Apa dia masih di dalam? Dalam keadaan gelap seperti ini? Bukankah dia takut gelap.
Untuk sesaat Aiden Alves terdiam di dalam mobil dengan segala pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam benaknya, hingga suara pesan notifikasi membuyarkan lamunannya.
💌 "Maaf, sepertinya aku tidak bisa datang malam ini, you are you babby?"
Isi notifikasi dari Lucianne, setelah beberapa jam.
💌 "Kau di mana? Apa kau baik baik saja?"
Tanya Aiden Alves tak bisa menyembunyikan kekhawatiran, bahkan sempat berfikir jika Lucianne menemui kendala di dalam perjalanan saat akan menemuinya.
💌 "Aku sedang berada di Butik, Terlalu banyak pelanggan. Aku baik-baik saja."
Jawab Lucianne yang membuat Aiden Alves gelisah seketika, ditambah lagi saat melihat kondisi Butik Lucianne yang nampak sepi di sana.
💌 "Apa kau yakin?"
💌 "Kau bahkan tidak mengangkat telfon ku sejak tadi. Apa kau benar-benar sedang berada di butik sekarang?"
Tanya Aiden Alves semakin gelisah. Bahkan pandangannya tak luput dari sebuah bangunan sepi di hadapannya.
💌 "Apa maksudmu? Aku benar-benar sedang berada di butik sekarang." Jawab Lucianne setelah beberapa menit.
💌 "Baiklah! Aku ke butik sekarang."
💌 "Tidak perlu! Jika semua sudah beres aku akan menelfonmu. See you Dear."
Aiden Alves menarik nafas dalam. Sudah sangat jelas jika saat ini Lucianne tengah membohonginya. Untuk sesaat ia terdiam di dalam mobilnya, membuka satu kancing kemeja saat ia tiba-tiba merasakan sesak, matanya memejam sambil mencengkram roda kemudinya. Bahkan ia mulai merasakan sakit di dalam hati.
Kau bahkan tidak pernah berubah Luci. Batin Aiden Alves yang masih terus menatap Butik tersebut. Sekuat mungkin menahan amarahnya, Aiden Alves kembali menyalahkan mesin mobil dan meninggalkan tempat tersebut. Namun belum sampai stengah perjalanan pulang, saat melintasi sebuah hotel mewah di sana, dengan tidak di sengaja netranya menangkap dua orang sosok yang tengah berjalan keluar dari hotel tersebut menuju ke sebuah cafe yang jaraknya cukup dekat di sana, saling bergandengan dengan senyum bahagia, bahkan tak jarang sang pria mengusap pipi pasangannya, sebelum mengecup pucuk kepala dan kembali merangkul pinggang rampingnya, sosok yang sangat familiar tentu saja.
Aiden Alves menepikan mobilnya dan lebih lekat menatap sosok yang tidak asing di sana. Nampak sosok wanita yang tengah duduk sambil tersenyum bahagia, lengkap dengan penampilan sempurna dengan mini dress berwarna hitamnya yang membuatnya terlihat sangat anggun.
"Luci." Guman Aiden Alves semakin mempertajam pandangannya untuk meyakinkan, meskipun ia sangat berharap jika kali ini penglihatannya salah dan wanita yang tengah berada di sebrang sana yang sedang duduk berdua dengan seorang pria sambil berpegangan tangan mesra bukanlah Lucianne. Namun sayang sekali, mata tajam dari Aiden Alves tidak bisa di bohongi, dan ternyata itu benar, sosok yang baru saja keluar dari hotel, dan sekarang sedang berada di sebrang sana adalah Lucianne kekasihnya.
Dengan perlahan Aiden Alves meraih ponselnya dan mencoba untuk menghubungi Lucianne. Dan di sana ia dapat melihat bagaimana Lucianne yang tiba-tiba beranjak dari duduknya dan sedikit menjauh untuk menerima panggilan darinya.
📞 "Halo" Jawab Lucianne dengan sedikit mengecilkan suaranya.
📞 "Apa kau benar-benar sedang sibuk di butik?"
📞 "Kau tidak mempercayaiku? Aku benar-benar sibuk sekarang ini." Jawab Lucianne.
📞 "Tapi ini sudah larut, istirahatlah, kalau tidak kau bisa sakit."
📞 "Iya sayang, sebentar lagi, terimakasih. Maaf aku tidak bisa mengobrol lebih lama saat ini. Aku mencintaimu."
📞 "Tidak perlu meminta maaf, jagalah kesehatanmu."
