Chereads / Queen of Azera / Chapter 5 - Perjalanan ke Istana Aozora

Chapter 5 - Perjalanan ke Istana Aozora

"Putri, belum boleh membuka penutup ini sampai acaranya selesai," kata Aida yang mencoba memberitahu Putri.

Suatu larangan jika seorang pengantin membuka penutup wajahnya sendiri maka dari itu Aida mencoba memberi tahu sang Putri agar tidak melakukan kesalahan, hanya Aida yang tahu jika sang Putri benar-benar hilang ingatan dan berubah menjadi sosok orang lain.

"Baiklah, aku tidak tahu aku kira tadi tangan Pangeran, kau membuatku kaget saja," kata Zian saat itu yang merasa tenang saat mengetahui Aida yang mengangetkan nya.

Setelah mengetahui larangan itu Zian pun akhirnya hanya bisa diam mengikuti instruksi pernikahan yang dilakukan di kerajaan Azera.

Zian tidak tahu jadi ia hanya bisa diam mengikuti adat yang ada di kerajaan, agar ia tidak melakukan kesalahan lagi. Ia tidak ingin nama kerajaannya menjadi buruk di depan Pangeran.

Jadi dia sebisa mungkin mengikuti prosesi pernikahan itu denagn tenang dan tidak membuat keonaran.

Setelah selesai acara tersebut Zian dibawa ke kerajaan Aozora dengan menggunakan kereta kuda.

Sedangkan Pangeran sendiri memimpin iring-iringan pengantin di depan, Zian yang berasa di dalam kereta kuta bersama Aida hanya bisa diam menikmati perjalanan.

"Aku sudah tidak tahan memakai penutup ini," kata Zian membuka penutup kepala yang membuatnya kerepotan.

Bahkan ia kehilangan kesempatan untuk melihat Pangeran lebih dekat dan lebih jelas lagi, dia gagal dan masih belum sempat melihat wajah Pangeran kedua, jelas hal itu membuat Zian kesal.

"Kenapa putri tidak sabar, penutup kepala nanti dibuka oleh suami putri," kata Aida melihat tingkah laku sang putri yang tidak peduli akan adat itu dan sudah membuka penutup kepalanya sendiri.

"Kau bilang begitu karena kau tidak merasakannya langsung, coba kau yang memakai penutup ini dan tidak bisa melihat apapun pasti akan sangat menyebalkan," kata Zian yang saat itu kesal membuat Aida tersenyum melihat sang Putri yang berkata jujur.

Bahkan putri Zian yang dulu tidak seriang sekarang, dulu ia yang pendiam dan jarang melakukan hal-hal aneh, serta selalu menurut pada perintah sang Raja, tapi kali ini beda ia melakukan semua hal sesuka hatinya sendiri dan tidak lagi menjadi pendiam.

Putri yang sekarang lebih periang dan membuat Aida senang sekaligus sedih, karena perubahan yang terjadi pada diri putri benar-benar berbeda jauh dari putri Aida yang dulu.

"Putri ada-ada saja bisa berkata jika hal itu menyebalkan," kata Aida sambil menahan senyum itu.

"Bagaimana bisa aku tidak melihat Pangeran kedua yang akan menjadi suamiku," keluh Zian yang kesal masih belum bisa melihat Pangeran kedua.

"Putri sudah menikah pasti setiap malam putri bisa melihat pangeran, jadi Putri tidak perlu khawatir," kata Aida mencoba menghibur sang Putri.

"Kau ini selalu saja membuatku tidak bisa berkata apa-apa, tapi aku penasaran, masa aku harus menunggu sampai malam jika aku ingin melihatnya." Zian masih saja kesal.

Aida tidak bisa berbuat apa-apa melihat putri yang jadi keras kepala, dan ingin sekali melihat wajah sang Pengeran.

Zian tidak merasa tenang sama sekali dan bahkan merasa makin khawatir, saat ia belum bisa melihat bagaimana wajah suaminya dan harus pergi dengan kereta kuda yang membuatnya tidak bisa duduk dengan tenang, karena baru pertama kali ia naik kereta kuda di zaman kerajaan.

Sebelumnya Zian hanya pernah melihta kereta kuda di museum dan baru kali ini dia benar-benar naik kereta tersebut yang jelas tidak nyaman.

