Perjuangan panjang kini membuahkan hasil, selama beberapa minggu Randy lakukan promosi baik secara online maupun offline pria itu selalu lakukan hingga sewa perhotelan yang di milikinya sudah di atas rata rata dari pada sebelumnya.
Randy yang memang pekerja keras membuat perempuan mana yang tidak jatuh cinta dengan pria tampan seperti dirinya.
"Mas Randy." Pak Agus memanggil Randy, pria muda itu menoleh lalu menghampiri pria paruh baya tersebut.
"Alhamdulilah, sewa hotel kini naik pesat. Berkat mas Randy yang tidak pantang menyerah untuk menghidupkan kembali hotel ini."
"Ah, Pak Agus bisa saja. Ini juga berkat kerja pak Agus dan karyawan lain nya. Dan terimakasih masih bersama saya meskipun dalam keadaan susah."
Pak Agus tersenyum dirinya tidak terima jika dahulu kala ayah dari pria yang kini ada di hadapan nya meninggalkan anak juga istrinya demi wanita lain juga hutang dimana mana.
Agus yang sudah berjanji akan menemani Randy hingga berada di atas kembali kini sudah mulai melewati tahap demi tahap.
Kedua nya kini berlalu Randy menuju ruangannya dan pak Agus selaku manager di hotel itu selalu patroli memastikan tidak ada masalah baik dari karyawan atau pun tamu yang datang.
Senyum bahagia kini selalu menghiasi Randy, pasalnya dia sudah bisa melewati masa masa sulit namun hatinya masih merasa belum tenang jika belum mendapatkan restu dari ayah sang kekasih.
"Apa yang harus aku lakukan?" Pikir pria muda tersebut.
Ting
Satu pesan masuk ke dalam ponsel milik Randy.
[Rand, ada yang mau aku obrolin sama kamu. ~ Shelly]
Melihat pesan tersebut membuat hati Randy kini diliputi rasa gelisah, hal apa yang akan di sampaikan kekasihnya tersebut sementara hubungannya sedang tidak baik baik saja.
Mencoba untuk berfikir positif, mungkin kekasihnya akan menanyakan hal sesuatu tentang pekerjaan atau hal lainnya.
Beberapa menit kemudian setelah pria itu menyelesaikan pekerjaannya dia bergegas untuk menemui sang pujaan hati.
***
"Rand, aku mau kita break." Bak di sambar petir di siang bolong, pria itu terkejut tersedak minuman.
Uhuk... Uhuk...
"Kenapa? Apa papa kamu yang menyuruh?!" Randy tidak percaya mendengar perkataan itu dari mulut sang pujaan hati.
"Tolong, ngertiin aku. Rand." Gadis cantik itu kini meneteskan air mata, memohon pada pria yang sangat dia cintai.
Randy terdiam, Shelly akan melanjutkan pembicaraan nya namun tangan pria itu terangkat memberi peringatan agar tidak bicara lagi.
Dengan terpaksa kini dia meninggalkan wanitanya sendiri di cafe tersebut. Shelly meneteskan air mata, menangis menyesali perkataannya. Namun Shelly mengingat perkataan sang papa.
Flashback on
"Kamu harus putus dari pria itu, jika tidak papa akan mencabut semua fasilitas yang kamu punya." Dengan penuh penekanan, pria paruh baya itu mengutarakan keinginannya.
"Ta-tapi, Pa." Belum Shelly menjawab, pria itu sudah lebih dulu pergi dari kamar sang anak membuat Shelly menangis.
Bagaimana bisa dirinya putus dengan sang kekasih yang sangat dia sayangi itu.
Flashback off
Shelly yang masih meneteskan air mata, melihat cuaca di hari itu sudah mendung dan akan turun hujan.
Namun dirinya masih enggan untuk keluar dari cafe, memikirkan bagaimana cara nya untuk meminta maaf pada sang kekasih.
Tidak berhenti sedari tadi menghubungi Randy namun tidak satu pun panggilan itu tersambung.
