"Ternyata benar, kau menghawatirkan ku." Balas Aiden Alves seraya tersenyum untuk pertama kalinya.
"Jangan terlalu bahagia, aku hanya tidak ingin melihat seorang pria tewas secara sia-sia di hadapanku, di tambah lagi dalam kondisi mabuk seperti ini." Balas Hanna Eldora.
"Tsk, masih tidak mau mengaku."
"Berhentilah bersikap berlebihan, masuklah ke mobilku, dan berikan nomor ponsel asistenmu. Biar aku menghubunginya untuk menjemputmu." Balas Hanna Eldora sedikit meninggikan suaranya.
"Kau meminta nomor ponsel Lucas? Apa kau menyukainya?" Tanya Aiden Alves asal.
"HEII... aku hanya meminta nomor ponselnya agar dia bisa menjemputmu. Atau kau berencana untuk tidur di jalan malam ini?" Balas Hanna Eldora mulai kesal. "Astaga, aku pikir setelah lama tak bertemu, kau akan berubah, ternyata aku salah. Kau masih saja sangat menyebalkan." Sambung Hanna Eldora.
"Kau belum menjawab ku, apa kau menyukai Lucas?" Tanya Aiden Alves yang benar-benar membuat Hanna Eldora jengah, menarik nafas dalam untuk menekan rasa kesalnya terhadap pria yang berada di hadapannya saat ini.
"Berhentilah berbicara omong kosong dan masuklah ke dalam mobil. Aku akan mengantarmu pulang." Balas Hanna Eldora pasrah sambil membuka pintu mobilnya untuk Aiden Alves yang masih terdiam menatapnya.
"Bukankah kau tidak suka jika ada seseorang yang tengah menatapmu? Tapi sekarang kenapa kau yang terus menatapku tak berkedip?" Tanya Hanna Eldora seolah ingin mengingatkan Aiden Alves tentang momen pertemuan mereka yang kedua kali di sebuah toko perpisahan, pertemuan yang di akhiri dengan perdebatan panjang mereka.
"Aku merindukanmu." Gumam Aiden Alves sesaat yang membuat Hanna Eldora mengernyit sebab tidak bisa mendengar ucapan pria itu dengan jelas.
"Apa?" Tanya Hanna Eldora lagi berharap Aiden Alves akan mengulangi kata katanya.
Namun alih alih untuk menjawab, Aiden Alves bahkan langsung beranjak dan masuk ke dalam mobil, merebahkan tubuhnya di kursi penumpang yang langsung di susul oleh Hanna Eldora yang tanpa membuang waktu langsung melajukan mobilnya menembus dinginnya malam kota tersebut.
Hening...
Tak ada obrolan di antara mereka, meskipun demikian, Hanna Eldora terlihat tak begitu perduli, dan lebih memilih untuk fokus dengan kemudinya, sebab ia sendiri pun memang enggan untuk berbicara banyak ataupun hanya sekedar berbasa-basi pada pria tersebut.
Takdir macam apa ini? Kenapa selalu aku yang menemukannya saat dalam keadaan mabuk seperti ini, apa aku memang sudah di takdirkan untuk menjadi pengasuhnya saat kau mabuk? Batin Hanna Eldora yang kembali mengingat kejadian dua tahun lalu saat pria ini mabuk. Dan lagi-lagi malam ini ia kembali bersamanya, bahkan dalam satu mobil yang sama pula.
"Dimana aku akan menurunkanmu? Kau bisa menyebutkan alamatmu agar aku bisa mengantar mu dengan cepat." Tanya Hanna Eldora yang masih fokus dengan kemudinya, namun tidak satu pun kalimat yang keluar dari mulut Aiden Alves.
"Apa kau mendengarku? Di mana alamat rumahmu?" Tanya Hanna Eldora sekali lagi, dengan nada suara yang mulai meninggi. Meski hasilnya sama, sedikitpun ia tetap tidak mendapatkan jawaban dari Aiden Alves. Sungguh hal yang membuatnya lekas naik darah.
"AIIISSS... APA KAU TULI? DIMANA AKU... " Kalimat Hanna Eldora menggantung saat menoleh ke belakang dan mendapati Aiden Alves yang ternyata sedang tidur dengan sangat pulas di tempat duduknya.
"Ahh... yang benar saja. BUKAN SAATNYA UNTUK TIDUR, SETIDAKNYA SEBUTKAN DULU ALAMAT RUMAHMU. HEI... KAU.." Teriak Hanna Eldora yang langsung menepikan mobilnya sambil berusaha membangunkan Aiden Alves meski tidak membuahkan hasil. Sebab tidak ada respon sedikitpun dari pria tersebut.