Apalagi jalan tanah dan batu yang makin membuat laju kereta tidak karu-karuan, selama perjalanan Zian tidak menemukan jalan yang halus, jadi ia harus bertahan di dalam kereta kuda hingga ia sampai di Kerajaan Aozora.

"Apa perjalanan ini masih jauh?" tanya Zian yang sudah tidak sabar ingin sampai dan terus mengeluh sepanjang perjalanan.

"Tidak begitu jauh putri harus sabar," kata Aida mencoba menenangkan Putri.

Tapi tanpa sengaja kereta kuda menabrak batu dan membuat Zian berguncang cukup keras hingga hampir saja jatuh.

"Bruk"

Suara tabrakan itu begitu kerasa, hingga membuat Pangeran menghentikan perjalannya sejenak untuk memeriksa kereta kuda yang dinaiki Putri, karena menabrak batu di jalan, memang tidak fatal dan tidak sampai roboh tapi guncangan itu cukup keras.

Zian yang ada di dalamnya hampir saja mengumpat dengan kencang, tapi untungnya kata-kata itu belum sempat keluar dari mulutnya.

Pangeran memeriksa roda kereta yang masih baik-baik saja, dan akhirnya Pangeran menyuruh melanjutkan perjalanan.

"Sepertinya tidak ada masalah," kata salah satu Pengawal memberitahu Pangeran.

"Kita lanjutkan perjalanan," kata Pangeran.

Rombongan mereka akhirnya melanjutkan perjalanan ke istana Aozora.

"Guncangan tadi begitu kencang tapi dia tidak menanyakan kondisiku, menyebalkan sekali awas saja nanti," kata Zian kesal melihat sikap acuh Pangeran, yang sepertinya Pangeran juga tidak menyetujui pernikahan itu.

"Apa putri tidak apa-apa?" tanya Aida yang mengecek keadaan sang Putri.

"Aku baik-baik saja, kau tidak perlu khawatir," jawab Zian yang memang tidak apa-apa, hanya kaget saja saat terjadi guncangan.

"Syukurlah," kata Aida yang melihat kondisi putri yang baik-baik saja.

"Apa dia bukan manusia, menanyakan kabarku daja tidak aku hampir jatuh tadi, suami macam apa yang begitu tidak peduli, dari ceritanya saja aku tahu pasti akan begini," kata Zian yang lagi-lagi dibuat kesal oleh sikap Pangeran.

Aida yang masih belum juga paham dengan sang Putri yang jadi lebih banyak bicara dan lebih kasar, putri yang pendiam dan lemah lembut seperti sudah tidak ada lagi, dan setiap kali Zian mengomel Aida lah yang selalu menasehati Putri agar lebih bersabar.

"Putri harus bersabar," kata Aida.

"Kau benar aku harus sabar dan tidak boleh kalah mengahadapi keangkuhannya, menyebalkan sekali," kata Zian yang terus mengomel.

Zian yang juga sama menikah tanpa cinta, tapi jika ia diperlakukan tidak manusiawi tentu saja ia tidak akan terima. Apalagi Pangeran yang terkenal kejam dan dingin itu semakin membuat Zian tidak suka.

Jika ada pilihan lain Zian juga ingin menolak, karena tidak ada pilihan maka dari itu ia menerima dengan terpaksa, tidak ada yang mau menikah dengan pangeran yang dingin dan kejam.

Zian juga menolak dan bahkan putri sendiri bunuh diri, apalagi putri yang sudah memiliki kekasih jelas tidak mau menikah dengan pangeran yang seperti itu.

Perjalanan ke istana Aozora terasa sangat lama, Zian tidak tahu jika istana itu sangat jauh, tubuhnya sudah sakit semua tapi masih belum juga sampai.

"Masih berapa lama lagi?" tanya Zian mengeluh sambil memijat pingangnya yang sakit.

"Sebentar lagi putri, kita sudah sampai di pintu gerbang dan akan segera masuk istana," kata Aida yang mencoba melihat keluar.

"Syukurlah kita akan segera sampai," kata Zian lega.

"Sebaiknya putri merapihkan kembali riasan putri, aku akan membantu," kata Aida.

Aida merapihkan riasan Zian dan memakaikan kembali penutup kepala yang ia buka tadi.

Ternyata benar tak beberapa lama setelah riasannya rapi, kereta pun berhenti menandakan mereka sudah sampai di istana.