Chereads / Pria Yang Salah! / Chapter 10 - Masa Lalu Shaka

Chapter 10 - Masa Lalu Shaka

Masa Lalu Shaka

FLASHBACK ON

Beberapa hari sebelum hari akad, Leoni terlihat menghubungi seseorang di balik ponselnya. Perempuan itu dengan sengaja mencari tahu masa lalu calon suami dari teman namun menjadi musuhnya tersebut.

"Halo, apa lo Vanya?" tanya Leoni, niat hati ingin mengajak mantan kekasih dari Shaka itu untuk bertemu namun sayang ternyata perempuan itu begitu sibuk dengan pekerjaannya.

Rencana tetap rencana, dia akan membuat kekacauan pada saat acara akad berlangsung. Entah kenapa Leoni merasa tak ingin melihat Shelly bahagia jelas-jelas gadis itu begitu tersiksa dengan perjodohannya.

"Sorry, lain kali aja. Gue benar-benar sibuk." terdengar jawaban seperti itu membuat Leoni paham, bagaimana tuntutan pekerjaan.

Keduanya memutuskan sambungan telepon, dan kini Leoni sibuk kembali dengan pekerjaannya.

Jam istirahat, Leoni tak menyangka jika orang yang bernama Vanya itu bisa menyempatkan waktunya hanya sekedar ingin membahas dendamnya terhadap Shelly.

Bagaimana bisa, dia yang bilang jika dirinya tengah sibuk namun kini berada di hadapan Leoni akan makan bersama.

"Jadi, rencana apa yang kamu punya?" tanpa basa basi, Vanya pun langsung bertanya. Leoni menceritakan rencananya pada gadis di hadapannya itu.

"Gue gak bisa, taruhannya pekerjaan gue." tolak Vanya mentah-mentah. Namun Leoni berjanji dia akan bertanggung jawab sepenuhnya atas apa yang dia rencanakan. Sekali pun jika Vanya keluar dari pekerjaannya tersebut.

Tapi, Vanya merasa ragu pasalnya keduanya baru bertemu hari itu juga dan mereka belum mengenal latar mereka masing-masing.

Segala rayuan Leoni keluarkan, akhirnya Vanya setuju dengan rencananya namun dengan identitas mereka di palsukan.

"Deal!" keduanya menjabat tangan, Leoni mentransfer pada Vanya sebagai DP bahwa dia memiliki rencana tidak sekedar angin belaka.

Hari Akad pun tiba, kini Vanya juga Leoni sudah bersiap di balik gedung ibadah tersebut.

Vanya memakai makeup bagaikan memakai topeng begitu tebal juga memiliki tahi lalat di pipi, tidak memperlihatkan wajah aslinya. Kemudian memakai bantal hamil agar orang percaya bahwa dirinya tengah hamil tua.

Serah terima itu akan segera di mulai, Vanya masuk ke dalam acara sakral tersebut nampak semua orang terkejut akan ke datangan dirinya.

FLASHBACK OFF

***

Drrrrtt Drrrrtt ponsel Vanya bergetar, menampilkan nama Shaka di dalam benda pipih tersebut.

"Iya." Jawab Vanya, setelah menggeser ikon berwarna hijau tersebut.

"Gue perlu bicara, sama lo!" suara tegas terdengar dari sebrang sana, begitu membuat telinga Vanya sangat sakit.

Baru saja Vanya akan menjawabnya, namun panggilan itu sudah terputus.

Mau tidak mau Vanya harus mengikuti permainan Shaka terlebih dahulu sebelum dia mengambil langkah apa selanjutnya dan akan membicarakan nya terlebih dahulu bersama dengan Leoni.

Hanya beberapa menit dari tempat kerjanya, Vanya sudah sampai di sebuah cafe. Ia melihat Shaka sudah berada di sana duduk sendiri namun terlihat otot-otot rahangnya begitu mengeras.

Mungkinkah, pria itu menahan amarah sejak tadi?

"Hai," sapa Vanya, terlihat basa basi.

Shaka menoleh namun dia pun langsung berdiri, menatap Vanya penuh dengan amarah juga kebencian.

"Kenapa lo, datang tiba-tiba dan mengaku kalau kamu hamil sama aku!" Hardik Shaka, memarahi Vanya di depan umum. Banyak pasang mata menyaksikan dia juga Vanya.

Merasa tidak terima perempuan itu di permalukan seperti itu oleh Shaka, Vanya pun membuka blazer kantornya menampilkan perut buncit tersebut.

