Chereads / Aimer Un Avocat / Chapter 3 - Aimer| 03

Chapter 3 - Aimer| 03

Instagram: Yezta Aurora

Facebook: Yezta Aurora

Twitter: Yezta Aurora

--

Lelaki tersebut kini berdiri menjulang tinggi didepan Nicolette. Nicolette masih menundukkan wajah tak berani menatap hingga ia merasakan jemari kokoh menekan lembut dagu membawanya untuk melihat siapa pemilik jemari kokoh tersebut.

Mata keduanya saling bertemu, saling mengunci, saling memikat, saling mendamba sampai tak ada yang ingin menyudahi. Lelaki tersebut mendekatkan bibirnya mencium bibir Nicolette sekilas. Awalnya hanya ingin mengecup lembut akan tetapi siapa sangka, kini justru berakhir dengan decapan.

Rasa bibir ini sama persis milik lelaki asing yang sudah mencuri ciuaman pertamaku waktu itu. Apa mungkin lelaki itu dia? Ah, itu tidak mungkin. Mana mungkin dia. Ini kan Spanyol sedangkan kejadian waktu itu kan di Jerman, pikir Nicolette.

Jemari Jose bergerak menyentuh bibirnya sendiri mengusap sisa - sisa rasa manis dengan mengunci tatapan mata biru laut dengan tatapan mendamba mendamba.

"Lagi?" Tanyanya. Lalu langsung saja menyatukan kembali bibirnya. Entah kenapa keduanya saling menikmati ciuman ini, tak ada satu pun dari mereka yang ingin menyudahi hingga terdengar bunyi nyanyian dari perut Nicolette.

Menyentuh pelan perut rata Nicolette sembari bertanya. "Lapar, hum?" Nicolette pun dibuat sangat malu sehingga pipinya langsung bersemu merah merona. Entah kenapa Nicolette tak pernah bisa lepas dari pesona Jose. Pesona yang mampu memikat dengan sangat kuat.

"Perkenalkan aku Jose." Mengulurkan tangannya yang langsung disambut oleh Nicolette. Lantas ia pun mendudukkan bokongnya disofa, memilih duduk tepat didepan Nicolette supaya bisa dengan leluasa menikmati kecantikan Barbie hidup.

"Nicolette Phoulensy Hamberson." Ucap Nicolette sembari menarik tangannya, meskipun rasa kehilangan seketika menyergap.

Mendengar kata Hamberson mengingatkan Jose akan seseorang dimasa lalu. Kenangan yang samar - samar itu kembali berputar-putar dalam otaknya bagai kaset rusak. Seakan dia pernah mendengar nama itu, tapi dimana? Ah sudahlah, mungkin itu hanya de javu saja, pikirnya.

Acara kencan dimulai dengan menyantap makan malam dan perbincangan kecil seputar keseharian saja, tak mengarah ke hal-hal yang lebih privasi. Sesekali mata Nicolette mencuri pandang, mengagumi ketampanan Jose. Untung saja dia memutuskan datang kalau tidak kesempatan ini akan terlewat begitu saja.

"Mau minum Ccmpagne?" Tawar Jose. Nicolette hanya tersenyum, sebenarnya dia tidak bisa minum akan tetapi tidak enak juga untuk menolak karena hal itu hanya akan merendahkannya. Jose pasti akan beranggapan bahwa dirinya adalah gadis cupu yang ga gaul.

Disaat menuangkan campagne ke dalam gelas Nicolette tiba-tiba ponselnya berdering. Sudut matanya melirik sekilas ke arah layar ponsel kemudian beralih menatap Nicolette sembari berucap. "Tunggu sebentar yah." Setelah itu segera beringsut menjauh untuk dapat berbicara dengan seseorang diseberang telepon.

"Urus saja semuanya dan jangan menggangguku lagi. Mengerti?" Nada suaranya meninggi. Tanpa menunggu jawaban dari lawan bicara langsung mematikan sambungan telepon begitu saja. Ia pun mengumpat sumpah serapah pada orang diseberang telepon karena menghubungi hanya untuk mengabarkan hal - hal yang sama sekali tak penting. Meskipun diliputi rasa kesal, akan tetapi segera menampilkan senyum terbaiknya ketika kembali mendekati Nicolette.

"Maaf Nicolette sudah buatmu menunggu terlalu lama dan terima kasih sudah menunggu." Sambil menyentuh punggung telanjang Nicolette sambil lalu. Sentuhan seringan bulu itu bagi Nicolette bagaikan sengatan listrik yang langsung menjalar ke otaknya.

Apa yang kau pikirkan Nicolette jangan berfikir hal yang bukan-bukan.

"Untukmu." Menyerahkan gelas berisi campagne.

"Thanks." Seulas senyum menghiasi bibir seksi membuat Jose ingin menyentuhnya lagi dan lagi. Rasa manis bibir Nicolette membuat Jose kecanduan.

