Instagram: Yezta Aurora
Facebook: Yezta Aurora
Twitter: Yezta Aurora
--
Sesampainya di taman, berbagai menu sarapan kesukaannya sudah tersaji. Menarik salah satu kursi dan mempersilahkan Nicolette untuk duduk. Setelah itu dia ikut mendudukkan bokongnya di salah satu kursi yang posisinya berada tepat didepan Nicolette sehingga memudahkannya memandangi wajah cantik yang sudah bagai candu.
"Ku harap masakan Martindez cocok dengan lidahmu Letta."
"Pasti. Terima kasih sudah menjamu." Aku sama sekali tak tertarik dengan berbagai menu makanan ini Jose, tapi aku lebih tertarik menikmati suasana yang sangat romantis ini, bersamamu. Nicolette membatin sembari mengulum senyum.
Sepanjang acara makan tidak ada yang membuka suara. Meskipun terlihat acuh tapi berkali - kali ekor matanya melirik ke arah Nicolette. Senyum Jose mengembang mendapati Nicolette begitu lahap menyantap makanannya.
"Mau bersantai?" Tawar Jose. Seketika raut cemas tergambar dari sorot manik biru laut. Mengerti dengan yang sedang di pikirkan oleh Nicolette, Jose segera mengklarifikasi ucapannya. "Bukan ke kamar tapi ... " Jeda sejenak.
"Kita bersantai disana Letta, lihatlah!" Tunjuk Jose yang diikuti arah pandang sepasang manik biru laut. Taman buatan yang dilengkapi dengan air terjun dan juga rerumputan membuat Nicolette berdecak kagum. Tatapannya seketika membulat sempurna.
Bagaimana bisa aku tak menyadari taman seindah ini? Oh My God ini indah sekali.
Tanpa menunggu lama, Jose segera membimbingnya kesana. Mendudukkan bokongnya pada rumput yang membentang luas tepat dibawah pohon besar, dikelilingi berbagai aneka macam bunga.
Meskipun cuaca panas, namun berada di taman buatan ini terasa asri dan juga menyejukkan. Menarik pundak Nicolette supaya ikut telentang disebelahnya, bersandar pada salah satu lengannya. Bukannya mengikuti arahan Jose, Nicolette pun beringsut memberi jarak.
Bagaimana bisa Jose memintaku tidur dilengannya, apa dia tidak tahu kalau jantungku ini hampir saja melompat keluar? Ini tidak benar, berdekatan dengan Jose bisa berpengaruh buruk pada kesehatan jantungku.
Seketika langsung beranjak berdiri namun cekalan kuat pada pergelangan tangan menariknya kembali. "Mau kemana? Apa kau tak menyukai tempatnya?"
Tak tahu harus berkata apa dan bersikap bagaimana yang jelas bibirnya seketika terasa kelu untuk sekedar berucap. Tahu dengan ketidaknyamanan yang terjalin, segera mencairkan suasana dengan berbegai obrolan ringan. Tak ayal hal tersebut membuat Nicolette merasa rileks. Entah kenapa tiba - tiba rasa kantuk menyergap sehingga Nicolette pun menguap beberapa kali.
"Ngantuk, hum?"
Nicolette mengangguk.
Entah kenapa tiba – tiba matanya terasa berat. Jose pun membimbingnya untuk telentang sementara ia sendiri masih duduk dengan memandangi wajah cantik Nicolette. Tak berselang lama Nicolette tertidur.
Mungkin akibat kekenyangan dan juga didukung suasana nyaman, rasa kantuk pun seketika menyergap Jose. Memposisikan tidur disebelah Nicolette, sudut matanya melirik ke arah gadis cantik bak Barbie yang sedang tidur meringkuk hanya berbantalkan rumput. Tak tega melihat tidur yang tak nyaman segera membawa kepala Nicolette bersandar pada perutnya. Entah sudah berapa lama keduanya larut dalam mimpi
Jose yang terbangun lebih dulu, mengamati wajah cantik yang terlihat seperti bidadari ketika sedang tertidur pulas. Tangannya mengayun di udara menghalang cahaya yang menyilaukan supaya tak sampai mengenai wajah cantik Nicolette.
