Chereads / Aimer Un Avocat / Chapter 19 - Aimer| 19

Chapter 19 - Aimer| 19

Instagram: Yezta Aurora

Facebook: Yezta Aurora

Twitter: Yezta Aurora

--

Seketika hati Jose di rundung rasa bersalah mendapati wajah cantik Nicolette menyirat kekecewaan mendalam.

"Oh ya Letta besok pagi aku akan menjemputmu lebih awal jadi segeralah pergi beristirahat dan jangan banyak begadang." Lalu membukakan pintu namun Nicolette pun enggan turun mobil. Ia meremas jemarinya kuat dengan pandangan menunduk.

Kembali menutup rapat pintu. "Ada apa Letta, apa ada yang ingin kau katakan?" Meraih dagu Nicolette sehingga tatapan keduanya saling bertemu, saling mengunci, saling berbicara, saling ingin mengungkap rasa namun karena ego yang melambung tinggi menghalangi keduanya.

Sebelum turun mobil menatap Jose lama dengan tatapan sendu. Tak ingin hati gadis yang disukainya ini semakin dirundung kesedihan segera menariknya ke dalam pelukan. Entah siapa yang memulai lebih dulu yang jelas kini bibir keduanya saling menari mengikuti irama. Saling mengungkap rasa yang mulai bersemi entah sejak kapan.

Tak ingin lepas kendali, segera menyudahi ciuman. Menyatukan keningnya pada kening Nicolette lalu mengecupnya lembut. "Good night Letta, segera istirahat yah. Jangan lupa mimpi indah." Sambil mengusap lembut puncak kepala.

"Good night too." Ucap Nicolette malu – malu. Pipinya pun kini merona dan hal tersebut tentu saja memancing naluri Jose untuk menyentuhnya kembali.

Jemari lentik terulur membuka pintu mobil namun tangan kekar menghentikan pergerakannya sehingga pintu kembali menutup rapat. Manik biru laut menoleh ke samping dengan tatapan penuh pertanyaan seolah berkata, ada apa?

Tanpa mau menjelaskan langsung menekan pengait sehingga posisi duduk Nicolette jadi telentang. Belum sempat memulai menyatukan kembali bibirnya, pintu mobil diketuk.

Shit, mengganggu saja. Umpat Jose dalam hati.

Menekan tombol sehingga pintu kacanya sedikit terbuka namun sebelum itu memposisikan kursi Nicolette ke posisi semula. Melalui sorot matanya yang tajam seolah bertanya, ada apa?

Security menginterupsi supaya memakirkan mobilnya dengan benar karena posisi mobilnya sekarang ini menghalangi jalan masuk mobil lain. Disaat Nicolette hendak membuka pintu untuk turun, cekalan pada pergelangan tangannya semakin erat. Sorot manik coklat menyirat penuh perintah tak terbantahkan lalu melajukan mobil menuju parkiran.

"Untuk apa kau parkirkan mobil mu di sini?"

Karena aku tak ingin para security di apartement mu menganggap mu murahan Letta.

"Karena aku ingin melanjutkan yang tadi."Goda Jose yang berhasil membuat pipi Nicolette kembali bersemu merah.

Mencubit gemas pipi Nicolette. "Karena aku ingin mengantarmu sampai atas Letta sayang kecuali," jeda sejenak. "Kau memberiku ijin untuk melanjutkan yang tadi." Sembari mengerling nakal.

"Ish dasar."

"Tapi kau suka kan?" Godanya lagi. Tak ingin menggoda Nicolette yang berujung pada sesuatu yang sangat berbahaya segera mengaitkan jemarinya diantara jemari lentik hendak membimbingnya menuju lift. Namun buru-buru Nicolette melarangnya dengan berbagai alasan.

"Jadi kau tak suka aku mengantarmu sampai kamarmu Letta?"

"Bukan begitu?"

"Lalu apa?"

"Seharian ini kita sudah menempuh perjalanan yang cukup jauh. Aku tahu kamu pasti lelah kan. Jadi segeralah kembali ke mansion dan beristirahat Jose."

"Tak perlu kau khawatirkan aku Letta. Justru aku yang mengkhawatirkanmu. Ini sudah malam, dan aku ingin memastikan kau benar – benar aman sampai ke kamar mu." Sembari mengulas senyum hangat.

"Tak perlu berlebihan seperti ini Jose."

"Ini perintah jadi jangan menolak. Jangan meributkan hal kecil seperti ini. Ayo!" Akan tetapi dengan berkeras hati tetap menolak. Akhirnya Jose menyerah menghadapi sikap keras kepala Nicolette. Dan meminta Nicolette untuk masuk kembali ke dalam mobil setelah banyak pasang mata menatap aneh keduanya.

"Oh iya besok pagi aku akan menjemputmu jam 09.00. Jadi segera pergi tidur yah." Sambil mengusap lembut pipi Nicolette.

