"Maaf.. Jika aku sudah membuatmu khawatir."
"Hm, malah kekhawatiranku makin bertambah seiring dengan berat badanmu yang juga bertambah." Goda Alfie Glad dengan wajah polosnya.
"HEEII.. JANGAN DATANG MENJENGUKKU LAGI." Teriak Hanna Eldora yang reflek melemparkan sebuah bantal tepat ke wajah Alfie Glad yang masih terbahak.
"Baiklah.. Sudah cukup bercandanya, aku akan kembali ke Cafe."
"Aku merasa tak sedang bercanda denganmu tuan, kau yang terus mengodaku, pergilah," Usir Hanna Eldora.
"Baiklah, jangan merindukanku. Aku yakin, seminggu mengurung diri membuatmu pasti sangat merindukanku, akuilah itu nona,"
"Oh ayolah, tapi... itu ,memang benar, aku merindukanmu." Aku Hanna Eldora.
"Yah, aku bisa merasakannya, dan jika memang demikian maka lekaslah membaik, dam mulailah beraktifitas seperti biasa, aku menunggumu Anna." Balas Alfie Glad beranjak dari duduknya sambil mengusap kepala Hanna Eldora yang tengah mendongak memandang tubuh tinggi yang tengah berdiri di hadapannya yang masih duduk di tepi tempat tidurnya.
"Thank you, because you always care for me,"
"Aku akan selalu mengkhawatirkanmu Anna, karena aku menyayangimu. Aku pergi."
"Hmm.. Berhati-hatilah." Balas Hanna Eldora mengangguk pelan, menatap punggung lebar Alfie Glad yang berlalu dan perlahan menghilang di balik pintu.
Kembali terdiam dengan satu tarikan nafas panjang, Hanna Eldora melemparkan pandangan kearah luar jendela, tak bisa ia pungkiri jika akhir-akhir ini bayangan Aiden Elves melekat di pikirannya, bahkan ia merasa seperti seorang yang bodoh, sebab sudah memikirkan seseorang yang bahkan bukan siapa-siapa dan tidak memiliki hubungan apapun dengannya.
Sungguh perasaan yang sangat sulit untuk Hanna Eldora artikan, meski sampai sekarang ini ia masih belum bisa menerima perlakuan lancang Aiden Elves terhadapnya, namun hal yang salah jika ia terus menghindar seperti sekarang ini, meskipun ia sendiri sadar sepenuhnya jika sekarang ia sedang melarikan diri, seperti seorang pengecut.
"Sebenarnya apa yang sudah terjadi denganku? Aku bahkan tak bisa benar benar membencinya, mekipun ia sudah melakukan hal yang lancang padaku, ahh... ini benar benar tidak masuk akal, kenapa aku jadi sangat merusahan sekarang, karena menerima begitu saja perlakuan darinya, ini menjengkelkan," Keluh Hanna Eldora kembali menangkup wajah, menunduk dengan satu tarikan nafas panjang.
Sungguh memalukan, aku bahkan ingin mencabik cabik wajahnya sekarang, entah apa yang akan di lakukan Alf dan kak Enz jika mengetahui ini, pria yang baik, ramah, dan bertanggung jawab, aku bahkan tak melihat itu. Yang benar saja, kak Enz sudah sangat salah menilai pria pemabuk itu. Batin Hanna Eldora yang lagi lagi hanya bisa mengeluh dalam hati.
"Kak Enz... semoga ia sudah dirumah," Gumam Hanna Eldora melirik jam tangan yang melingkar di lengannya. Mengulas senyum dibibir usai menenangkan perasaan sendiri. Beranjak dari duduknya dan berlari kecil menuruni anak tangga menuju ruang tengah. Dan di sana ia bisa melihat Enzo Tolya yang sepertinya baru pulang kerja. Perlahan melangkah ke arah sofa dan langsung duduk menyandarkan tubuhnya dan ikut menonton acara TV yang sedang di tonton oleh kakanya.
"Good night my princes, are you okay dear?" Tanya Enzo Tolya cukup terkejut ketika melihat Hanna Eldora yang sudah mau keluar kamar dan menonton bersamanya seperti biasa.
"Aku baik baik saja kak, tak perlu secemas itu. Aku hanya mogok keluar kamar," Balas Hanna Eldora.
"Sekarang, apa kakak boleh mengetahui apa alsannya?" Tanya Enzo Tolya menatap wajah adiknya.
"Emm... aku hanya sedang tak ingin kemanapun,"
"Bukankah itu jawaban sama yang sudah kau ucapkan? Kakak ingin mendengar jawaban lain darimu, ada apa denganmu selama satu minggu terakhir ini?"
"..."
"Ah, baiklah... kakak harap bisa mendengar jawabanmu nanti," Ucap Enzo Tolya seraya mengusap pucuk kepala Hanna Eldora lembut. Mungkin ia harus bersabar untuk menghadapi adiknya saat ini, ia tahu jika saat ini adiknya sedang berada didalam masalah yang cukup rumit, dan ia bahkan yakin jika saat ini adiknya sedang memiki masalah dengan seorang seorang pria.