"Apa ini yang kamu, maksud? Kamu akan lari dari tanggung jawab kamu?" Vanya menunjukkan perut buncitnya, seolah-olah pria yang ada di hadapannya itu benar-benar tidak mau tanggung jawab.

"Oke, sekarang mau kamu apa!" Shaka benar-benar putus asa, dia tidak tahu harus bagaimana sementara sang ibunda meminta dia untuk membawa Vanya ke rumahnya untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya terhadap Vanya.

"Gitu dong, kan aku juga gak capek harus marah-marah." Vanya duduk di hadapan pria itu. Shaka mencoba untuk berdamai dan bernegosiasi untuk meluruskan semua permasalahan yang ada.

Shaka menginginkan jika Vanya sedang bersandiwara dan jujur terhadap kedua orang tua juga calon istrinya, namun ternyata Vanya tidak segampang itu.

"Kalau kamu emang hamil anak aku, kamu harus tinggal di rumahku."

"T-tapi, Shaka?"

"Kenapa, kamu takut terbongkar rahasia kamu?"

"B-bukan begitu, Shaka. Tapi aku juga kerja." Vanya, berusaha untuk menolak dengan alasan pekerjaan dirinya.

Shaka tersenyum penuh arti, dia menyadari ada sesuatu yang terjadi pasalnya memang dia merasa tidak pernah tidur dengan perempuan yang ada di hadapannya.

Vanya terlihat berfikir, dia tidak boleh ketakutan sekalipun Shaka memaksanya untuk mengungkapkan jika kehamilannya itu bohong.

"Oke, kita ke rumah kamu." secepat kilat, Vanya menyetujui permintaan Shaka laki-laki itu tidak terkejut bahkan terkesan dia sudah memiliki banyak rencana.

Keduanya berlalu dari kafe tersebut, namun Vanya masih tidak enak hati dia tidak bisa berfikir jika dadakan seperti itu. Lalu perempuan yang katanya lagi hamil besar mengotak-atik ponsel di dalam mobil selama perjalanan ke rumah Shaka.

Beberapa menit kemudian, sampailah di rumah mewah milik kediaman orang tua Shaka. Mereka turun dari dalam mobil lalu masuk ke dalam rumah tersebut.

Ibunda Shaka sangat antusias dengan kedatangan Vanya, meskipun dirinya tahu bahwa anaknya menikah secara diam-diam tidak masalah baginya karena perempuan itu tengah mengandung sang cucu.

Namun tidak dengan pria paruh baya, dia sama sekali tidak menoleh pada Vanya.

"Jangan di ambil hati, ya. Papa Shaka memang begitu." sang ibunda menenangkan hati menantunya tersebut. Vanya hanya bisa tersenyum canggung.

Shaka akan kembali ke kantor dengan sang papa, Vanya tidak bisa berbuat apa-apa, sementara kerjaannya sudah menunggu. Shaka memang selalu bisa membuat orang kebingungan.

Tidak berselang lama setelah Shaka keluar bersama papanya. Ada mobil yang berhenti tepat di depan rumah.

"Assalamualaikum," gadis itu mengetuk pintu.

"Wassalamu'alaikum," Vanya membukakan pintu rumah mertuanya.

Shelly kaget, dia mengira jika Vanya hanya menghancurkan acaranya saja. Tapi ternyata itu salah perempuan itu benar-benar hamil oleh Shaka.

Perempuan setengah paruh baya itu menghampiri Vanya, merasa khawatir karena tidak kembali ke ruang makan. Namun dia pun merasa kaget melihat Shelly calon menantu yang tidak jadi mampir ke rumahnya.

Terlihat serba salah, Vanya pun akan pergi dari hadapan mereka akan tetapi sang ibunda menarik lengannya agar tidak pergi. Senyuman kemenangan itu terbesit dari bibir merahnya.

Shelly melihat, jika dia datang tidak tepat waktu apalagi di waktu jam kantor masih beroperasi untuk itu Shelly kembali berpamitan dengan alasan ada yang tertinggal di rumahnya.

Vanya cukup tahu, Shelly berbohong karena merasa sakit hati mungkin di rumah calon mertua yang tidak jadi itu sudah tidak ada artinya lagi.

"Loh, ko Shelly nya pergi lagi sih bun. Mungkin ada aku ya di sini." Vanya berpura-pura merasa iba terhadap Shelly.

"Biarkan saja, lagian bunda tidak suka sama Shelly." cetus perempuan paruh baya itu, membuat Vanya seakan mendapatkan hadiah terbesar karena ternyata ibundanya Shaka tidak suka sama Shelly. Ada gosip baru rupanya pikir Vanya.

"Kenapa bunda tidak suka, sama Shelly?"

Bersambung..