Perlahan manik biru laut terbuka, mengerjap tak percaya merasakan sandaran kepalanya yang terasa empuk. Dan betapa terkejutnya ketika beradu tatap dengan manik coklat yang sedang menatapnya dalam. Malu, itulah yang dirasakan Nicolette saat ini. Seketika beranjak dari sana. Akan tetapi, lagi – lagi sebuah tangan kekar menghentikan pergerakannya.
"Biarkan tetap seperti ini Letta." Posisinya yang bertumpu pada satu siku membuatnya terlihat semakin tampan. Jemari Jose terulur mencubit gemas pipi Nicolette. "Ada apa dengan pipimu ini, hum?"
Kembali mencubit gemas. "Kau terlihat sangat menggemaskan ketika sedang malu-malu seperti ini." Nicolette semakin dibuat malu dengan yang baru saja menggelitik pendengaran. Sehingga tanpa sadar semakin menenggelamkan kepala ke dalam dada bidang. Semakin lama berada disana semakin dibuat nyaman. Parfum beraroma kayu – kayuan membuatnya kecanduan. Rasanya ingin menghirup aromanya lagi dan lagi.
"Jangan seperti Letta. Jangan membangunkan macan tidur." Suara Jose berubah serak. Seketika langsung menjauhkan wajahnya dari sana. Semburat merah kembali mewarnai pipi.
"Apa punggungmu sakit? Posisi tidurmu tadi sama sekali tak nyaman." Sembari mengusap lembut rambut Nicolette.
"Sedikit." Lirih Nicolette.
"Lalu bagaimana dengan kau sendiri?"
"Kenapa denganku Letta? Tentu saja aku tak kenapa – napa. Kemarilah, biar ku pijit punggungmu."
"Tapi Jose."
"Jangan membantah. Kemari!" Sambil menggeser posisi duduk Nicolette supaya lebih dekat. Bersentuhan dengan kulit Nicolette membuat sesuatu dibawah sana berdesir meskipun ada baju sebagai penghalang. Begitu pun dengan Nicolette, ia tak tahan dibuatnya. Manik biru laut memejam merasakan pijatan lembut disepanjang punggung.
Seperti mendapat sinyal, Jose pun makin berani dengan menelusup dibalik blazer, menemukan resleting dan dengan gerakan perlahan membukanya. Sontak saja hal tersebut membuat Nicolette terperenyak, segera beringsut memberi jarak. Sorot matanya menyiratkan tatapan penuh ancaman, seolah berkata jangan macam-macam, Jose.
Jose yang mendapati kilatan rasa tak nyaman dari sepasang manik biru laut segera meminta maaf karena sudah lancang hampir saja melecehkannya.
"Lebih baik ke tujuan awal pertemuan kita hari ini, Mr. Jose. Mari kita bahas kasus yang kemarin." Ucap Nicolette formal.
"Tidak di sini Letta. Ini tempat umum. Ikut aku." Mengaitkan jemarinya diantara jemari lentik membimbingnya menuju ruangan pribadi, ruangan yang didekorasi serba hitam membuat nyali siapa pun yang coba bernegosiasi seketika menciut.
"Silahkan duduk Letta."
"Terima kasih Mr. Jose." Ucap Nicolette yang langsung dihujani tatapan tak suka.
Seketika mendekati Nicolette kemudian merengkuh pinggang ramping hingga menempel ke dada bidang. "Sudah ku bilang panggil aku Jose disaat kita sedang berduaan sayang." Kemudian memutar perlahan tubuh Nicolette. Jemarinya terulur merapikan beberapa helai rambut yang menjuntai melewati pipi.
"Jadi restoran ini milikmu?" Tanpa menjawab hanya menghujani sepasang manik biru laut dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Baiklah kalau kau tak mau memberitahuku, tak apa." Raut kecewa tampak menyelimuti wajah cantik Nicolette. Tak kuasa dibuatnya segera mencekal pergelangan tangan membimbingnya untuk duduk di sofa.
