Leoni
Saat ini perempuan berusia 24 tahun tersebut, tengah berada di sebuah kantor, dimana dirinya bekerja.
"Cie, baru kali ini gue liat lo di antar." Ledek salah satu karyawan di kantor tersebut.
"Apaan, sih. Gosip deh, uda kerja."
Teman-teman satu divisi, berhamburan membubarkan diri setelah ledekan demi ledekan mereka layangkan terhadap Leoni. Bagaimana tidak mereka menjuluki Ratu Jomblo pada Leoni, karena selama mereka bekerja tidak pernah melihat dia bersama dengan pria.
Dan baru beberapa menit yang lalu mereka menyaksikan secara langsung, sungguh membuat teman satu divisi merasa lega. Karena selama ini mereka pikir jika Leoni tidak memiliki hasrat menyukai lawan jenis.
"Leoni, besok-besok kalau di antar lagi, kenalin ke kita dong. Jangan cuma dari dalam aja, kita juga kan penasaran. Setuju guys?" Salah satu dari mereka berteriak, ingin melihat sosok pria yang bersama dengan Leoni. Selama ini jika mereka berkumpul bersama hanya Leoni sendiri yang tidak membawa pasangan.
"SETUJU!" Hampir satu ruangan, mereka berteriak hanya karena ingin melihat sosok pria tersebut.
Leoni hanya bisa menggelengkan kepalanya, tidak mengerti dengan teman-temannya.
Tak memperdulikan, kini Leoni fokus bekerja, mengecek satu-satu naskah akan dia periksa.
***
Sepanjang perjalanan, Randy masih terbayang bagaimana cincin itu akan di sematkan pada jari manis milik Shelly, perempuan yang sudah mengisi hatinya selama 3 tahun.
Kini dia harus merelakan kekasihnya bersama yang lain.
"Assalamualaikum," Randy, membuka pintu. Sang ibunda menunggu anak semata wayangnya. Terlihat jelas jika putranya masih kalut dalam kesedihan karena cintanya terhalang restu kedua orang tua Shelly.
"Wassalamu'alaikum, Rand. Gimana?" Intan, tidak sabar menunggu cerita setelah putranya tersebut bertemu dengan Leoni, perempuan cantik, mandiri.
Pria itu duduk, lalu menceritakan semuanya terhadap sang ibunda agar rasa penasarannya terobati.
Randy memang selalu mencurahkan, baik itu urusan pekerjaan ataupun masalah pribadinya. Hanya Intan sang ibunda selalu ada di saat pria itu bahagia ataupun terluka.
Intan begitu antusias, dia sangat berharap jika Leoni bisa membuat putranya benar-benar move-on dari mantan kekasih dengan tega lebih memilih pria lain dari pada berjuang bersama untuk mendapatkan restu dari kedua orang tuanya.
"Bunda senang dengarnya, Rand. Semoga kamu bisa melupakan Shelly. Walupun bunda tahu, Leoni dan Shelly bersahabat. Tapi kamu juga Leoni berhak bahagia." ujar sang bunda memberi wejangan pada pria muda di hadapannya.
Randy menganggukkan kepalanya memaksakan senyum, pria itu berdiri akan melangkah menuju kamar setelah meminta izin pada sang ibunda.
Mengingat nama Leoni, perempuan itu memang selalu bisa mencairkan suasana. Mungkin saat ini Randy belum bisa merasakan perasaan cinta namun pria itu akan berusaha sekuat tenaga agar bisa melupakan cintanya terhadap Shelly, mantan kekasihnya.
Kini ia merebahkan tubuh di atas ranjang king size, setelah menyelesaikan ritual malamnya. Teringat janji akan menghubungi Leoni, gadis ceria juga cantik.
Drrrt drrrrtt
Suara ponsel milik Randy berbunyi, menampilkan photo cantik Leoni di layar tersebut, panggilan video call itu tersambung.
"Hai," sapa Randy, seraya merebahkan diri kembali, melipat satu tangannya di atas kepala.
Senyuman tercantik Leoni layangkan pada pria itu, satu titik kemudian Randy terpesona melihat Leoni.
"Rand, kamu sibuk?" kenapa pertanyaan gak mutu itu, Leoni layangkan membuat Randy seketika tergelak.
Melihat Randy terbahak-bahak, Leoni sedikit canggung menampilkan deretan gigi putih bersihnya. Merasa bodoh bertanya seperti itu.