"Apa kau sudah makan?" Tanya Enzo Tolya sekali lagi.
"Hm,"
"Baguslah, setidaknya kau tak mogok makan, kakak lega mendengarnya."
"Aku bukan seorang gadis yang sedang pata hati kak, tak mungkin mogok makan, Alf bahkan mengataiku gendut sekarang." Jawab Hanna Eldora berubah cemberut, ditambah saat melihat senyum lebar diwajah kakanya yang mendengar itu.
"Alf memang benar,"
"Oh ayolah, kenapa jalan pikiran kalian selalu sejalan?" Tanya Hanna Eldora yang membuat Enzo Tolya akhirnya tak mampu menahan tawa.
"Seharusnya kakak tahu, jika kau baik baik saja, kakak bahkan sudah sangat mengkhawatirkanmu beberapa hari ini,"
"Kakak terlalu belebihan, sudah aku katakan, aku baik baik saja, aku hanya tak ingin kemanapu saat ini."
"Baiklah, kakak percaya padamu," Angguk Enzo Tolya kembali fokus dengan acara televisi yang mereka tonton.
"Kak Enz tidak keluar malam ini?"
"Mana mungkin kakak meninggalkanmu sendirian di rumah, apalagi dalam keadaan seperti ini, kakak hanya sedikit khawatir. Karena sejujurnya, meskipun kau mengatan baik baik saja hingga seribu kalipun, kakak tetap tak bisa percaya begitu saja Anna, aku adalah kakamu, dan mengenalmu dengan sangat baik, kau tak bisa membohongi kakak," Jawab Enzo Tolya menatap adiknya sekilas sebelum kembali mengalihkan pandangannya kelayar televisi.
"Tapi. aku benar tidak apa-apa kak, aku masih bisa mengatasi masalah ini seorang diri." Balas Hanna Eldora meyakinkan.
"Sungguh?"
"Hm, apa memang terlihat jelas jika aku sedang mempunyai masalah rumit?" Tanya Hanna Eldora lagi sambil menatap wajah Enzo Tolya.
"Sangat jelas, selama ini kau selalu menceritakan apapun masalah mu. Tapi kali ini, sepertinya kau sedang berusaha untuk menutupinya. Apa ini masalah seorang pria?" Tanya Enzo Tolya yang sedikit berbisik sambil tersenyum. Sedang Hanna Eldora masih terdiam dengan pikirannya sendiri. "Sepertinya kakak benar." Sambung Enzo Tolya lagi.
"Benar apanya? Kak Enz asal menebak." Sangkal Hanna Eldora memalingkan pandangannya kedepan.
"Tapi wajahmu memerah." Balas Enzo Tolya kembali tersenyum menangkup wajah adiknya yang memerah. "Sepertinya kau sedang jatuh cinta, atau sepertinya ada pria yang sudah menarik perhatianmu." Sambung Enzo Tolya lagi mencoba menebak.
"Mungkin, tapi... untuk sekarang ini aku masih sangat membencinya." Aku Hanna Eldora yang akhirnya mengakui semuanya.
"Benarkah? Tapi kenapa? Apa kakak boleh tahu siapa pria itu?" Tanya Enzo Tolya nampak penasaran.
"Kak Enz, sebenarnya aku sedang tidak ingin membahasnya."
"Baiklah. Kakak akan menunggu sampai kau siap untuk membahasnya." Balas Enzo Tolya mengangguk.
"Maafkan aku,"
"Tidak masalah, sebaiknya kau istrahat."
"Hm,"
"Hanna.. Kau tau kan, kakak menyangimu. Apapun masalah yang tengah kau hadapi saat ini, kakak sangat berharap kau bisa mengatasinya dengan baik. Dan kakak akan selalu berada di sampingmu." Ucap Enzo Tolya perlahan.
"Terimakasih kak... aku baik-baik saja, kakak tidak perlu khawatir." Balas Hanna Eldora dengan senyum yang terulas di bibirnya.
Perlahan Hanna Eldora melangkah masuk kedalam kamarnya, kembali termenung di pinggiran tempat tidurnya, sambil memandang keluar jendela. Entah mengapa, saat ini ia mulai merasa bimbang dengan perasaannya sendiri.
Kenapa aku selalu memikirkannya? Apa karena ciuman itu? Tapi itu hanya sebuah ciuman, tidak seharusnya aku bereaksi seperti ini kan? Mungkin dia sudah biasa melakukan hal semacam itu pada wanita-wanita lain, atau bahkan dia juga mungkin sudah melupakan aku. Batin Hanna Eldora yang masih terus memandang ke luar jendela sambil menggigit bibir bawahnya dengan keras.
"But this is my first kiss."
* * * * *
Bersambung...