"Yah.. Cukup manis dan ramah, selain itu dia juga gadis yang baik." Puji Lucas tersenyum.
"Apa kau sedang memuji seorang gadis sekarang?" Tanya Aiden Alves mengernyit.
"Apa mungkin penilaianku salah Tuan Aiden?" Tanya Lucas yang sempat membuat Aiden Alves berdebar, bahkan ia tidak bisa memungkiri, jika foto seorang gadis yang sedang di lihatnya saat ini memang sangatlah manis, terlebih lagi ia sudah cukup lama mencari keberadaan gadis ini, gadis yang pernah menolongnya, dan yang terpenting gadis ini sangatlah berbeda dengan yang lain.
Apa anting ini sangat berarti buatmu? Jika memang benar, kenapa kau malah menjatuhkannya, dasar ceroboh. Batin Aiden Alves yang terus menatap foto gadis yang sekarang sudah masuk daftar penyelidikannya.
"Sepertinya ada sesuatu yang sedang anda pikirkan tuan." Tanya Lucas berubah formal.
"Entahlah.. Gadis ini cukup menyita perhatianku." Balas Aiden Alves.
"Yah, selain anda berutang ucapan terimakasih pada Nona itu, sepertinya anda juga berutang maaf padanya." Ucap Lucas, seolah ingin membawa Aiden Alves kepada satu kejadian yang pernah terjadi tiga bulan yang lalu.
"Maaf? Memang apa yang sudah aku lakukan?" Tanya Aiden Alves menyipit.
"Anda memang tidak melakukan kesalahan apapun, tapi sikap anda beberapa bulan lalu cukup membuat Nona itu kesal." Balas Lucas kembali mengingatkan.
"Kesal? Dia juga sudah membuatku merasa terganggu Lucas, apa kau tidak melihatnya? Dia berteriak keras padaku." Ucap Aiden Alves.
"Tapi Aiden.. Ingatlah, dia gadis yang sudah selama tiga bulan ini anda cari." Balas Lucas.
"Yah aku tau, aku juga tidak yakin untuk kembali menemuinya." Angguk Aiden Alves menarik nafas dalam sambil memijat pangkal hidungnya.
Sedang Lucas hanya bisa tersenyum saat melihat tingkah CEO-nya yang terlihat nampak kebingungan. Dan yang membuat Lucas sedikit merasa aneh, sebab baru kali ini Aiden Alves bertingkah begitu labil dan juga sangat serius pada masalah ini. Bahkan mulai menginginkan Aiden Alves memikirkan gadis itu saja sejak tiga bulan lalu, karena tak yakin seseorang yang pergi dari sisi Aiden Alves akan kembali lagi, sebab sejak dia bulan terkahir ini tak ada kabar satupun dari Lucianne.
Dan yang anehnya Aiden Alves tak pernah mempermasalahkan hal tersebut sedikitpun, dan tetap percaya jika Lucianne hanya sibuk oleh kerjaan, menolak untuk merasa jika di abaikan oleh kekasihnya sendiri. Sedang Lucas yang melihat itu justru merasa jika ada yang tidak beres dengan kekasih sahabat sekaligus presdirnya itu, meskipun sekalipun iantak pernah membahas maupun menanyakannya langsung kepada Aiden Alves.
"Sepertinya anda sedang memikirkan banyak hal,"
"Entahlah... " Balas Aiden Alves menyandarkan tubuh di sandaran kursi, Aiden Alves bahkan terlihat berbeda saat ini, tidak. Tepatnya tiga bulan lalu.
Apa karena gadis itu? Batin Lucas yang masih terus mengamati CEO-nya.
"Menurut informasi yang aku dapatkan, dia adalah gadis yang cukup baik, meskipun sedikit ceroboh, aku yakin dia pasti akan cepat memaafkan anda."
"Yah, dia cukup ceroboh, jika tidak mana mungkin gadis itu akan menjatuhkan barang berharga miliknya." Balas Aiden Alves.
"Memangnya karena siapa ia jadi kehilangan antingnya tuan Alves?" Tanya Lucas lagi.
"Aku juga sedang berfikir untuk melakukan itu, aku pasti akan menemuinya nanti."
"Tapi anda tidak melupakan rencana anda minggu ini kan?" Tanya Lucas lagi.
"Tentu saja, mana mungkin aku melupakannya." Angguk Aiden Alves perlahan dengan senyum di wajahnya.
