Randy
"Gadis itu sok kecantikan, Vanya. Bunda gak suka uda gitu ayahnya suka ikut campur dalam hal apapun bagaimana nanti kedepannya jika Shaka menikah dengan Shelly, gak kebayang deh itu pasti banyak campur tangan kedua orang tuanya." jawab perempuan paruh baya tersebut dengan gaya khasnya jika berbicara tangannya pun ikut peragakan.
"Ya sudahlah, bun ... Kan ada Vanya." gadis itu merasa jika dunia kali ini memihak pada dirinya.
Perempuan paruh baya itu menganggukkan kepalanya tersenyum lalu memeluk Vanya, menantu kesayangannya untuk saat ini.
***
Pria tinggi, putih juga macho itu kini keluar dari ruangan yang bertuliskan Direktur utama. Randy berjalan menyusuri lorong hotel dia akan menemui karyawan nya.
"Pak Agus. Tolong penjualan untuk 3 bulan ke depan, pastikan lebih dari bulan ini untuk penjualan kamar." pria itu kini dalam mode perintah dia berusaha untuk bekerja semaksimal mungkin agar tidak di rendahkan lagi oleh orang lain.
Kejadian Shaka sebagai Residen Manager sekaligus, menikung kekasihnya tidak akan pernah Randy biarkan terjadi lagi. Ia akan selalu waspada dengan semua karyawannya.
Cukup satu kali penghianatan itu terjadi, dan kini Randy lebih untuk fokus dalam karirnya mencoba untuk melebarkan sayap dengan bisnis-bisnis hunian yang di kelolanya.
"Rand." lambaian tangan Leoni, mengalihkan perhatian Randy juga pak Agus yang tengah fokus membahas target untuk bulan berikutnya.
Randy memberikan senyuman pada Leoni, pria itu meneruskan pembicaraannya dan memberikan beberapa tugas untuk di sampaikan kembali pada bawahannya.
"Baik, Mas Randy saya akan berusaha." Randy menganggukkan kepalanya dia percaya pada Pak Agus sebagai direktur marketing dan penjualan kamarnya akan semakin laku keras.
Randy juga Leoni berjalan berdampingan keduanya masuk ke dalam mobil mewah milik Randy, perempuan cantik bermata sipit itu menemani sang direktur utama bekerja untuk meninjau lapangan sudah sejauh mana hunian yang di bangun Randy untuk menambah pundi-pundi.
Pria itu kini sudah melebarkan sayapnya untuk membangun sebuah perumahan komersial dengan harga terjangkau agar masyarakat dapat membelinya dengan biaya yang ringan.
Bisnis di bidang properti memanglah sangat menjanjikan, setelah membangun kesuksesan di bidang perhotelan dan telah memiliki beberapa anak cabang dari hotel utama.
Beberapa menit kemudian pria itu sampai di sebuah gedung dan itu nantinya akan menjadi sebuah kantor pemasaran untuk klien yang akan membeli unit mereka.
"Selamat datang, Pak Randy juga ibu Leoni." sapa salah satu tim Randy yang kini siap akan menerima perintah dari atasannya.
Mereka melakukan meeting bersama, merencanakan hingga strategi untuk melakukan penjualan dalam kurun waktu yang sangat singkat.
Pria muda sangat gila bekerja seperti Randy banyak di contoh kalangan muda, sudah tampan berbakat juga memiliki kekayaan yang terbilang cukup menggiurkan bagi kaum hawa.
Setelah mendapat makian juga hinaan dari ayahnya Shelly pria itu berusaha untuk membuktikan pada semua orang bahwa dirinya mampu untuk lebih sukses dari sebelumnya.
Dan terbukti nyata nya hanya dalam kurun waktu yang sangat singkat Randy mampu menyelesaikan perhotelan yang saat itu dalam krisis besar yang di sebabkan oleh ayahnya sendiri.
"Baik, saya tunggu laporan secepatnya dan tolong pada tukang untuk bekerja lebih cepat agar hunian ini cepat terealisasi." ujar Randy pada tim. Semua orang yang ada di ruangan tersebut menganggukkan kepala begitu antusias menerima projects besar ini bersama pengusaha muda.
Setelah beberapa jam mereka menghabiskan untuk membahas projek Randy dan juga Leoni memakan-makanan yang sudah di siapkan oleh para karyawan.
