Antara Dua Hati
"Aku cemburu, Rand. Dan sekali lagi selamat kamu sudah jadian sama Leoni." jawab Shelly dengan cepat. Tak lama perempuan itu mematikan ponselnya merasa percuma mengobrol dengan sang mantan kekasih.
Shelly menangis di dalam mobil. Hingga kendaraan itu berhenti tepat di depan kediaman mewah Shelly.
Berlari tanpa menghiraukan sang mama yang bertanya, gadis itu menyembunyikan tangisan di dalam kamar.
Anita tidak mengerti kenapa anak gadisnya pulang dalam ke adaan menangis, wanita setengah paruh baya itu mengetuk pintu kamar sang anak dengan khawatir.
Tok ... Tok ...
"Shelly, kamu kenapa nak?" tanya sang mama. Merasa tidak ada jawaban dari dalam Anita terus menerus mencoba untuk membuka pintu tersebut.
Selama lima menit Anita menunggu namun tak kunjung di buka oleh sang putri hingga dia meminta maid untuk mencari kunci cadangan setiap kamar.
"Shelly." panggi sang mama setelah berhasil masuk memakai kunci cadangan, Anita melihat sang putri tengah menangis memeluk bantal guling.
Membelai lembut memberikan kasih sayang pada sang putri satu-satunya.
"Ma, aku masih sayang sama Randy." tiba-tiba Shelly mengakui perasaan yang selama ini dia pendam. Memeluk sang mama karena takut jika ada orang lain yang mendengar.
"Sayang, tapi kita sudah menyakitinya." jawab sang mama menguraikan pelukan, menghapus jejak-jejak air mata yang keluar.
"Aku tahu, ma ... Tapi, perasaan ini gak bisa bohong."
Anita hanya bisa memeluk sang putri merasa perihatin atas apa yang menimpa gadis tersebut. Melukai sang mantan kekasih namun, dirinya pun terluka karena pernikahannya yang gagal juga sang mantan calon suami telah menghamili mantannya.
Wanita setengah paruh baya itu bingung harus melakukan apa, pasalnya ia sendiri malu jika harus mengemis cinta terhadap Randy untuk putrinya.
Sudah banyak luka yang suaminya torehkan pada Randy hingga Anita pun merasa tidak yakin jika Randy mau menerima Shelly kembali.
***
Randy merasa bingung, ia tidak tahu bagaimana. Perasaannya terhadap Shelly memanglah sulit di lupakan bagaimana pun juga gadis itu pernah singgah di hati Randy selama beberapa tahun.
Akan tetapi, setelah kabar pernikahan Shelly bersama karyawannya perasaan itu seakan sirna entah kemana perginya yang tersisa hanyalah kesakitan juga luka yang mereka berikan.
"Rand." sang ibunda memanggil putranya, hingga pria muda itu menoleh menatap sang ibunda.
"Kok bengong? Ada apa?" tanyanya. Duduk di samping sang anak.
"Bingung, bun." jawabnya, Sang ibunda mengerutkan kedua alis-alisnya.
Ibunda Randy rupanya telah mengetahui isu gagalnya pernikahan Shelly, sang calon menantu yang tidak jadi. Perempuan setengah paruh baya itu merasa jika perempuan yang selama ini tengah mengisi hari-hari mereka hadir kembali dalam kehidupannya hingga membuat sang putra menjadi seperti itu.
"Pilih dari dalam hati kamu, jangan sampai salah memilih Rand." ucap sang bunda membuat Randy menoleh.
"Tapi, bun ... Leoni berbeda keyakinan dengan kita." entah kenapa pria itu justru mengatakan di luar prediksi ibundanya.
Intan menganggukkan kepalanya mengerti, salah dirinya juga mendekatkan gadis bermata sipit itu dekat dengan putranya kini Randy merasa dilema di antara dua hati.
Tidak tahu harus menerima Shelly kembali ataukah melangkah bersama dengan Leoni yang berbeda keyakinan.
Kata-kata dari Andika masih terus terngiang di pikiran Randy, pria itu tidak yakin jika dirinya bisa kembali bersama dengan Shelly meskipun keadaan telah jauh berbeda.
Drrrttt drrrrttt
Ponsel Randy bergetar, ada nomor asing yang melakukan panggilan terhadap Randy.
Pria itu meraih ponselnya, mencoba untuk menyambungkan setelah ikon hijau dia geser.
