"Jangan seperti ini Hiks..." Ucap Hanna Eldora di sela ciuman mereka, namun seolah tidak perduli, Aiden Alves kembali melumat bibirnya yang di rasakan sudah mulai perih karena gigitan dari pria itu.
Tanpa Aiden Alves sadari jika saat ini Hanna Eldora mulai menangis.
Aahhkk sial.. Kenapa hasratku begitu besar padanya.
Batin Aiden Alves mengutuk dirinya sendiri, yang sepertinya sudah di kuasai oleh napsu, bahkan ia terus melumat bibir Hanna Eldora, hingga tersadar jika ada sesuatu yang basah mengenai wajah juga bibirnya.
Seketika Aiden Alves membuka mata yang sedari tadi memejam, ia bahkan dapat dengan jelas melihat butiran bening yang keluar dari sudut mata Hanna Eldora. Hingga sontak membuatnya terkejut dan dengan cepat melepas tautan bibirnya.
"M-aafkan aku..." Ucap Aiden Alves tergagap saat melihat Hanna Eldora yang tertunduk sambil mengusap bibir dengan punggung tangannya. Sedang air mata masih terus mengalir membasahi kedua belah pipinya.
"Sungguh, maafkan aku..." Sambung Aiden Alves yang dengan cepat meraih tubuh itu untuk di bawah ke dalam dekapannya.
Astaga apa yang telah aku lakukan padanya. Akhh sial!! Ada apa denganku. Umpat Aiden Alves dalam hati, sambil terus mendekap tubuh Hanna Eldora dengan sangat erat. Sehingga ia bisa merasakan baju yang di kenakannya menjadi basah oleh air mata gadis itu yang semakin terisak.
"Maaf... " Ucap Aiden Alves seraya mengusap rambut panjang Hanna Eldora yang sedikit kusut karena ulahnya.
Namun saat menyadari hal itu, Hanna Eldora dengan sangat keras mendorong tubuh Aiden Alves hingga sedikit menjauh dari hadapannya. Mata berkacanya dapat dengan jelas melihat raut wajah Aiden Alves yang dipenuhi dengan penyesalan. Bahkan Hanna Eldora juga bisa melihat jika saat ini mata pria itu mulai berkaca. Sebenarnya ada apa dengan pria itu, baru semenit lalu ia terlihat begitu liar dan menakutkan, namun ada apa dengannya sekarang?
"I'm so sorry... " Gumam Aiden Alves yang dengan perlahan kembali mendekati Hanna Eldora sambil mengusap wajah itu, menyeka air mata dari kedua belah pipinya. Sedang gadis itu masih terdiam sesegukan.
"Aku sungguh menyesal, maafkan aku."
"Menjauhlah dariku,"
"Aku..."
"Aku berharap tidak akan pernah bertemu denganmu lagi." Potong Hanna Eldora dengan suara bergetarnya.
"Aku benar-benar minta maaf, aku... "
"Lupakan!!" Balas Hanna Eldora dengan nada seraknya, bahkan langsung melangkahkan kakinya meninggalkan Aiden Alves yang masih berdiri terdiam ditempatnya.
Di tatapnya punggung sempit Hanna Eldora yang bahkan hanya dalam hitungan menit saja, sudah menghilang dari pandangannya, bersamaan dengan suara bantingan pintu yang di tutup cukup keras, hingga suaranya terdengar menggema di dalam ruangan tersebut.
"AAAARRRGGGHHH... "
Teriak Aiden Alves dengan keras, mencoba meluapkan kekesalan, bahkan tak henti hentinya mengutuk diri sendiri sambil terus mengacak-acak rambutnya sendiri. Dan dengan kasar membuang tubuhnya sendiri di atas sebuah sofa sambil memejam dan memijat pangkal hidungnya.
"Apa dia akan benar-benar membenciku sekarang?" Gumam Aiden Alves seraya mengusap kasar wajahnya. Hingga suara dering ponselnya berbunyi. Tanpa melihat nama si pemanggilpun ia langsung menggeser tanda hijau untuk menerima panggilan tersebut.
๐ "Kau sedang berada di mana sekarang?" Tanya Lucas tanpa basa basi.
๐ "Lucas.. Aku sudah membuat kesalahan."
๐ "Apa? maksudmu? Apa yang telah kau lakukan? Kau memukul orang lagi?" Tebak Lucas nampak panik di sebrang sana.
๐ "Tidak. Kali ini kesalahanku sangat fatal, aku... aku benar-benar telah menyakiti hatinya."