"Restoran ini milik grandma. Aku hanyalah seorang pengacara biasa Nicolette. Aku belum memiliki apapun." Sambil mengulas senyum.
"Terus saja merendah. Oh iya apa keluargamu juga tinggal disini?"
Seketika bibir Jose membentuk garis lurus, tak tahu apa yang harus dikatakannya.
"Jose."
"Em tentu saja tidak. Aku tidak memiliki keluarga lain selain grandma."
"Jadi kau tinggal sendirian di Negara ini?" Tanpa mau menjawab hanya mengulas senyum tipis. Bukan tanpa alasan Jose membohongi Nicolette. Jose hanya tidak mau Nicolette lari tunggang langang setelah tahu silsilah keluarganya. Terlebih ia tak mau Nicolette sampai berfikir bahwa ia adalah bagian dari orang – orang jahat yang sangat Nicolette benci.
Maafkan aku Letta jika harus membohongimu. Aku tak yakin setelah kau tahu bahwa aku ini putra Martin, kau akan tetap mau berdekatan denganku.
Nicolette pun dibuat bingung karena Jose terus saja menatapnya lekat. Bukannya tak suka ditatap seperti itu hanya saja ia tak mampu mengontrol perasaannya sendiri. Terlebih tak ingin sampai Jose mendengar detak jantungnya yang kian berdegup kencang.
"Terus dimana grandma? Apa kau tak ingin mengenalkanku pada grandma, kita juga sudah sampai disini kan."
Mengulas senyum. "Grandma tidak ada disini Letta tapi di Jerman."
Manik biru laut membulat sempurna. "Jerman?"
Jose mengangguk sambil mengedipkan matanya.
"Nanti kalau ada waktu aku pasti akan membawa mu bertemu grandma."
Itu artinya kau akan mengajakku ke Jerman? Tidak, tidak, aku tidak ingin lagi menginjakkan kakiku di Negara itu. Hal itu hanya mengingatkan ku pada mendiang ibuku. Karena keberadaanku di Negara itulah aku kehilangan sosok yang paling berharga dalam hidupku Jose.
"Ada apa Letta?" Mengusap pipi Nicolette dengan sayang.
"Kau kenapa sayang? Apa aku salah ucap?" Ketika mendapati mata Nicolette berkaca – kaca.
Nicolette menggeleng. "Engga."
"Katakan sayang, kau kenapa? Jangan membuatku khawatir.
Menggenggam erat jemari kokoh. "Aku tak kenapa – napa Jose." Sambil mengulas senyum hangat.
Aku tahu ada hal yang kamu sembunyikan Nicolette. Sorot matamu menyiratkan semuanya. Dan apakah kesedihanmu ini ada hubungannya dengan kematian ibumu, Mrs. Hamberson.
"Kau bisa berbagi apapun masalahmu denganku Letta."
Nicolette mengangguk.
Tak ingin semakin menyulut pada kesedihan, segera mengalihkan topik pembicaraan dan kembali fokus pada pembahasan kasus Antonio Hosburg, pengusaha sukses, kaya raya penyandang gelar trillionaire yang terseret ke dalam kasus kematian istrinya, Cleora Hosburg dan juga kematian seluruh anggota keluarga Cleora. Nicolette pun di buat tak percaya sehingga tanpa sadar membuka lebar mulutnya.
"Tutup mulutmu ini Letta, jangan salahkan aku, kalau tiba - tiba aku menciummu." Ucapnya sembari mengulas senyum geli. Pipi Nicolette langsung bersemu merah karena menahan rasa malu.
"Aku hanya tak percaya Mr. Antonio Hosburg tega melenyapkan istrinya sendiri, menurut ku itu mustahil. Bukankah pernikahan didasari dari rasa cinta, jadi mustahil saja seorang suami bisa setega itu membunuh belahan jiwanya. Bagaimana menurutmu?"
Jose dibuat tertarik dengan cara pandang dan juga pemikiran Nicolette mengenai cinta. Dan semakin yakin bahwa Nicolette memanglah gadis yang tepat untuk mendampingi masa tuanya kelak.