"Kalau aku sibuk, ngapain juga aku angkat video call dari kamu. Ada-ada aja." tawa Randy masih menggema, merasa gemas dengan perempuan yang ada di balik layar ponsel.
Perempuan itu tersipu, malu dengan dirinya sendiri. Kenapa juga harus bertanya seperti tadi, tapi di balik itu ada rasa bahagia melihat pria yang ia cintai tertawa lepas seperti tadi.
"Rand. Aku bahagia bisa lihat kamu tertawa,"
Deg. Entah kenapa Randy merasa deg-degan mendengar pernyataan dari perempuan yang baru dua hari menemani dia dalam kesedihan.
Namun, kini Randy kembali terdiam. Mungkin Leoni salah bicara tanpa perempuan itu sadari Randy sedang menatap wajah cantik Leoni menelusuri kedalam hatinya. Apa mungkin perempuan ini bisa membuat dia benar-benar jatuh cinta? Pikir Randy.
"Karena kamu," jawab Randy menggantung.
"Memangnya, aku kenapa?" Leoni dengan senagaja memancing Randy, agar bisa membuat dia semakin percaya jika Randy lah yang selama ini dia cari untuk dijadikan pendamping.
"Makasih, sudah membuat aku tersenyum." Pria itu benar-benar tampan, lihat saja ketika dia tersenyum menampilkan giginya.
"Gitu, aja?" Randy hanya bisa menganggukkan kepala. Ia tahu Leoni menginginkan kata lain, selain dari itu namun Randy berusaha untuk tidak menebar perasaannya saat ini.
Mereka hanyut dalam pembicaraan, tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul dua dini hari dan mereka terlelap masih dalam panggilan video call.
***
Pagi menjelang, kini Leoni terbangun namun panggilan video call itu masih berlangsung menampilkan wajah tampan di dalam layar.
Wajah tampan, bersih juga sangat tenang itu begitu membuat Leoni terpesona. Bangun tidur aja tampan, bagaimana jika sudah mandi. Pikiran Leoni pun melanglang buana membuat dia terkekeh sendirian.
Mendengar lenguhan dari balik ponsel, membuat Leoni berpura-pura memejamkan matanya. Namun sayangnya Randy mematikan ponselnya begitu saja pada saat dia bangun tidur.
Entah mengapa perasaan Leoni menjadi jengkel, dia berharap ada pujian dari Randy ketika pria itu melihat panggilan nya masih berlangsung.
Walaupun begitu, Leoni bahagia akhirnya bisa dekat dengan pria yang selama ini dia sukai. Tanpa harus sembunyi-menyembunyikan perasaan sukanya di depan sang sahabat.
Perempuan itu begitu bahagia terdengar dari lagu-lagu yang ia nyanyikan di dalam kamar mandi, sembari mandi.
Tok... Tok...
Mendengar pintu kostnya di ketuk, dengan segera Leoni akan membuka setelah keluar dari dalam kamar mandi, masih menggunakan kimono handuk juga lilitan handuk kecil di kepalanya.
"Shelly?" hampir tidak terdengar, Leoni menyebutkan nama sahabatnya itu.
Tanpa di persilahkan, Shelly masuk begitu saja ke dalam kamar kost milik Leoni.
"Kamu itu sahabat aku, atau bukan sih!" tanpa basa-basi, Shelly menyerang dengan pertanyaan seperti itu membuat Leoni tersedak.
Uhuk... Uhuk..
"Maksud-nya?" walaupun Leoni tahu, arah pembicaraan mereka kemana namun dia masih menghargai persahabatan diantara dia juga Shelly.
"Leoni! Lo tahu banget gimana gue sama Randy! Kenapa lo malah kaya gini?" Merasa tidak terima jika sahabatnya dekat dengan mantan namun masih Shelly cintai.
"Loh, bukannya lo sudah memutuskan untuk menikah dengan Shaka?"
"Le! Gue di jodohkan, bukan keinginan gue." Shelly berdiri, ia pun merasa tertekan dengan perjodohannya.
"Ya, tetep aja lo sudah memilih, Shell. Dan biarkan Randy bahagia." Leoni berbalik, berharap sahabatnya itu mengerti.
"Gue gak mau tau, lo jangan deketin Randy!" Sebelum Shelly keluar dari kost Leoni, perempuan itu memberi peringatan terhadap Leoni.
Bersambung..