Panggilan pun terputus, bersamaan dengan satu helaan nafas dari Aiden Alves yang malam ini benar-benar di suguhkan oleh pemandangan yang cukup menyakiti hatinya. Dadanya bergemuruh hebat, bersamaan dengan nafas yang mulai sesak menahan amarah. Bahkan wajahnya terlihat memerah, bersamaan dengan suara gemeretak di rahangnya, saat kembali melihat Lucianne yang duduk di hadapan pria tersebut sambil membelai wajah itu lembut, yang seolah sedang menunjukkan sebuah isyarat permintaan maaf karena cukup lama meninggalkannya untuk menerima telfon, dan tentu saja langsung di balas dengan satu kecupan mesra dari prianya tersebut.
"Tsk, menjijikkan." Gumam Aiden Alves yang sejak tadi menyaksikan pertunjukkan tersebut, terdiam sambil menahan rasa kecewa dan benci yang datang secara bersamaan hingga membuatnya mual, di tambah saat perasaan tersebut mengalir memenuhi dan menggerogoti hatinya, bahkan di situasi seperti ini pun, ia harus berusaha dengan keras untuk menekan amarahnya.
Memutuskan untuk pergi, sebab tidak ingin lebih lama lagi menyaksikan kejadian di sebrang sana. Aiden Alves menginjak pedal gas hingga dalam waktu beberapa detik saja, mobilnya sudah melaju dengan kecepatan tinggi, namun arah mobil tersebut tak lurus kedepan jalan. Namun terus hingga berakhir menabrak trotoar jalan.
"Ahk siall!! AARGGHH... " Teriak Aiden Alves dengan perasaan kesal dan marah, saat merasa jika semua tak sesuai dengan rencana, bahkan menjadi hancur berantakan.
Untuk perlahan Aiden Alves menyandarkan kepala di atas roda kemudi untuk menenangkan perasaannya sendiri, bahkan mual kembali menyerang saat ingatannya kembali tertuju kepada Lucianne yang tengah berada di dalam pelukan pria lain, hingga dalam hitungan detik saja, Aiden Alves terlihat keluar dari mobil untuk memuntahkan semua isi perutnya. Tubuhnya kembali merinding, dengan perasaan jijik dan benci.
Mersih ponsel yang bergetar di dalam saku celana dan mengangkatnya.
📞 "Lucas.. "
📞 "Apa acaranya sudah selesai?"
📞 "Tidak!"
📞 "Maksudnya?" Tanya Lucas dari sebrang sana.
📞 "Tidak apa apa Lucas,"
📞 "Lalu kau di mana sekarang?"
📞 "Di jalan, baiklah. Ada sesuatu hal yang harus aku urus." Balas Aiden Alves mengakhiri panggilan telfon, dan langsung meninggalkan tempat tersebut.
* * * * * *
Aiden Alves menghentikan mobilnya tepat di depan sebuah apartemen. Lama ia terdiam di dalam mobil, dan tidak terasa itu sudah hampir dua jam. Hingga sinar dari sebuah mobil yang baru saja berhenti tepat di depan cukup menyilaukan pandangannya. Dan nampak juga olehnya saat satu sosok pria turun dari mobil bersama dengan Lucianne. Wanita itu nampak tersipu malu saat sang pria mengecup bibirnya lembut, hingga berselang beberapa menit, Lucianne kembali terlihat tengah melambaikan tangannya sambil melihat punggung mobil itu berlalu dari hadapannya. Hingga sedetik kemudian senyum dari Lucianne seketika lenyap saat baru tersadar jika ada sosok yang sejak tadi berdiri memperhatikannya.
"Dear... "
Mata Lucianne membulat sempurna, di sertai perasaan panik, bahkan langsung menggigit bibir bawahnya sebelum melangkah mendekati Aiden Alves yang masih berdiri dengan tatapan dinginnya.
"Dear... Apa yang sedang kau lakukan di sini?" Tanya Lucianne sedikit terbata.
"Aku sedang menunggumu." Jawab Aiden Alves datar.
"M-enungguku? Tapi... "
"Aku hanya ingin tau, pekerjaan penting apa yang membuatmu sampai mengabaikanku dan juga semua panggilan telfon ku. Dan aku rasa aku tidak perlu bertanya lagi sekarang. Sebab aku sudah mengetahui jawabannya." Jawab Aiden Alves dengan tatapan yang masih sama, dingin dan datar.
"Apa maksudmu?"
* * * * *
Bersambung...