Menjentikkan jarinya ke depan wajah Jose. "Hei, kau malah melamun. Apa pendapatmu? Coba katakan!" Sambil mendekatkan wajahnya sembari mengerlingkan matanya menggoda.
Tanpa disangka – sangka langsung melayangkan kecupan mampir dipipi sebelah kiri. "Ish Jose." Protes Nicolette.
"Salah sendiri, siapa suruh menggodaku, hum."
"Tapi tak seharusnya kau menciumku dipipi kan."
"Lalu dimana?" Sambil mencondongkan tubuhnya ke depan. "Apa disini?" Menyentuh bibir seksi Nicolette. Meskipun hanya godaan kecil akan tetapi mampu mengirimkan sengatan listrik yang mampu memecah akal sehat. Tak ingin larut dalam hal – hal diluar kendali segera fokus kembali pada topik pembicaraan.
"Kasus ini dulu pernah ditutup. Namun ketika usia Exandle menginjak dewasa kasus ini dibuka kembali."
"Exandle?" Nicolette bertanya dengan kedua mata menyipit.
"Putra tunggal Antonio."
Disaat sedang fokus tiba-tiba ponsel Nicolette berdering, menampilkan nama Mr. Nelson pada layar ponselnya.
"Siapa yang menghubungi?"
"Mr. Nelson." Jawabnya lirih.
"Segera angkat dan katakan kita lagi meeting." Nicolette mengangguk lalu beringsut menjauh untuk berbicara dengan Nelson. Setelah selesai langsung menutup sambungan telepon, raut kesedihan terlihat jelas menyelimuti wajah cantik.
"Ada apa? Katakan!"
"Mr. Nelson sudah kembali dan memintaku untuk segera menemuinya."
Apa maksud Nelson meminta Letta menemuinya dihari libur?
"Bisakah aku meminta bantuan mu?" Ucap Nicolette tak yakin. Tanpa menjawab hanya mengangkat kedua alisnya, seolah berkata, apa?
"Bisa antarkan aku padanya?"
Sekali lagi tanpa menjawab langsung mengaitkan jemarinya diantara jemari lentik membimbingnya menuju mobil. Sepanjang perjalanan tak ada yang membuka suara. Beberapa kali melirik ke arah Jose yang fokus pada jalanan. Tak sekali pun melihat ke arahnya, menghujani sepasang manik biru laut dengan tatapan hangat, seperti yang biasa Jose lakukan. Ekspresinya juga sulit diartikan yang jelas rahangnya mengeras dengan sorot mata tajam.
Apa Jose marah karena aku memintanya untuk mengantarkanku menemui Nelson?
"Ehm berhenti disini saja." Pinta Nicolette. Seketika meminggirkan mobil sembari melemparkan tatapan dingin dan juga bibir yang membentuk garis lurus.
"Apa kau marah karena aku memintamu mengantarkan ku menemui ... Mr. Nelson?" Akhirnya Nicolette memberanikan diri bertanya.
Aku tidak marah padamu Letta tapi pada Nelson. Untuk apa dia memintamu menemuinya di hari libur?
"Jose." Sembari menyentuh lengan kekar namun lagi – lagi diabaikan. Dan kembali fokus pada jalanan, melajukan mobil dengan kecepatan tinggi. Setelah sampai pada sebuah mansion segera meminta Nicolette turun mobil. Sementara Nicolette tampak bingung karena ia sama sekali tidak tahu tempat siapa ini.
"Turun Letta!" Geram Jose.
"Turun! Atau aku akan membawamu pergi dan tak bertemu lagi dengan Nelson!"
Aku tidak tahu aku ini salah apa, kenapa sikapmu jadi berubah kasar, tak lagi bersikap manis seperti biasanya.
Dengan berat hati akhirnya turun dari mobil Jose. Belum sempat menutup rapat pintu, mobil Jose pun sudah melaju dengan kecepatan tinggi membiarkan Nicolette yang masih berdiri mematung. Menghembuskan nafas berat sebelum berbalik dan alangkah terkejutnya mendapati seseorang sudah berdiri dihadapannya.
--
Thanks
Yezta Aurora