"Mulai besok pagi tak perlu menjemput ku karena sudah ada supir kantor yang biasa menjemput."

Tak ingin mendebat langsung mengangguk sembari berucap. "Baiklah." Setelah itu mengusap lembut rambut Nicolette.

Sebelum membuka pintu, menatap Jose lama seolah berat sekali rasanya untuk berpisah.

Please jangan menatap ku seperti ini Letta karena aku tak tahu sejauh mana pertahananku.

"Kalau kau tak segera turun maka aku akan mencium mu lagi. Atau memang kau ingin merasakan lagi bibir ku ini, hum?"

"Tentu saja tidak." Buru-buru Nicolette keluar mobil hingga kepalanya membentur dinding pintu sehingga ia mengaduh kesakitan.

"Hati - hati." Ucapnya lembut sembari mengulas senyum geli.

Tangan Nicolette melambai yang dibalas lambaikan dari balik kaca mobil. Manik coklat menatap punggung ramping yang makin menghilang dari pandangan lalu segera mengemudikan mobil menuju mansion.

--

Sampai mansion langsung dikejutkan dengan kedatangan tamu tak diundang yang sudah menungguinya dari satu jam yang lalu dengan ditemani Zoe.

"Selamat datang Mr. Nelson, suatu kehormatan Anda berkunjung ke mansion saya." Padahal dalam hati ingin menendang lelaki tersebut karena membiarkan Nicolette berdiri dijalanan seorang diri.

"Terima kasih Mr. Jose."

"Suatu kehormatan Anda mau berkunjung. Ada masalah penting apa sehingga Anda harus berkunjung kemari?"

"Sepertinya Anda tidak menyukai kedatangan saya."

"Jangan salah paham Mr. Nelson."

Tersenyum smirk. "Apa Anda yang menangani kasus Mr. Antonio Hosburg?"

Kedua mata Jose langsung menyipit mendapati pertanyaan aneh dari rekan kerjanya ini. Terlebih setelah mendapati raut wajah Nelson menegang. Ada ketakutan mendalam dari sorot matanya, meskipun bersikap setenang mungkin akan tetapi hal tersebut tak bisa lagi ditutupi.

"Saya tidak mengerti arah pembicaraan Anda, Mr. Nelson." Sambil merentangkan sebelah tangannya pada sandaran sofa, tatapan kedua matanya menajam menelisik wajah Nelson.

Hanya ditatap seperti itu membuat Nelson merasa terhakimi secara tak langsung, ia tak mau Jose sampai mengungkap kasus Antonio Hosburg tersebut karena banyak nama yang akan terseret termasuk namanya.

Seketika Nelson beranjak berdiri dan langsung berpamitan. Dengan tetap mengulas senyum simpul Jose mengantarkan Nelson sampai ke depan pintu.

"Terimakasih sudah berkunjung. Saya tunggu kedatangan Anda kembali Mr. Nelson." Yang langsung diangguki oleh Nelson setelah itu langsung memasuki mobil.

Setelah kepergian Nelson, ia langsung mengajak Zoe ke ruang kerjanya. "Kunci pintunya Zoe." Lalu mendiskusikan tentang kasus Antonio Hosburg yang ditanganinya sekarang ini.

"Segera kumpulkan semua bukti - bukti dan juga selidiki Nelson."

"Kenapa dengan Nelson? Dia kan pengacara, apa hubungan kasus Antonio dengan Nelson."

"Selidiki saja maka kau akan tahu." Ucapnya tanpa mau menjelaskan banyak hal. Meski belum menemukan bukti - bukti yang kuat akan tetapi Jose yakin bahwa rekan kerjanya sesama pengacara itu terlibat.

Terlalu fokus dalam pekerjaan sampai tak menyadari jarum jam sudah mengarah pada pukul 03.00 dini hari. Segera mematikan layar laptop. Memberi perintah pada Zoe untuk membereskan semua berkas.

"Jangan sampai lupa kunci pintunya Zoe." Setelah itu melenggang keluar ruangan menuju kamarnya. Meski sudah sangat lelah namun kedua matanya enggan memejam pikirannya melayang jauh memikirkan keselamatan Nicolette.

Satu hal yang terpatri dalam pikirannya, jika rekan kerjanya tersebut sampai terlibat, maka Nicolette akan ikut terseret karena saat ini dia adalah asisten pribadi Nelson. Pasti polisi akan menginterogasinya juga sebagai orang kepercayaan Nelson.

Bayangan akan Nicolette yang terseret dalam kasus tersebut membuatnya dirundung ketakutan mendalam. Segera memutar otak bagaimana cara melepaskan Nicolette dari cengkaram Nelson. Sementara ia tahu bahwa lelaki itu tak akan mudah melepas, terlihat jelas dari tatapan matanya bahwa ia memiliki perasaan lebih pada Nicolette.

-- 

Thanks

Yezta Aurora