"Aku mohon... jangan membuatku kesal, WAKE UP NOW!!" Teriak Hanna Eldora mulai kesal.
"HEIII.. APA KAU PINGSAN?" Tanya Hanna Eldora naik pitam sebab mulai kebingungan sendiri. Karena ia kembali menghadapi situasi yang sama seperti sebelumnya.
"Aiisshh.. Harusnya tadi aku tinggalkan saja dia dipinggir jalan." Umpat Hanna Eldora membatin.
Perlahan Hanna Eldora menghembus nafas panjang, cukup lama ia berfikir dan memang tidak ada pilihan lain lagi selain kembali membawa pria itu ke hotel lagi, memang akan sampai kapan ia terus berada di tengah jalan, sedang malam mulai beranjak larut.
"Aahh sialan!!! Aku harap ini yang terakhir aku melakukannya untukmu!! Aku akan benar benar mengutukmu, dasar pemabuk... Arrgghh... " Umpat Hanna Eldora nampak putus asa saat keluar dari mobilnya.
Dan tidak jauh berbeda dari malam sebelumnya, Hanna Eldora kembali terlihat memapah tubuh tinggi kekar Aiden Alves untuk masuk ke dalam hotel yang sama seperti dua tahun yang lalu. Hingga sesampainya di depan pintu kamar, Hanna Eldora kembali mengumpulkan tenaganya dan memboyong tubuh pria itu untuk kemudian di hempaskannya dengan kasar ke atas tempat tidur.
"Ini bagus, lama tak saling bertemu, namun sekali bertemu kau kembali menyiksa punggungku," Ucap Hanna Eldora, setelah terdiam untuk mengatur nafasnya yang masih tersengal, bahkan ia merasa nafasnya akan putus karena kelelahan.
Dan dengan sedikit gontai, menyeret langkahnya menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya yang di penuhi debu dan keringat. Setelah di rasa cukup, Hanna Eldora bergegas keluar dari kamar mandi untuk pulang kerumahnya. Namun belum sempat ia melanjutkan langkah kakinya, ia di kejutkan oleh sosok Aiden Alves yang sedang duduk di pinggiran tempat tidur sambil tertunduk memegangi kepalanya yang di rasakan seperti akan meledak.
"K-au sudah bangun? Sejak kapan?" Tanya Hanna Eldora yang tiba-tiba merasa gugup karena terkejut.
"Apa kau yang membawaku kemari?" Tanya Aiden Alves dengan satu pertanyaan, alih alih menjawab pertanyaan Hanna Eldora yang masih berdiri di sana dengan wajah yang terlihat gugup, dan ia bisa melihat itu.
"Menurutmu? Apa kau melihat ada orang lain lagi di sini selain aku?" Tanya Hanna Eldora bersidekap.
"Lagi-lagi kau kembali menolongku." Gumam Aiden Alves.
"Apa?"
"Bukankah waktu itu kau juga yang membawaku kesini?" Jawab Aiden Alves dengan satu pertanyaan, dengan sorot mata yang semakin lekat menatap wajah Hanna Eldora.
"Apa kau mengingatnya? Bukankah malam itu kau pingsan? Bisa saja kan itu orang lain dan bukan aku." Sangkal Hanna Eldora yang terlihat enggan membahas masalah tersebut. Bahkan ia tak menyangka jika Aiden Alves masih mengingat peristiwa tersebut sedang waktu sudah lama berlalu.
"Aku tau, itu kau."
"Kenapa kau begitu yakin?" Tanya Hanna Eldora masih bersedekap, membalas tatapan tajam namun hangat dari Aiden Alves.
"Karena aku menemukan ini." Jawab Aiden Alves sambil mengeluarkan sebuah benda kecil berkilau dari saku denimnya. "Ini milikmu kan?" Tanya Aiden Alves lagi yang sontak membuat mata Hanna Eldora melebar saat melihat anting yang sudah lama di carinya. Bahkan dengan cepat melangkah mendekati dan langsung mengambil benda tersebut dari tangan pria itu.
"Dari mana kau mendapatkan ini?"
"Itu kau kan?" Tanya Aiden Alves tanpa melepaskan tatapan matanya dari wajah Hanna Eldora yang tiba tiba tersenyum, terlihat bahagia saat kembali mendapati anting tersebut.
"Apa sekarang itu penting bagimu?" Jawab Hanna Eldora.
"Berarti benar, itu kau."
"Berhentilah merepotkan orang lain dengan terus mabuk-mabukan seprti itu." Balas Hanna Eldora.
"Apa sekarang kau sedang memarahiku?"
* * * * *
Bersambung...