Chereads / Queen of Azera / Chapter 4 - Surat Rahasia

Chapter 4 - Surat Rahasia

Zian memakan cemilan yang Aida bawakan, dengan sikap yang biasa agar Aida tidak curiga pada dirinya yang sedang menyembunyikan surat rahasia yang berhasil ia temukan.

"Aku ingin istirahat kau bisa tinggalkan aku, karena aku ingin tidur sebentar," kata Zian yang saat itu ingin segera mengambil kertas yang tadi ia jatuhkan.

Zian berharap bisa mendapatkan informasi dari kertas yang ia temukan, karena hal itu sangat penting baginya. Ia yang akan menghadapi Pangeran Pertama tidak mungkin tidak tahu apa-apa, jika dulu ia pernah menjalin hubungan, ia pun tidak berharap hal itu bisa menghalangi dirinya, dan pernikahannya dengan Pangeran kedua.

Zian tahu jika pangeran kedua terkenal kejam di medan perang, ia tidak ingin menjadikan dirinya musuh dari kerajaan Aozora, karena mendengar penjelasan dari sang Ayah, jelas sekali jika Zian harus berhati-hati dengan pangeran kedua, apalagi di saat kerajaannya yang memiliki janji karena kalah perang dan tidak mungkin kerajaan Azera menyerang kerajaan Aozora jika sudah pernah kalah.

Aida yang mendengar Putri ingin beristirahat segera keluar dari kamar Putri, karena dia tidak ingin menganggu sang Putri.

Melihat Aida yang sudah keluar dan menutup pintu kamar, Zian langung bangun dan kembali mencari kertas yang tadi ia jatuhkan, dan berharap kalau ia bisa mendapatkan informasi dari kertas yang ia temukan di kamar Putri Zian.

Tidak butuh waktu lama Zian sudah mendapatkan kertas tersebut dan dengan penasaran dia membaca isi dari kertas surat yang disembunyikan oleh Putri Zian, yang mungkin memilik informasi penting.

Saat Zian muali membuka dan membaca tulisan yang ada di dalam kertas surat itu membuatnya kaget, karena kertas itu merupakan surat yang ditulis oleh Pangeran Pertama untuk Putri Zian.

Zian mulai membaca surat tersebut yang membuatnya penasaran karena tidak tahu sejauh mana hubungan Putri dengan Pangeran Pertama. Ia membacanya dengan seksama dan mencoba memahami situasi Putri Zian dalam surat tersebut hingga ia menarik kesimpulan, jika Putri Zian masih memilik hubungan dengan Pangeran pertama.

"Jangan bersedih aku menikah denagan Puti Meimei karean perintah dari Raja, agar memperkuat kedudukanku untuk menjadi Raja selanjutnya. Jadi setelah aku menjadi Raja aku akan menceraikan Putri Meimei dan menikahimu"

Kata-kata Pangeran Pertama yang ada di dalam surat jelas sekali membuktikan jika Putri masih ada hubungan dengan Pangeran Pertama, mungkin karean rasa cinta pada pangeran Pertama membuat Putri bunuh diri saat mendengar dia yang akan dijodohkan dengan Pangeran Kedua.

"Ya ampun, apa yang harus aku lakuan, jika mereka masih memiliki hubungan dan aku harus menikah dengan Pangeran kedua, tentu saja jika aku menikah nanti tidak akan bisa lagi menunggu Pangeran Pertama, Aku jadi penasaran seberapa tampan pangeran pertama, hingga putri mau menunggunya dan bahkan rela bunuh diri," batin zian saat itu yang langsung membakar surat yang ia baca.

Bisa jadi masalah besar jika ada yang tahu tentang surat itu, jadi Zian memutuskan untu membakar saja surat tersebut, ia pun kembali beristirahat agar kondisinya cepat pulih dan ia bisa melakukan pernikahan dengan baik esok hari.

"Aku tidak sabar menunggu hari esok, untuk melangsungkan pernikahan dan melihat seperti apa Pangeran kedua." Zian memejamkan mata dan mencoba untuk tidur.