Hujan deras pun seakan tahu bagaimana kondisi hatinya saat ini.
Shelly sungguh menyesal telah berbicara seperti itu pada orang yang dia sangat cintai.
Sementara di waktu yang sama, kini Randy melepaskan rasa kesal juga sakit hati yang mendalam.
Pria itu tengah berada di atas gedung hotel, hujan mengguyur sekujur tubuhnya pun tidak membuat pria itu enggan menjauh dari sana.
Dari atas sana pria itu bisa melihat jalanan seperti miniatur mobil berlalu lalang memadati jalanan.
Tetesan demi tetesan air mata itu mengalir begitu saja dari pelupuk mata pria tampan tersebut, Randy yang terkenal dengan dingin juga tak peduli dengan sekitar nyatanya pria itu kalah dengan cinta.
Cinta yang mendalam terhadap Shelly mampu membuat seorang Randy menangis.
"Kenapa kamu berada di atas, dengan hujan yang sangat lebat?" Tanya seorang perempuan membawa payung, melindungi Randy dari derasnya air hujan membasahi sekujur tubuhnya.
Randy menoleh, orang itu ternyata bukan sang kekasih melainkan sang karyawan perempuan.
"Untuk apa kamu, kesini! Itu bukan urusan kamu! Pergi bekerja." Hardik Randy, mengusir karyawan yang bernama Lisna tersebut.
"Aku hanya takut kamu sakit." Lisna yang tidak tahu malu, masih berdiri di samping Randy dengan payung di genggaman nya.
"Apa kamu tidak mendengar, apa yang saya katakan!" Teriakan Randy membuat Lisna kali ini mundur satu langkah.
Mungkin pria itu memang butuh waktu sendiri, dan kini Lisna mengalah untuk membiarkan sang bos untuk masih berada di sana.
Setelah beberapa menit, Randy masih berada di atas atap tersebut hujan pun masih mengguyur kota tersebut.
"Saya sudah, bi--" Hardik Randy, menoleh. Ternyata buka Lisna melainkan Pak Agus. Orang kepercayaan Randy yang kini berdiri di samping dengan payung yang melindungi keduanya.
"Untuk apa, bapak ke sini?" Tanya nya, berusaha menyembunyikan tangisannya.
"Maaf, Mas. Hujan nya sangat lebat, saya takut Mas Randy sakit."
"Kalau pun saya sakit, tidak akan ada yang peduli!" Jawab pria muda itu membuat pak Agus berpikir jika bos nya itu tengah dalam masalah bersama kekasihnya.
"Maaf, Mas Randy. Jika ada masalah dengan seorang perempuan, sebaiknya berikan ruang untuk kalian, tapi tidak seperti ini juga." Pak Agus terkekeh, ikut campur ke dalam masalah pribadi sang atasan.
Randy terdiam, ada benarnya juga apa yang di bilang oleh pria di sampingnya itu.
Pak Agus berhasil membawa sang atasan turun dari atas dengan hujan yang hampir selesai membasahi bumi.
Nyatanya pak Agus lah yang berhasil meluluhkan hati Randy dari pada Lisna karyawannya sendiri.
Dari sisi lain, Lisna merasa lega pasalnya dia yang meminta bantuan pak Agus sangat berpengaruh untuk atasannya.
"Asal kamu tau Randy, aku bahagia melihat kamu seperti itu. Aku bisa masuk ke dalam hati kamu."
"Semoga dugaanku, benar. Kamu putus dengan perempuan itu." Senyum sinis terbesit di wajah cantik, Lisna.
Diruangan sang direktur kini Randy merasa kedinginan, lalu pak Agus membawakan handuk juga pakaian menyuruh Randy untuk segera membersihkan dirinya agar tidak sakit.
Tidak berselang lama setelah pak Agus keluar dari ruangan tersebut Randy sudah kembali segar keluar dari dalam kamar mandi.
Namun tak dia sangka perempuan itu ada di ruangan dirinya, duduk di sofa tamu bak perempuan menggoda.
"Sedang apa, kamu di sini!"
Bersambung..