WANG CORPORATION
Dengan keras Aiden Alves menutup laptopnya, nampak jelas telihat jika saat ini ia benar-benar sedang merasa kesal, dan itu sangat jelas ketika ia terlihat melonggarkan dasinya, sebelum beranjak dari kursi kerjanya, berjalan menuju sofa, bahkan langsung menjatuhkan tubuhnya dengan kasar disana.
"Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi, aku akan menemuinya sekarang." Ucap Aiden Alves mengusap wajahnya kasar.
"Jangan bertindak sembarangan, Nona itu tidak mungkin menerima kedatanganmu begitu saja." Balas Lucas, masih terlihat santai dengan pandangan yang masih tertuju kelayar laptop dihadapannya.
"Tapi ini sudah satu minggu berlalu. Di mana lagi aku bisa menemukannya? Dia bahkan tidak pernah keluar rumah. Ponselnya pun tidak aktif, aku hanya ingin mengetahui keadaan gadis itu sekarang. Apa dia baik-baik saja atau tidak. Aku benar-benar tidak bisa menunggu Lucas."
"Bersabar lah.. Dan tunggu sebentar. Kau bisa menimbulkan masalah baru lagi jika tetap bersikeras untuk menemuinya." Jawab Lucas santai.
"Apa? Lagi? Apa aku terlihat seperti pembuat masalah bagimu?" Tanya Aiden Alves dengan menunjuk wajah sendiri.
"Tidak seperti itu... Tapi mengingat yang sudah lewat, kemarin... "
"Aku tau. Tidak perlu mengingatkan ku lagi." Sela Aiden Alves nampak kesal.
"Dan yang terpenting saat ini, kita harus berusaha untuk menjaga hubungan baik dengan Enzo Tolya, sebab akan ada masalah baru lagi, jika dia tau apa yang sudah terjadi di antara kau dan adiknya." Balas Lucas yang membuat Aiden Alves semakin prustasi.
"Ahh sial... Seharusnya aku juga bisa dekat dengan gadis itu seperti aku dekat dengan kakaknya." Umpat Aiden Alves, "Bahkan sekarang hanya untuk menanyakan kabar pada kakaknya aku tidak bisa. Dan kenapa gadis itu mesti adiknya Enzo?" Sambungnya tak berhenti kesal, bahkan setelah sekian lama, baru kali ini pria itu kembali dibuat pusing oleh seoerang gadis, sunggu hal yang membuat Lucas ingin tertawa, awal untuk kembali membuka hati bahkan sudah dihadapkan oleh masalah rumit seperti ini.
"Semua memang serba kebetulan. Aku juga sempat terkejut saat tahu hubungan di antara keduanya. Jadi sepertinya kamu harus lebih banyak bersabar dan menunggu. Sebab itulah satu-satunya jalan yang terbaik untuk saat ini." Balas Lucas menutup layar laptopnya, dan mulai terlihat serius dengan obrolan mereka.
"AARRGGGGHH... gadis itu membuatku prustrasi." Teriak Aiden Alves mencengkram rambutnya sendiri. "Apa sebaiknya aku kerumahnya saja? Dengan alasan untuk membahas soal bisnis kepada Enzo, dengan demikian aku juga bisa melihat gadis itu untuk memastikan keadaannya." Sambung Aiden Alves menjentikkan jarinya. Merasa jika sudah mendapatkan ide yang terbaik.
"Apa kau yakin jika itu ide yang bagus?" Tanya Lucas terlihat ragu.
"Ada apa?"
"Tiba-tiba aku jadi meragukan ide anda tuan. Sebab kau bukan tipe orang yang pandai untuk berpura-pura. Jadi aku rasa itu tidak akan berhasil." Jawab Lucas.
"Lucas.. Apa aku pernah mengatakan jika terkadang kecerdasan otakmu itu membuatku prustrasi?"
"Maafkan aku tuan Aiden."
"Hm, aku akan pulang lebih awal. Aku bahkan tidak bisa berkonsentrasi dengan pekerjaanku saat ini." Ucap Aiden Alves beranjak dari duduknya.
"Baik, apa kau akan langsung pulang kerumah? Atau... "
"Tentu saja pulang kerumah, kau pikir aku akan kemana dengan kondisiku sekarang?"
"Aku khawatir, kau akan benar benar bertamu kerumah gadis itu," Ucap Lucas merasa was was.
