Chereads / Aimer Un Avocat / Chapter 1 - Aimer| 01

Aimer Un Avocat

Yezta_Aurora
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 65.6k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Aimer| 01

Instagram: Yezta Aurora

Facebook: Yezta Aurora

Twitter: Yezta Aurora

--

Barcelona, Spanyol

Manik biru laut Nicolette membelalak sempurna ketika menatap layar ponsel. Ada pesan masuk dari nomor tidak dikenal yang mengatasnamakan dari salah satu situs online meminta Nicolette untuk bersiap malam ini.

"Bagaimana ini bisa terjadi, aku tidak pernah mendaftarkan diriku pada situs seperti ini." Nicolette mulai panik ketika panggilan dari situs online tersebut menghubunginya kembali untuk mempersiapkan diri sebelum pukul 19.00.

Satu hal yang terpatri dalam otaknya bahwa pria-pria yang terdaftar pada situs seperti itu pasti lah para pria tua hidung belang. Sehingga memutuskan tidak akan pernah mau datang ke tempat yang sudah disiapkan oleh situs online tersebut. Apalagi sampai berkencan dengan pria yang sama sekali belum pernah ditemuinya. Ish najis. Nicolette membatin. Membayangkannya saja sudah membuat bulu roma meremang.

Siapa yang sudah kurang ajar memakai namaku dalam kencan online tersebut? Pikir Nicolette. Seketika terlintas nama Cerelhia.

Pasti dia pelakunya. Siapa lagi kalau bukan Cerelhia. Nicolette membatin sembari meraih ponselnya dan langsung menghubungi saudara sepupunya tersebut.

"Kau kan yang sudah mendaftarkan namaku pada situs online tersebut?" Nicolette memarahi seseorang dari seberang telepon. Cerelhia yang baru saja sadar dari alam mimpi enggan menanggapi ocehan sepupunya tersebut. Kembali diraihnya selimut sebelum melempar teleponnya ke sembarang arah.

"Shittttttt." Nicolette mengumpat kesal. Dan disaat bersamaan telepon genggamnya kembali berdering.

"Ada apa lagi kau menghubungiku, hah?" Nicolette yang sudah habis kesabaran langsung memarahi seseorang diseberang telepon tanpa melihat dulu siapa yang menghubungi.

"Letta ada apa? Kenapa kau marah-marah? Ini bibi Jane."

Oh My God ternyata bibi yang menghubungiku. Karena merasa bersalah telah memarahi bibinya tanpa alasan yang jelas, dia pun segera meminta maaf. "Maafkan Letta bibi Jane, Letta pikir tadinya Cerel yang menghubungi."

"Kalian berantem lagi?" Tanya Jane. Tanpa menjawab justru balik bertanya perihal Jane menghubunginya.

"Malam ini putra pertama Mr. Martin datang dari Jerman dan mengadakan pesta, jadi bisakah kau datang untuk membantu bibi?"

"Maksud bibi Jane, kakaknya Axell?"

"Tentu saja iya Letta, Mr. Martin kan hanya memiliki dua putra. Jadi gimana apakah kau bisa datang membantu bibi?"

Sebenarnya Nicolette ingin sekali datang membantu akan tetapi di mansion tersebut kan ada Axell. Bukannya dia tidak ingin bertemu Axell, tentu saja sangat ingin. Dia sangat merindukan pria tersebut akan tetapi ada hal tertentu yang membuatnya tak bisa datang kesana. Selain hubungannya dengan Axell yang sudah berakhir tragis juga ada hal lain yang membuatnya ketakutan setengah mati.

Ingatannya pada malam penculikan yang dilakukan anak buah Martin dan dibuang ke dalam club malam masih terus membayang – bayanginya hingga saat ini.

"Letta ... "

"Oh maafkan Letta, bibi Jane, bukannya Letta tidak mau membantu akan tetapi hari ini Letta masuk kerja." Bohong Nicolette.

"Ya sudah kalau kamu tidak bisa datang tidak apa-apa. Bye Letta dan jangan sering-sering berantem dengan Cerel. Kalian berdua ini saudara. Ingat itu!"

"Pasti bibi Jane. Letta janji. Bye bibi, mmuach."

Ketika sambungan terputus langsung menghembuskan nafas berat. Entah kenapa hatinya seketika diliputi rasa bersalah sudah membohongi bibinya yang sudah dengan setia menyanyanginya layaknya putri sendiri.