"Semoga semua berjalan dengan baik," Balas Lucas nampak sedikit kecewa, pertunangan antara Aiden Alves dan Lucianne tidak membuat Lucas cukup senang. Namun sepertinya ia harus menerima itu, meski kenyataannya Lucas tak begitu menyukai pertunangan tersebut.
"Yah, terima kasih Lucas,"
"Maaf, tapi bukankah anda harus melupakan gadis itu? Dan kembali fokus pada rencana pertunangan anda?"
"Kau benar. Aku bahkan sampai melupakan Lucy karena gadis itu." Balas Aiden Alves kembali membuka laci meja kerjanya dan mengambil sesuatu di dalamnya. Sebuah kotak kecil berbentuk limas berbahan kaca transparan yang di dalamnya terdapat sebuah cincin berlian yang sangat indah. Di tatapnya cicin tersebut sambil menghela nafas panjang.
"Ada apa tuan? Kau nampak bingung, apakah kau baik-baik saja?" Tanya Lucas khawatir sambil terus menatap wajah Aiden Alves yang terlihat begitu banyak beban, dan itu sangat jelas terlihat di wajah datarnya.
Sedang Aiden Alves masih menatap isi dalam kotak itu sebelum akhirnya meletakkan kembali kotak kaca tersebut ke dalam laci dan kembali mengambil benda lain di dalam saku jasnya. Sebuah anting kecil yang ternyata selalu ia bawa kemanapun ia pergi.
"Sepertinya anda benar-benar serius dengan gadis itu." Tanya Lucas perlahan saat melihat Aiden Alves yang tengah menatap anting tersebut.
"Aku juga tidak mengerti, sejak kapan aku selalu memikirkan gadis itu. Bahkan aku tidak pernah memikirkan Lucy sampai sedalam ini." Jawab Aiden Alves dengan ekspresi bingungnya.
"Sudah jelas kau memiliki perasaan khusus pada gadis itu." Balas Lucas diam diam merasa bahagia.
"Benarkah? Tapi aku tidak yakin. Mungkin aku hanya merasa berutang terimakasih padanya, tidak lebih dari itu."
"Aku harap juga begitu Tuan, jangan pernah bermain dengan perasaanmu. Maaf sebelumnya jika aku terlalu banyak bicara. Biar bagaimanapun di luar dari lingkungan kerja aku adalah sahabat anda. Jadi aku tidak ingin anda mengambil keputusan yang salah."
"Sahabat seperti apa yang selalu memanggil temannya dengan sebutan seperti itu. Bukankah sudah beberapa kali aku katakan, berhenti memanggilku dengan sebutan seperti itu. Bahkan kita hanya berdua di dalam ruangan ini." Protes Aiden Alves.
"Baiklah, aku tau, biar bagaimana pun ini kan masih di dalam lingkungan kerja. Dan aku hanya berusaha untuk bersikap profesional Tuan Alves."
"Tsk, terserah kau saja. Kau bahkan sudah terlihat seperti Ayahku sekarang. Bukan seperti sahabat ataupun asistenku." Balas Aiden Alves.
"Terimakasih atas pujianmu."
"Itu bukan pujian Lucas."
"Ah iya... " Balas Lucas terkekeh.
Untuk sesaat Aiden Alves menatap benda mungil yang masih berada di tangannya, sampai akhirnya ia memasukkan benda kecil tersebut ke dalam laci meja kerjanya. Mungkin bukan hal yang wajar jika ia terus membawa benda tersebut, dan sudah saatnya dia juga harus melupakan gadis itu setelah tiga bulan menghabiskan waktu untuk mencari informasi tentang gadis itu.
"Aku akan keluar sebentar, sepertinya Lucy sudah menungguku." Balas Aiden Alves.
"Bagaimana dengan meeting sore nanti?"
"Aku hanya keluar untuk makan siang, urus saja semua berkas dan yang lainnya. Aku akan kembali dua jam lagi."
"Baiklah." Angguk Lucas.
Dengan sedikit tergesa, Aiden Alves meninggalkan ruangannya. Berjalan ke basmen menuju mobilnya bahkan tidak berlangsung lama mobil yang di kendarai olehnya sudah melaju dengan kecepatan di atas rata-rata, melintasi jalan raya kota yang cukup padat siang ini, hingga 30 menit berlalu ia pun sampai ke sebuah Restoran dan langsung memarkirkan mobilnya.
* * * * *
Bersambung...