"Halo." sapa pria itu.
"Rand, ini om Andika ... Bisa kita bertemu?"
Deg.
"B-bisa, om." jawab pria itu ragu.
"Baik, om akan share lokasinya." tanpa di perintah sambungan telpon itu terputus begitu saja.
Randy menerima pesan dari Andika beberapa menit setelah panggilan itu terputus.
Bersiap diri dan akan menemui papanya Shelly, Andika.
Intan kali ini tidak ikut campur dalam masalah percintaan sang putra, meskipun dia tidak mau menerima keluarga Shelly kembali.
Demi kebahagiaan sang putra Intan rela melakukan apapun demi anak semata wayangnya.
Satu jam berlalu Randy keluar dari rumahnya, tiba-tiba Leoni datang menghampiri Intan.
"Tante," ujar Leoni, gadis bermata sipit begitu putih dan mulus itu tersenyum sangat cantik memeluk sang ibunda calon pacarnya.
"Hai, Leoni." Intan merasa kikuk, meskipun begitu dia menerima pelukan hangat dari lawan bicaranya.
Leoni membawa beberapa makanan ringan untuk Intan juga Randy di berikan pada sang calon mama mertua.
Leoni melihat ke arah lain, seolah dia sedang mencari orang lain di dalam rumah tersebut. Intan mengatakan jika Randy sedang ada urusan pekerjaan dan dia tidak ada di rumah.
Senyum gadis itu sempat memudar, akan tetapi Leoni harus bisa berlapang dada menemani perempuan setengah paruh baya itu di rumahnya.
"Kesempatan buat aku untuk mengetes, Leoni." batin Intan berbicara.
Mereka kini berada di ruangan keluarga, Intan berpura-pura kesakitan di area kakinya dan meminta Leoni untuk mengambilkan minuman atau pun obat-obatan yang di perlukan Intan.
Kesemutan diarea kakinya, membuat Leoni harus memijat dengan terpaksa. Gadis itu Intan tahu betul sedang berpura-pura tersenyum dan terpaksa mengikuti perintah Intan.
Hingga dia merasa lelah, berpura-pura ikut ke kamar mandi.
"Memangnya gue babu apa! Di suruh ini lah-itulah! Malesin. Lebih baik gue shopping ngabisin duit Randy, tapi apa ya alasan nya " gumam Leoni di dalam kamar mandi, Intan dengan sengaja mengikuti gadis itu dan mendengarkan semua perkataan perempuan bermata sipit tersebut.
Satu menit kemudian, terdengar pintu kamar mandi akan di buka dengan cepat Intan berlari menuju ruang keluarga kembali, duduk di sofa seraya memijat-pijat kaki yang terasa kesemutan.
"Aduuuh, ini kaki pegel banget ya. Biasanya juga gak kaya gini." keluh Intan, berakting agar Leoni percaya bahwa perempuan setengah paruh baya itu merasa kesakitan.
"Tante, Leoni minta maaf ya ... Leoni harus segera pergi." ucap Leoni, seraya menempelkan kedua telapak tangannya di depan dada.
"Sayang banget ya, Leoni ... Tadinya tante mau minta antar buat cek-up kaki tante." Intan berakting memelas.
Leoni tidak tega melihat wanita yang telah melahirkan calon pacarnya seperti itu. Namun, dia juga tidak mau di suruh ini dan itu hingga membuat Leoni merasa lelah.
Hingga akhirnya Intan menyuruh gadis bermata sipit itu untuk pergi membiarkannya seorang diri.
Leoni keluar dari rumah mewah tersebut, bernapas lega memilih untuk menghubungi Randy.
Sementara Intan, mengambil ponsel untuk menghubungi anak kesayangannya akan memberi tahukan bagaimana sikap Leoni terhadap dirinya.
Tut ... Tut ...
"Iya, Bun?" sapa Randy, di sebrang sana.
Intan menceritakan selama Leoni berada di rumah mereka beberapa menit yang lalu. Akan tetapi pria itu merasa jika Leoni tidak seburuk apa yang di ceritakan sang ibunda.
Intan merasa jengkel dan dia memilih mematikan ponselnya.
***
"Bunda, kamu?" tanya Andika, pria muda di hadapannya menganggukkan kepala.
"Om berharap, Bunda kamu bisa memaafkan om juga Shelly ya."