"Apa kau tahu jika aku sangat ingin melakukan itu? Jika saja gadis itu tak akan semakin membenciku."
"Sepertinya kau sangat perduli dengan perasaan gadis itu, hingga membuatku berfikir jika kau memang sudah mulai menyukai gadis itu." Balas Lucas yang membuat Aiden terdiam sesaat, mencoba memikirkan perkataan Lucas, dan kembali bertanya pada hatinya, apa benar yang dikatakan Lucas jika ia menyukai gadis itu, bahkan saat ini ia sangat terganggu ketika merasa jika sudah menyakiti hati gadis itu, melakukan hal bodoh hingga membuat gadis itu akhirnya marah, dan ia sangat membenci itu.
"Apa aku benar?" Tanya Lucas membuyarkan lamunannya.
"Entahlah, mungkin kau benar." Balas Aiden Alves masih terdegar ragu, bahkan ia masih ragu dengan perasaannya sendiri.
"Aku berharap jika itu benar, it'stime for you to open your heart,"
"Tapi aku sudah membuatnya kesal terlebih dulu,"
"Aku yakin jika gadis itu tak benar benar kesal padamu,"
"Dari mana kau bisa mengetahui itu" Tanya Aiden Alves berharap itu benar.
"Aku hanya merasa seperti itu, dan aku rasa gadis itu juga menyukaimu,"
"Entahlah, aku sangat sulit mempercayai itu." Jawab Aiden Alves meraih kunci mobilnya dan melangkah lebar meninggalkan Asistennya Lucas yang masih melongo di sana.
* * * * *
KEDIAMAN HANNA ELDORA.
Malam yang cukup melelahkan bagi Hanna Eldora, sebab hari ini ia harus kembali menyibukkan diri untuk mengerjakan beberapa tugas yang di berikan oleh Dosennya. Mengingat sebentar lagi liburan semesternya akan berakhir.
"Malam yang cerah, apa sebaiknya aku berjalan-jalan saja sebentar? Rasanya sudah sangat lama aku tidak ke taman." Gumam Hanna Eldora yang terlihat sedikit berfikir sambil mengetuk-ngetuk pinggiran meja dengan jari telunjuknya. Hingga sejurus kemudian dengan sedikit bergegas ia terlihat merapikan beberapa buku yang sedikit berserakan di atas meja dan langsung beranjak keluar kamar.
"Nona muda?"
"Hai Charlotte," Sapa Hanna Eldora dengan senyum lebarnya.
"Apa anda sudah pulih nona?" Tanya Charlotte nampak senang saat melihat senyum Hanna Eldora malam ini.
"Pulih? But, i'm not sick,"
"Beberapa hari ini anda terus mengurung diri dikamar, dan saya pikir anda sedang sakit,"
"Aku baik baik saja Charlotte, sungguh."
"Syukurlah nona, saya sedikit khawatir," Angguk Charlotte.
"Terima kasih Charlotte, aku menyayangimu, dan... aku akan ke taman dekat rumah sebentar, dan jika kak Enz mencariku, kau bisa menyuruhnya ketaman." Pamit Hanna Eldora mengenakan kardigannya.
"Iya nona muda, berhati-hatilah."
"Hmm," Angguk Hanna Eldora melangkah keluar, yang bahkan langsung di sambut oleh angin segar di awal bulan September, meski musim dingin sudah berlalu, berganti dengan musim gugur, namun udara di malam hari ini masih sangat dingin. Sungguh sebuah musim yang sudah lama di tunggu tunggu oleh Hanna Eldora sendiri, dan entah mengapa sejak dulu, ia sudah sangat menyukai musim gugur.
Hanna Eldora terus berjalan sambil mengamati beberapa pohon Mapel yang berjejer indah di pinggiran jalan dengan daunnya yang berguguran hingga memenuhi trotoar jalan. Sungguh pemandangan yang bisa membuat hatinya sedikit lebih tenang. Hingga tanpa di sadarinya jika ada sebuah mobil berhenti tepat di hadapannya. Seorang pria yang menggunakan topi hitam juga masker dengan warna senada keluar mengintari mobil lalu berjalan menuju ke arahnya. Bahkan Hanna Eldora sempat terkejut saat pria itu menariknya untuk masuk ke dalam mobil tanpa berkata apapun.
* * * * *
Bersambung...