DUA TAHUN BERLALU.
CLUB MALAM
Suara dentuman musik terdengar keras memenuhi semua telinga yang tengah berada di dalam satu ruangan luas dengan pencahayaan minim tersebut. Bau alkohol menyeruak di dalam ruangan, terasa sesak dengan orang-orang yang sedang berjoget di atas flanel yang mulai menggila seiring dengan musik yang semakin keras.
Sedang di sudut sana nampak sosok pria yang sedang duduk seorang diri dengan ekspresi yang terlihat datar seperti biasa. Tatapan matanya yang begitu tajam terus menatap ke beberapa pengunjung wanita yang terus menggodanya di sana, hingga ia lebih memilih untuk mengabaikan dan kembali menikmati segelas Champagne. Dia adalah Aiden Cavero yang bahkan tanpa jeda terus meneguk minumannya hingga tandas dan membuatnya mabuk berat.
Dan seperti biasa juga, beberapa wanita dengan penampilan sangat terbuka mulai datang menghampirinya untuk terus menggoda. Bahkan tidak jarang dari mereka yang datang hanya sekedar meminta untuk Ber-one night dengannya. Sebab sebagian dari mereka mengetahui, selain memiliki wajah tampan, Aiden Cavero adalah seorang anak tunggal dari pengusaha ternama sekaligus CEO di perusahaannya. Hal itulah yang membuatnya sangat populer dan tidak jarang jadi incaran para wanita-wanita cantik di kota ini.
"Bisakah aku menemani anda untuk meminum segelas Champagne ini?" Tanya seseorang dari mereka mencoba keberuntungan untuk duduk di samping Aiden Cavero.
"Menjauh dariku." Balas Aiden Alves menatap tajam, seketika membekukan tubuh wanita di sampingnya yang langsung menggeser tubuhnya untuk sedikit menjaga jarak.
"Bagaimana jika menemani anda untuk bersenang senang di satu tempat, di sebuah hotel misalnya." Tanya wanita itu masih belum menyerah. Entah mengapa tubuh sempurna Aiden Alves sangatlah menggoda baginya. Aiden Alves nampak sempurna, dan ia sangat menyukainya.
"Memang apa yang kau harapkan dariku nona? Aku tidak bisa melakukan apa apa, sebaiknya cari pria lain yang bisa memuaskanmu. Aku bukan pria yang cari." Balas Aiden Alves yang lagi lagi membuat wanita bersebut kecewa dan harus kembali menelan kekecewaan lantaran perlakuan dan sikap Aiden Alves yang dingin dan ketus bahkan sangat jelas menolak mereka. Bahkan sedikitpun ia tidak memperbolehkan satu wanita untuk menyentuh apalagi untuk duduk terlalu dekat di sampingnya.
"Tuan.. "
"Pergilah," Usir Aiden Alves, hingga membuat wanita itu menyerah dan memilih untuk beranjak dan pergi, meninggalkan Aiden Alves yang kembali melanjutkan minumnya, menghabiskan waktunya untuk duduk di sana sambil menikmati alkoholnya. Hingga rasa pening dan sakit menyerang kepalanya, bahkan ia mulai sulit mengendalikan tubuhnya lagi, seperti biasa. Dan tanpa berfikir panjang, ia pun beranjak dari duduknya dan langsung berjalan keluar dengan sedikit sempoyongan meninggalkan Club malam tersebut.
"Biar kami mengantarkan anda Tuan." Ucap seorang pelayan Club itu sambil mengikuti langkah kaki Aiden Alves.
"Tidak perlu." Jawab Aiden Alves ketus seraya menepis tangan salah seorang pelayan yang hendak memegang pergelangan tangannya.
"Tapi Tuan, Anda tidak bisa mengemudi dalam kondisi mabuk seperti sekarang."
"Hubungi Asistenku." Balas Aiden Alves yang terus melangkah keluar. Mengabaikan beberapa orang yang ia tabrak, bahkan tak hanya pengunjung, namun juga kursi dan meja yang adan di hadapannya. Dan beruntung malam ini, tak nada seorang pengunjung yang merasa tersinggung karena sudah di tabrak oleh Aiden Alves. Jika tidak, pasti akan berakhir dengan perkemahan lagi.
"Kami sudah menghubungi tuan Lucas," Ucap pelayan Club tersebut sambil membungkuk mesti tidak mendapat respon dari Aiden Alves yang sudah berlalu dari hadapannya.
