"Lucy, aku rasa kau tak mengenal Aiden dengan sangat baik." Serga Lucas menghentikan langkah kaki Lucianne.
"Apa maksudmu?" Tanya Lucianne membalikkan tubuh, menatap Lucas yang masih berdiri di sana. Enggan melihat perdebatan lagi, terlebih ia juga tak ingin melihat Aiden Alves merasa marah lagi karena kehadiran Lucianne di sana.
"Aiden tak ingin menemuimu." Jawab Lucas, berharap Lucianne akan mengerti dan mengurung niatnya untuk menemui Aiden Alves.
"Omong kosong,"
"Kau bisa mencobanya!" Balas Lucas.
"Lucas, kau tahu jika Aiden sangat mencintaiku, kita sudah sangat lama menjalin hubungan, dan.. "
"Kau mengkhianatinya!!" Potong Lucas yang membuat Lucianne seketika terdiam.
"Aku akan memperbaiki semunya,"
"Kau tahu jika itu percuma Lucy, Aiden bukan pria pemaaf jika itu menyangkut soal penghianatan. Seharusnya kau tahu itu, bukanlah kalian sudah lama menjalin hubungan? Kenapa kau sampai cerboh dan melakukan itu? Atau karena kau sudah tak mencintainya lagi?"
"Tutup mulutmu Lucas!!" Bentak Lucianne.
"Aku tidak akan membiarkanmu menyakiti Aiden lagi Lucy, apa kau tahu jika aku cukup marah saat ini? Kau membuatku kesal karena sudah menyakiti Aiden, dan apa kau pikir aku akan membiarkanmu mendekatinya lagi dengan segala kebohonganmu?"
"Kita lihat saja nanti Lucas, biar bagaimanapun aku adalah cinta pertama Aiden, kau hanya temannya, makan bersikaplah layaknya seorang teman, berhenti mencampuri urusan pribadinya, karena kau bukan orang tuanya! Dan satu hal, kau tidak berhak melarangmu untuk tetap bersamanya.Aku mohon bantuanmu Lucas, bisa kan?"
"Kau cukup keras kepala Lucy."
"Terserah!! Aku hanya akan mempertahankan apa yang seharusnya menjadi milikku. Dan Aiden adalah milikku, dan kau... sedikitpun tak memiliki hak untuk mencampuri semua urusanku!" Balas Lucianne berlalu pergi meninggalkan Lucas yang masih berdiri di sana.
"Aku harap kau tak menangis saat keluar dari sana." Gumam Lucas yang langsung masuk kedalam mobil, meninggalkan kediaman Aiden Alves.
Ia rasa masih banyak hal yang lebih penting di bandingkan harus meladeni Lucianne, lagi pula ia sudah tahu, kejadian apa yang akan terjadi berikutnya. Lucianne terus berkoar koar jika sangat mengenal Aiden Alves dengan sangat baik, namun melupakan satu hal jika pria itu tak akan pernah memafkan perbuatannya.
Dan itu cukup terbukti saat ini, sebab meskipun Aiden Alves bisa mendengar Lucianne tengah memanggilnya saat ini, namun ia enggan beranjak dari tidurnya, bahkan berharap jika wanita itu tak menemukannya, sebab ia yakin akan fatal akibatnya jika wanita itu benar benar menghampirinya sekarang.
Meski yang ia harapkan berbeda dari kenyataan, sebab saat ini Lucianne sudah berdiri di depan pintu kamarnya, bahkan tanpa ragu membuka pintu kamarnya.
"Baby, kau di sana? Aku mencarimu... "
"Berhenti di sana Lucy," Cegah Aiden Alves saat Lucianne hendak melangkah masuk kedalam kamarnya.
"Baby.. "
"Jangan pernah menginjakkan kakimu di dalam kamarku."
"Why? Aku kekasihmu."
"Kau lupa jika hubungan kita sudah berakhir?"
"No Baby, kau tak bisa memutuskan hubungan kita begitu saja, aku tidak menyetujuinya."
"Aku tak meminta pendapatmu Lucy, pergilah dari sini, aku sungguh muak denganmu."
"Kau mencintaiku Aiden, itulah kenyataannya." Balas Lucianne tak mengingatkan peringatan Aiden Alves yang melarangnya untuk masuk kedalam kamar. Bahkan dengan perlahan ia mulai membuka kancing kemejanya satu persatu, hingga tubuhnya yang hanya terbungkus bra berendah berwarna merah terpampang jelas di hadapan Aiden Alves yang masih berada di atas tempat tidur dan tengah menatapnya tajam.