Hanya bibinya ini dan juga Cerelhia yang Nicolette miliki semenjak kematian ibunya. Bahkan dimana keberadaan ayahnya pun ia tak tahu. Bagaimana wajah ayahnya dan juga siapa namanya, ia sama sekali tak tahu. Semasa hidupnya, ibunya tak pernah sekali pun menyinggung perihal ayahnya begitu pun dengan bibinya yang selalu memilih bungkam.

--

Nicolette berdiri didepan apartement Cerelhia dengan memasang wajah cemberut. Sudah hampir 30 menit berdiri disana tak ada tanda – tanda pintu akan terbuka sampai kakinya kesemutan.

"Ish kemana sih ni anak, ditelepon ga diangkat, didatangi ke apartement juga ga ada." Ucap Nicolette entah pada siapa nyatanya ia sendirian didepan apartement Cerelhia.

Disaat sedang mengumpat kesal tiba-tiba pintu apartement terbuka.

"Aku menghubungimu dari tadi, memangnya kau tak mendengar panggilan telepon ku, hah!" Bentak Nicolette.

Cerelhia menguap, penampilannya acak-acakan khas bangun tidur. "Masuklah." Pinta Cerelhia setelah itu berlalu menuju sofa dan menjatuhkan bokongnya disana. Matanya kembali terpejam dengan kepala bersandar pada sandaran sofa.

"Dasar pemalas, bangun woi!" Bentak Nicolette.

Cerelhia menggeliat lalu menatap tak suka ke arah saudara sepupunya tersebut. "Tolong berhenti ngomel-ngomel, telingaku sakit mendengar teriakanmu Letta. Sifatmu ini sama seperti Jane, kau lebih cocok jadi anaknya."

"Jangan kurang ajar, bibi Jane itu ibu yang sudah melahirkanmu. Dasar anak tidak tahu diri, tidak tahu terima kasih!"

Cerelhia yang sudah mulai terganggu dengan kehadiran Nicolette langsung menghardik kedatangan saudara sepupunya tersebut. Langsung saja Nicolette menceritakan perihal bibinya yang menghubungi sehingga ia meminta Cerelhia supaya datang ke mansion Martin dan membantu ibunya mempersiapkan pesta penyambutan kedatangan kakaknya Axell.

"Kau saja yang datang." Ucap Cerelhia dengan nada suara sinis.

"Aku tidak bisa datang, aku ada acara."

"Acara apa?" Desak Cerelhia. Nicolette yang merasa terpojok akhirnya menggunakan kencan online sebagai alasan.

"Kencan online?" Cerelhia bertanya dengan raut wajah terkejut. Pasalnya saudara sepupunya tersebut tidak pernah tertarik untuk ikut terlibat dalam situs online seperti itu. Bahkan dulu ketika dia memaksa, Nicolette tetep kekeh menolak. Melihat raut bingung menyelimuti wajah sepupunya, seketika Nicolette jadi kembali bertanya-tanya, kalau bukan Cerelhia lalu siapa pelaku dibalik semua ini? Apa mungkin petugas tersebut salah orang, tapi bagaimana itu mungkin. Nama dan nomor telepon sama. Jadi itu bukan suatu kebetulan kan?

"Memikirkan apa?" Cerelhia bertanya.

"Ohh, aku tahu, pasti kau bingung kan mau pakai baju apa ke acara nanti malam?" Hardik Cerelhia.

"Bukan." Jawab Nicolette malas karena dia tidak akan pernah datang ke acara tersebut jadi buat apa pusing-pusing memikirkan gaun malam.

Cerelhia menepuk pundak Nicolette pelan lalu melenggang menuju kamar dan kembali dengan gaun warna merah menyala tersampir dilengan sebelah kiri.

"Pakailah! Kau pasti terlihat cantik dengan gaun ini." Menyerahkan gaun tersebut ke tangan Nicolette.

"Untuk apa?" Tanyanya bingung.

Seketika Cerelhia langsung melemparkan beribu pertanyaan tersirat dari sorot matanya, seolah bertanya, untuk apa? Apa maksudmu Letta?

"Ohh, thanks my sister." Nicolette hampir saja keceplosan mengatakan bahwa dia tidak akan pernah datang ke acara tersebut.

Hampir saja ketahuan. Batin Nicolette.

"Hai, apa yang kau pikirkan?" Tanya Cerelhia.

"Tentu saja kencan nanti malam." Bohong Nicolette sambil melenggang keluar apartement.

Ish dasar aneh. Tapi baguslah, berarti kan Letta sudah move on dari lelaki menyedihkan itu.

--

Thanks

Yezta Aurora