Melinda menganggukkan kepalanya, dia melihat gadis tersebut begitu perihatin menikah siri tanpa adanya saksi dari kedua orang tua mereka masing-masing.

Melinda, berlalu dari hadapan sang putra begitu pun dengan sang suami sekaligus ayah dari Shaka meninggalkan keduanya di ruang keluarga.

Merasa capek dengan tingkah, Shaka yang selalu membuat onar.

"Puas kamu, Vanya! Apa lagi yang kamu mau dari aku, setelah kamu menghancurkan acara pernikahan aku dengan Shelly." Shaka merasa geram, dirinya tidak merasa menikah apalagi menghamilinya.

Vanya hanya mantan kekasih Shaka, 3 tahun yang lalu dan berpisah karena dirinya telah memilih Randy atasannya di tempat kerja.

"Hahaha, gue merasa menang kali ini." tawa Vanya tertahan, dia tidak mau semua kejahilannya terbongkar.

"Merasa menang? Maksud, lo?"

"Tidak-tidak. gue keluar dulu ya suamiku. Ada urusan." Vanya menggelengkan kepalanya, melepaskan bantal hamil dari dalam bajunya lalu memasukkan nya ke dalam tas.

Gadis berambut pirang itu keluar dari kediaman Shaka.

***

"Gimana? Apa lo berhasil?" Vanya menganggukkan kepalanya, memakan ramen di hadapannya.

Vanya menceritakan, bagaimana kejadian dirinya masuk ke dalam acara sakral tersebut membuat lawan bicaranya sungguh terpuaskan atas jawaban dari Vanya.

Dia begitu geram dengan Shelly, ancaman Shelly tempo lalu tidak berpengaruh terhadap dirinya yang ada dia mengibarkan bendera perang pada Shelly.

"Gila sih, gue harus gimana coba pura-pura hamil dan pura-pura untuk melahirkan juga?"

Gadis itu menggelengkan kepalanya, "Bukan begitu, bego! Lo jadi orang oon juga ya." Merasa geli, karena Vanya sama sekali tidak mengerti dengan apa yang telah mereka rencanakan.

"Lo bisa pura-pura jatuh, atau lo bisa tidur sama Shaka jika kamu mau lo hamil anaknya Shaka." tawa renyah itu kembali terdengar.

Segampang itukah, dia berbicara seenak jidatnya.

"Gila aja, lo!"

"Tapi, ide lo coba gue perhitungkan."

Keduanya kini memakan, makanan yang ada di hadapannya tertawa bersama juga saling bercerita satu sama lain.

Memakan waktu hampir 3 jam berlalu, keduanya tampak berpisah saat di depan lobby mall.

Vanya menggunakan taksi online, sementara temannya itu memakai mobil miliknya sendiri. Tak searah jalan kembali ke rumahnya membuat mereka memisahkan diri namun rencana telah mereka buat dengan sematang-matangnya.

"Gue puas, liat lo hancur Shelly!"

Bersambung...