"Apa yang kau lakukan?"
"Sesuatu yang harusnya kita lakukan sejak dulu, kita sepasang kekasih, dan hal yang wajar jika kita bercinta, dan menghabiskan malam bersama." Balas Lucianne yang bahkan tak hanya melepaskan bajunya, namun juga celana jeans yang di pakainya, hingga tubuhnya benar benar terlihat Fulrgar hanya dengan sepasang daleman saja.
"Pakai bajumu dan pergi dari sini!"
"No baby, Let's make love."
"Kau gila??!"
"Yah, terserah jika kau menganggapku gila, yang jelas aku menginginkannya." Balas Lucianne menghampiri Aiden Alves. Dan tanpa aba aba langsung melepaskan bra di depan mata pria itu, meraih tangannya dan meletakkan tepat di kedua buah dadanya.
"How Bitch you are," Umpat Aiden Alves yang langsung meraih tubuh Lucianne dan membantingnya ke atas tempat tidur. Menindihnya dengan satu telapak tangan yang mencengkram leher Lucianne.
"Berhenti membuat dirimu terlihat murahan Lucianne, kau tahu, aku tak akan menidurimu setelah orang lain yang sudah puas menikmati tubuhmu."
"Berhenti menjadi pria munafik Aiden, aku tahu kau menginginkanku,"
"Jika itu benar, aku sudah akan melakukannya sejak dulu, sangat mudah bagiku untuk meniduri siapapun Lucianne, wanita yang menginginkanku tak hanya dirimu, namun aku tak bisa melakukannya dengan seseorang yang tak memiliki ikatan denganku. Kau selalu bilang sangat mengenalku Lucianne, tapi kenyataannya lain, kau adalah wanita yang benar benar tak mengenalku!" Balas Aiden Alves beranjak dari atas tubuh Lucianne, menarik selimut dan melemparnya dengan kasar tepat ke tubuh Lucianne.
"Pakai bajumu dan pergi dari sini."
"Maafkan aku.. "
"Berhenti meminta maaf dan pergilah Lucianne," Balas Aiden Alves melangkah pergi.
"Aku kesini untuk berpamitan denganmu!" Ucap Lucianne seketika menghentikan langkah kaki Aiden Alves yang sudah berada di depan pintu.
"Aku, akan pergi ke Swiss."
"Semoga beruntung Lucianne," Balas Aiden Alves tanpa membalikkan tubuh, meski tahu jika saat ini Lucianne tengah menagis tepat di balik punggungnya.
"Apa kau benar benar membenciku Aiden?" Tanya Lucianne dengan suara bergetar.
"Aku tak membencimu, aku hanya sangat kecewa padamu Lucianne."
"Maafkan aku, aku tak bisa menahan diriku, aku... bercinta dengannya tanpa memikirkanmu, maafkan aku... " Kalimat Lucianne terhenti, bersamaan dengan dada Aiden Alves yang bergemuruh, ketika mendengar pengakuan Lucianne, nafasnya seketika sesaak, membayangkan kekasihnya berada di dalam kungkuman pria lain dengan begitu mudah, sedang ia selalu berusaha menahan diri untuk terus setia, menjaga kehormatan Lucianne, dan tak menyentuh wanita lain yang terkadang selalu menawarkan diri untuk ber one stand night dengannya jika sedang berada di bar atau club malam.
"Sebaiknya kita lupakan semuanya Lucy, berbahagialah, dan aku juga akan mencari kebahagiaanku."
"No baby, kau tak bisa mencari wanita lain, kau mencintaiku, kau hanya mencintaiku, kau tidak akan bisa mencintai siapapun seperti kau mencintaiku."
"Kenapa kau sangat yakin Lucianne?"
"Kau... "
"Yah, aku mencintaimu, aku akan terus mencintaimu, hingga rasa cinta itu berubah menjadijadi kebencian." Balas Aiden Alves beranjak dan benar benar pergi meninggalkan Lucianne seorang di sana dengan air matanya yang kembali luruh.
Tak ada harapan lagi baginya, ia pikir setelah beberapa hari tak bertemu, Aiden Alves akan luluh dan kembali menerimanya, setidaknya memaafkannya. Namun ia salah, dan kenyataan jika Aiden Alves sangat membencinya saat ini cukup membuatnya tersiksa.
* * * * *
Bersambung...