Sambil menyeret langkahnya, Aiden Alves menelusuri jalan raya yang malam itu masih cukup ramai. Seolah tanpa tujuan, ia terus berjalan dan mengabaikan suara klakson dari beberapa pengendara mobil yang berlalu lalang untuk menghindarinya. Hingga sebuah mobil yang nyaris saja menyambar tubuhnya yang sudah berjalan hampir di stengah jalan.
"SHIIT.. KAU MAU MATI??!"
Teriak keras sangĀ pengemudi yang dengan cepat menginjak rem mobilnya yang nyaris saja menabrak tubuh Aiden Alves. Sedang Claude Alves hanya terdiam sambil membungkuk seraya memegangi perutnya yang terasa mual, mengabaikan teriakan dan umpatan tersebut.
Hingga mobil itu kembali berjalan meninggalkan Aiden Alves yang masih terdiam di tempatnya. Namun belum sampai beberapa meter, mobil itu tiba-tiba berhenti, dengan sang pengendara mobil yang terlihat fokus menatap kearah belakang lewat kaca spion mobilnya. Merasa jika seseorang yang tengah berdiri di pinggiran trotoar sana begitu familiar. Hingga beberapa menit kemudian, sang pengendara nampak melebarkan kedua matanya, saat menyadari jika pria disana adalah Aiden Alves.
"Apa? Pria itu lagi?" Gumam pengendara itu yang tidak lain adalah Hanna Eldora.
Merasa cukup terkejut, sebab setelah dua tahun lamanya tak melihat pria itu, akhirnya ia kembali melihatnya. Namun sungguh mengecewakan, sebab Aiden Alves sedikitpun tak berubah, ia masih suka berkeliaran dalam keadaan mabuk di pinggiran jalan. Sungguh miris, pikir Hanna Eldora geleng-geleng kepala.
"Tsk, sungguh hobi yang luar biasa untuk seorang Tuan muda. Berkeliaran di pinggir jalan dalam keadaan mabuk, dan ke mana asistennya." Ucap Hanna Eldora yang terus bergumam, sambil terus mengamati Aiden Alves yang masih membungkuk sejak tadi.
Bahkan Hanna Eldora sempat berfikir untuk terus melajukan mobilnya tanpa harus mempedulikan pria itu, namun entah mengapa pikiran dan hatinya tiba tian menjadi tidak sejalan. Hatinya yang tiba-tiba merasa iba, membuatnya jadi memberanikan diri untuk keluar dari mobilnya dan berjalan menghampiri Aiden Alves yang bahkan sudah duduk berlutut dengan kedua tangan yang bertumpu di atas aspal.
"Kau tidak apa-apa?" Tanya Hanna Eldora perlahan saat melihat Aiden Alves yang nampaknya sudah sangat sekarat.
Dengan perlahan Aiden Alves mendongakkan kepalanya keatas, menatap wajah Hanna Eldora dengan tatapan sendu, bahkan Hanna Eldora sempat mengernyit, sebab ia tidak lagi melihat tatapan dingin yang mengerikan lagi dari seorang Aiden Alves.
"Long time no see nona," Balas Aiden Alves nampak berbinar, seolah Hanna Eldora adalah seseorang yang sudah sangat lama ia nantikan.
"Yah, aku pikir kau sudah tak mengingatku." Angguk Hanna Eldora masih berdiri di hadapannya. "Tapi, apa kau baik baik saja?" Tanya Hanna Eldora lagi.
"Apa sekarang kau sedang mengkhawatirkan ku?" Jawab Aiden Alves, alih-alih menjawab pertanyaan dari gadis itu.
"Bahkan dalam keadaan mabuk pun kau tetap seorang yang menyebalkan ya?" Gumam Hanna Eldora. Merasa jika Aiden Alves benar benar tak berubah, baik sikap dan tutur katanya.
"Apa? Dan kau... apa yang sedang kau lakukan di sini?" Tanya Aiden Alves yang masih dengan posisinya.
"Kau hampir menabrak mobilku. Dan jika kau terus berjalan sendirian dengan keadaan seperti itu, kau benar benar akan celaka." Jawab Hanna Eldora bersidekap sambil mengarahkan dagu ke arah mobilnya yang terparkir tak jauh dari tempat mereka sekarang.
* * * * * *
Bersambung...