Tanpa disengaja Nicolette kedapatan sedang curi - curi pandang. Malu, itulah yang dirasakannya saat ini. Sikap malu - malu Nicolette ini pun memancing Jose segera menselancarkan rencana licik. Seringaian penuh arti langsung terukir menghiasi bibir.

Kembali dituangkan campagne ke dalam gelas Nicolette. Tak terbiasa minum membuat Nicolette mabuk meskipun hanya dua gelas saja yang berhasil melewati tenggorokannya. Jose segera menggendong tubuh Nicolette memasuki sebuah kamar yang didesain dengan sangat maskulin. Menandakan bahwa sang pemilik adalah seorang lelaki. Setelah itu merebahkan tubuh Nicolette dikasur king size miliknya.

Dibawah pengaruh alkohol sesekali menggeliat seksi seolah mengundang untuk segera disentuh. Tak tahan dengan godaan segera mendekat lalu menyusuri leher mulus dengan ujung jemari membuat Nicolette mendongak. Manik biru laut mengerjap dengan tatapan mendamba.

Semakin tak tahan dibuatnya, Jose segera menyusuri leher Nicolette menggunakan ujung lidahnya membuat sang pemilik melenguh merasakan nikmat. Lenguhan Nicolette semakin membuatnya gila.

Persetan jika dirinya dianggap lelaki brengsek karena pada kenyataannya memang seperti itulah gambaran dirinya. Yang suka berganti-ganti pasangan untuk memuaskan nafsunya yang sangat besar tersebut. Tapi entah kenapa didepan Nicolette, Jose ingin menepis semua anggapan buruk tentang dirinya. Pesona gadis itu telah mengobrak - abrik hatinya.

"Nicolette Phoulensy Hamberson ... " Suara bariton berubah parau.

"Hm Anxe." Diiringi erangan yang berhasil lolos dari bibirnya. Tanpa sadar bibir Nicolette mengucap panggilan sayang untuk mantan kekasihnya itu. Sejenak Jose berfikir siapa Anxe? Akan tetapi dia tak lagi tertarik tentang itu semua. Dia lebih tertarik dengan gairah yang sudah menguasai.

Tubuhnya bagai tersengat aliran listrik setiap kali kulitnya bersentuhan dengan kulit Nicolette. Tak tahan dibuatnya sebelah tangannya menyingkap belahan panjang yang melewati hingga pangkal paha. Jemarinya menari dibalik dress membuat Nicolette semakin mendesah nikmat. Tak ingin suara desahan kenikmatan semakin membuatnya gila, dia membungkam bibir Nicolette dengan menciumnya kasar.

Tanpa sadar lengan Nicolette sudah mengalung dilehernya untuk memperdalam ciuman. Bibir keduanya menari mengikuti irama. Dan entah sejak kapan gaun Nicolette sudah lolos begitu juga dengan pakaian Jose. Hanya kain sutra tipis yang tersisa menutupi bagian paling berharga.

Tubuh Jose seketika membeku ketika Nicolette menyebutkan nama Anxe Axell. Nama yang paling dia benci karena tidak pernah berani melawan Martin. Sampai dia memutuskan pergi dari rumah dan tinggal bersama neneknya di Jerman. Meskipun sudah diajak, Axell tetap tidak mau ikut dengannya dan lebih memilih tinggal bersama Martin, pria tua yang menjadikan anak-anaknya boneka mainannya.

Segera memunguti kembali pakaiannya. Sebelum pergi, memandang jijik pemilik kulit mulus yang kini terbaring diranjangnya dengan mata terpejam dan juga nafas teratur. Tidak tahu pasti Axell mana yang Nicolette sebut tadi, tapi baginya mendengar nama Axell saja sudah membuatnya sangat muak.

"Baru saja hampir bercinta dan sekarang dia tertidur pulas, dasar tidak berguna!" Makiannya pada Nicolette sebelum melenggang pergi dari sana. Mungkin karena efek mabuk membuat Nicolette tak menyadari apa saja yang sudah dilakukannya. Tak pernah sebelumnya ia berbuat sampai sejauh ini. Axell sangat melindunginya kala itu, karena baginya Nicolette sangat lah berharga.

Tak ingin dianggap brengsek, segera memberi perintah kepada maid untuk memakaikan kembali gaun Nicolette sebelum wanita itu menyadarinya. Sementara dikediaman Martin pesta penyambutan kedatangan putra kesayangan sudah dipersiapkan dengan sangat mewah. Ponselnya berulang kali berdering akan tetapi Jose tetap mengabaikannya.

"Mr. Martin menanyakan keberadaan Anda." Zoe memberitahu.

"Katakan aku tak akan pernah datang kesana."

"Mr. Martin pasti akan mengirim anak buahnya untuk menjemput paksa Anda."

Menatap tajam Zoe. "Aku bukan si lemah Axell, pria tua itu tidak akan berani macam-macam. Kerahkan seluruh anak buahmu untuk berjaga, aku tak ingin diganggu malam ini."

--

Thanks

Yezta Aurora