Zian tahu ia tidak akan mungkin lagi bisa bersama dengan Pangeran Pertama, ia juga masih mengingat nasihat ibunya untuk membela suaminya nanti jika ia sudah menikah, walau sekarang ia menikah dengan tubuh orang lain tapi tetap jiwa yang ada di sana adalah Zian dari dunia lain, ia berusaha untuk bisa menjadi diri sendiri karena dia bukan Putri Zian, walau Raja tidak mengizinkan orang lain tahu tantang dia yang kehilangan ingatan.

***

Hari pernikahan yang sudah ditentukan pun akhirnya datang, Zian bersiap-siap dengan pakaian pengantin yang sudah disiapkan, suasana yang begitu meriah sudah terasa sampai kamar Putri, para pelayana yang muali berlalu-lalang menyiapkan semuanya.

"Kau jangan pergi tetap temani aku," kata Zian meminta Aida untuk tetap tinggal.

Bagaimanapun ia masih belum siap dengan pernikahan yang mendadak itu, walau ia sudah mengumpulkan informasi tentang Putri Zian, tapi ia juga takut jika akan ada yang menyadari jika ia bukan Putri yang asli, ia juga takut pada pangeran kedua yang akan menjadi suaminya nanti.

Masih banyak hal yang Zian takutkan dan ia juga tidak bisa lari dari semua itu dan harus siap menghadapi apa yang akan teradi nanti, ia tidak memilik kesempatan untuk mencari tahu informasi yang lebih berguna, karena ia juga selama ini tidak boleh keluar dari istana setelah percobaan bunuh diri yang Putri lakuan, ia mendapatkan informasi hanya dari Aida.

"Apa putri merasa taku?" tanya Aida yang melihat Putri yang tidak tenang.

"Iya begitulah, apa kau juga akan ikut bersamaku?" tanya Zian yang berharap jika Aida bisa ikut bersamanya.

"Tentu saja aku ikut, aku akan melayani putri," kata Aida yang membuat Zian sedikit tenang.

Karena tanpa Aida, ia pasti akan kesulitan untuk mengenali lingkungan kerajaan dan orang-orang yang berada di sana, untung saja Aida sebagai pelayan setia putri Zian diperbolehkan untuk ikut bersamanya.

"Aku menjadi lebih tenang sekarang, jadi aku masih bisa memilik orang yang bisa aku ajak bicara, aku tidak tahu peraturan dikedua kerajaan dan untung saja aku punya Aida yang bisa aku tanya-tanya setiap harinya," batin Zian yang merasa tenang sekarang.

Setelah Zian sudah selesai memakai gaun pengantin yang begitu indah dan dengan menggunakan penutup kepala layaknya seorang penganti di zaman kerajaan. Zian duduk sambil menunggu arak-arakan sang pangeran yang akan menjemput Putri Zian,

"Apa aku harus menunggu pangeran, bukanya acara pernikahannya diadakan di sini?" tanya Zian yang tidak tahu adat di istana kerajaan.

"Upacara pernikahannya akan diadakan di kerajaan Aozora, Pangeran akan menjemput putri, pangeran datang ke sini hanya memberi salam dan meminta izin pada orang tua putri, lalu akan membawa Putri ke kerajaan Aozora, semua rangkaian upacara pernikahan akan diadakan di sana," jawab Aida menjelaskan.

Zian hanya bisa diam mengikuti adat yang ada di kerajaan, mungkin hal itu berbeda dengan acara pernikahan di dunianya yang diadakan di rumah mempelai wanita, ia tidak tahu jika acara pernikahan akan diadakan di kerajaan Aozora.

"Aku pasti bisa melewati hari ini, sabar Zian," batin Zian menyemangati dirinya sendiri untuk menghilangkan rasa gugup yang terus menghantuinya sedari tadi yang membuatnya benar-benar tidak tenang.

Apalagi Zian yang harus menunggu datangnya pangeran kedua yang akan menjemputnya makin membuat ia tidak tenang, rasa penasaran, takut, membuatnya makin tidak bisa duduk dengan tenang.

Tak lama iring-iringan pangeran kedua datang, Zian mencoba mengintip ingin melihat seperti apa pangeran kedua, karena wajahnya tertutup kain merah yang membuatnya tidak bisa melihat jelas sang pangeran kedua.

"Deg"

Zian kaget karena ada sebuah tangan yang menahannya.