"Rand, hebat ya lo sekarang ... Bisa menyaingi ayahnya Shelly loh!" seru Leoni, gadis itu seakan mengompori Randy akan mudah memanas jika ada yang membicarakan keluarga mantan kekasihnya.
"Sudahlah ... Itu masa lalu buat gue, dan gue fokus untuk menatap masa depan." jawab pria itu santai.
Leoni sudah percaya diri jika masa depan Randy adalah dirinya.
Randy juga Leoni berjalan-jalan melihat-lihat perumahan komersial yang kini tengah di bangun oleh para kontraktor bangunan. Banyak yang mereka bahas baik itu pekerjaan atau pun hal pribadi sekali pun namun perbedaaan kepercayaan menjadi penghalang keduanya untuk bersama.
Dilihat jam pada pergelangan lengan, kini kedua nya berpamitan pada semua tim karena dirasa sudah terlalu lama berada di sana.
Randy yang memiliki jam terbang yang sangat tinggi membuat pria itu selalu sibuk setiap harinya.
"Sekarang, lo mau kemana?" beberapa menit kemudian mereka sampai di depan hotel milik Randy.
"Gue, ada pekerjaan lain." Leoni menganggukkan kepalanya. Berusaha untuk mengerti dan kini gadis itu turun dan beralih pada mobilnya sendiri.
***
Vanya dan sang ibunda Shaka terlihat sangat akrab dan kini Vanny memiliki kekuatan jika suatu saat dirinya ketahuan berbohong setidaknya ada orang yang membela dia salah satu anggota keluarga mantan kekasihnya.
"Hai, Shaka lo mau makan, minum atau mandi terlebih dulu?" pertanyaan itu Vanya layangkan pada suami pura-pura yang baru saja kembali ke rumah setelah bekerja seharian.
"Gue, mau mandi dan lo sebagai istri gue harus lo siapkan air hangat, baju ganti juga siapkan makan malam. Oia satu lagi jangan pernah nyuruh bibi untuk menyiapkan semuanya gue mau lo yang siapkan." ujar Shaka di depan sang ibunda dia ingin melihat bagaimana reaksi Vanya ketika semua perintah dari seorang suami untuk istrinya.
Perempuan paruh baya itu tersenyum bahagia akhirnya ada seseorang yang bisa mengurus anaknya dengan baik, namun tidak dengan Vanya gadis itu terlihat mematung seakan tidak terima di perintah seperti itu oleh, Shaka.
Namun mau tidak mau Vanya pun mengikuti permainan Shaka, sampai mana pria itu akan menjalankan aksinya sebagai suami pura-pura.
Menyiapkan pakaian untuk Shaka terbilang cukup mudah bagi Vanya namun untuk menyiapkan makanan Vanya sepertinya harus meminta bantuan pada ojek online untuk memesan makanan secara online.
Drrrrttt drrtttt
Ponsel Shaka berbunyi menampilkan photo Shelly dalam layar jernih itu, Vanya akan mengambilnya namun Shaka terlebih dulu.
"Jangan coba-coba lo angkat telpon dari siapa pun itu! Ini privasi gue." hardik Shaka, membuat Vanya menganggukkan kepalanya dan meminta maaf.
Sementara Shaka menerima panggilan dari Shelly perempuan itu mendapatkan notifikasi pesan dari ojek online yang mengantarkan makanan. Vanya keluar melalui pintu samping kemudian segera menyiapkan makanan tersebut untuk di hidangkan pada piring-piring kosong.
Vanya terkejut jika Shaka sudah berada di samping dia, beruntungnya semua makanan itu sudah tersaji dengan rapi.
"Cepat banget lo masak." sindir Shaka membuat Vanya tersenyum canggung.
"Gue jadi gak yakin sama makanan nya." meskipun begitu Shaka tetap memakan-makanan tersebut karena cacing di dalam perutnya sudah berdemo sejak tadi.
Vanya hanya bisa terkekeh melihat tingkah konyol Shaka, pria itu masih sama seperti Shaka yang dahulu kala pada saat mereka berpacaran.
Shaka melihat senyuman Vanya begitu manis juga cantik, namun sedetik kemudian pria itu tersadar apa yang dia rasakan itu tidak boleh terpengaruh oleh senyuman wanita yang ada di hadapannya.
"Kenapa, lo?"
Bersambung...