๐ "Apa? Di mana kau sekarang? Aku akan menjemputmu."
๐ "Di tempat biasa."
Panggilan pun terputus. Bahkan hanya berselang tiga puluh lima menit saja Lucas sudah terlihat di dalam kamar tempat Aiden Alves berada sekarang.
"Apalagi sekarang?" Tanya Lucas dengan nafas terengah.
"Lucas, aku.. aku menciumnya, dan... "
"Kau memiliki seorang wanita sekarang? Siapa??! Sejak kapan?" Tanya Lucas menyipit. Sebab yang ia tahu selama ini Aiden Alves tak pernah tertarik dengan wanita manapun, bahkan menutup hati kepada kepada siapapun.
"Gadis anting itu." Jawab Aiden Alves yang cukup membuat Lucas terkejut, bahkan sangat terkejut, namun sedikit merasa lega, karena gadis itu adalah Hanna Eldora.
"Bagaimana bisa??! Apa kau melakukannya dengan paksa?"
"Hm," Angguk Aiden Alves yang membuat Lucas kembali terkejut.
"Aiisshh.. Dasar kau.. "
"Aku.. Aku tidak tau kenapa bisa seperti ini, aku tidak bisa menahan diriku, aku terlalu menginginkannya. Aku melakukannya karena aku merasa takut dia akan menjauh dan... "
"Dan mungkin akan membencimu." Sela Lucas lagi, sedang Aiden Alves hanya bisa tertunduk sambil mencengkram rambutnya yang sudah sangat berantakan.
"Kau mabuk saat ini, semua akan baik-baik saja, sebaiknya kita pulang sekarang."
"Tapi tetap saja, perasaanku sangat sakit saat melihatnya menagis karena aku." Ucap Aiden Alves perlahan.
"Apa kau benar-benar menyukai gadis itu?" Tanya Lucas, berharap Aiden Alves akan mengatakan 'ya' dan berhenti menutup diri.
"Entahlah.. Yang jelas aku sangat menginginkannya." Jawab Aiden Alves yang masih bingung dengan perasaannya sendiri.
"Aiden.. Secara tidak langsung kau sudah mengakuinya. Kau menyukai gadis itu. Kau bahkan tidak pernah seperti ini sebelumnya. Bahkan terhadap Lucianne sekalipun reaksimu tidak seperti sekarang ini."
"Gadis itu jelas jauh berbeda dengan Lucy." Balas Aiden Alves nampak tak suka, Lucas menyebut nama Lucianne.
"Tentu saja, kau bahkan sudah bisa membandingkannya." Angguk Lucas.
"Terus awasi gadis itu untukku, aku tidakย akan mungkin melepaskannya lagi." Balas Aiden Alves.
"Sepertinya kau akan bekerja ekstra keras untuk menaklukannya Tuan Aiden Alves, apa kita akan terus di sini?" Tanya Lucas beranjak dari duduknya.
"Baiklah, kita pulang sekarang!!" Balas Aiden Alves ikut beranjak dan melangkah pergi meninggalkan kamar hotel tersebut, yang di susul oleh Lucas.
"Jujur, aku masih penasaran. Bagaimana kau bisa bersama gadis itu di tempat ini? Tempat yang sama, jangan bilang...."
"Iya, dugaanmu benar." Angguk Aiden Alves yang masih terus memijat tengkuk lehernya.
"Lalu? Apa yang di lakukan gadis itu sehingga kau tiba tiba seperti ini?"
"Semua terjadi begitu saja." Jawab Aiden Alves yang kembali mengingat kejadian beberapa menit lalu.
"Bahkan kau tidak bisa menahan perasaanmu sendiri. Kau memang terkesan sangat jahat Tuan Aiden Alves. Kau sama saja menggigit tangan dari seseorang yang sudah memberimu makan, hahahaha...." Balas Lucas yang tidak mampu lagi menahan tawanya.
"Diamlah!!! Apa kau tau, aku bahkan sangat menyesal sekarang. Dan berhentilah tertawa seperti itu, rasanya aku sangat ingin menghajarmu." Umpat Aiden Alves kesal.
"Baiklah.. Minumlah obat penghilang pengar ini. Dan istrahatlah." Angguk Lucas berusaha menahan tawa.
Aiden Alves mengambil botol penghilang pengar dari tangan Lucas untuk di minumnya, dan kembali menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi penumpang samping kemudi. Sedang Lucas hanya bisa menggeleng dan kembali fokus dengan kemudinya.
* * * * *
Bersambung...