Chereads / Aimer Un Avocat / Chapter 7 - Aimer| 07

Chapter 7 - Aimer| 07

Instagram: Yezta Aurora

Facebook: Yezta Aurora

Twitter: Yezta Aurora

--

Suara tendangan pada pintu ruangannya memaksa sang pemilik manik coklat mengangkat wajahnya untuk melihat siapa gerangan yang sudah sangat lancang memasuki ruang kerja tanpa seijinnya. Wajahnya seketika mengeras, sorot mata berubah gelap, begitu pun dengan kedua tangan mengepal hingga buku jari - jari memutih.

Tak menghiraukan tatapan sengit putra tercinta, Martin mendudukkan bokongnya di sofa dengan kaki menyilang. Menatap tajam Jose sebelum memulai kalimat. "Kau berhasil mempermalukanku anak muda, kegagalan pesta semalam sudah mencuat ke media." Sambil melempar majalah ke meja kerja Jose sehingga menimbulkan suara dentuman.

Sementara Jose sama sekali tak menunjukkan rasa simpati sedikit pun membuat sang ayah semakin geram. Ingin rasanya Martin memukul wajah tampan putra kesayangannya ini sampai benjol.

Mendapati amarah Martin mulai tepancing, bibir kokoh langsung menyungging seringaian licik sebelum memulai kalimat. "Bagus, memang itulah tujuanku. Akhirnya seluruh Dunia menertawakanmu pak tua."

"Dasar anak durhaka!" Bentak Martin yang langsung beranjak dari duduknya. Dengan langkah tegas mendekati Jose kemudian hendak melayangkan pukulan akan tetapi lebih dulu Jose mencekal lalu menghempasnya kasar.

"Aku bukan lah si cupu Axell yang dengan senang hati kau jadikan boneka mainanmu Mr. Martin. Aku adalah Jose seorang pengacara ternama. Dan ... jika kau berani macam-macam denganku."

Tersenyum licik sebelum kembali melanjutkan kalimat. "Hukum yang akan berbicara Mr. Martin yang terhormat."

Satu pukulan keras mampir mengenai pelipis hingga mencuat daging merah. Seketika mengumpat kesal karena si tua Martin telah berhasil melukainya disaat lengah. Sorot matanya berubah gelap, rahangnya mengeras, kemudian mengepalkan tangannya diiringi seringaian licik terukir dibibir.

"Kau dalam masalah besar Mr. Martin." Ucap Jose sambil mengusap kasar bibirnya. Hal tersebut tentu saja membuat emosi Martin kian memuncak mendapati kenyataan putra kesayangan sudah berani secara terang – terangan menentangnya.

"Dasar anak durhaka! Sikapmu ini sama seperti mendiang ibu mu! Keras kepala!"

"Stop! Berhenti menghina ibu ku. Masih lebih berharga ibu ku dari pada kau!" Jari telunjuk mengarah tepat ke wajah Martin.

"Dan juga istri barumu yang gila harta itu! Kalian berdua penyebab kematian ibu ku!"

"Jaga cara bicaramu Jose! Mendiang ibu mu meninggal karena sakit bukan karena hal lain."

"Iya sakit. Lebih tepatnya sakit hati setiap hari disuguhi perselingkuhanmu dengan perempuan hina itu!"

"Stop!" Suara Martin menggelegar menggema ke seluruh ruangan.

"Baiklah kalau itu maumu. Tapi satu hal yang harus kau ingat bahwa aku akan segera mengungkap fakta tentang kematian ibu ku."

Selama ini tidak ada yang berani membantah apalagi sampai mengancam. Tapi Jose yang darah dagingnya sendiri malah seberani ini padanya, anaknya ini tidak pernah mau tunduk pada perintahnya. Terlebih setelah Maria meninggal.

"Kita lihat saja siapa yang lebih kuat, kau atau aku anak ingusan." Tantang Martin sementara Jose tak menjawab sama sekali, ia sudah sangat muak.

Jari Jose mengarah ke pintu. "Silahkan tinggalkan tempat ini Mr. Martin sebelum anak buahku melemparmu keluar dari sini."

Sebelum meninggalkan mansion Jose, Martin mengumpat kesal. Lalu menghubungi seseorang, memberi perintah untuk memberikan pelajaran berharga pada putra kesayangannya tersebut.

Meskipun Jose lahir dari rahim wanita yang tak pernah dicintainya akan tetapi ia menyayangi Jose sama seperti kasih sayangnya pada Axell, hanya saja Jose tidak pernah mau tunduk pada semua perintahnya sehingga selalu saja membuat darah mendidih disetiap pertemuan.

Martin memiliki 2 istri dan Jose adalah anak dari istri pertama sedangkan Axell anak dari istri kedua yang masih setia mendampingi hingga sekarang.

"Apa yang terjadi denganmu?" Delila bertanya ketika mendapati wajah suaminya berbalut emosi.

Menatap istrinya sekilas. "Bukan urusan perempuan." Lalu melangkah pergi meninggalkan istrinya menuju ruang kerja.

Kalau bukan karena hartamu, aku tidak sudi berada disisimu dan mendampingimu Martin apalagi sampai mengorbankan nyawa seperti Maria, Delila mengumpat kesal.

Meraih tas dan kunci mobil, Delila melajukan mobilnya menuju salah satu mansion. Disana sudah menunggu seorang pria tampan seusianya, ia adalah Ansthon Mark musuh besar Martin.

"Akhirnya kau datang juga sayang." Merentangkan kedua tangan, Delila segera berhambur ke pelukan Mark.

"Ada apa, hum? Katakan!" Mengusap lembut puncak kepala Delila.

"Aku sudah tidak tahan lagi sayang. Aku ingin sesegera mungkin kau lenyapkan si brengsek Martin."

"Tenanglah dulu sayang. Lupakan tentang Martin lebih baik kita bersenang-senang." Mengangkat tubuh Delila menuju ranjang king size miliknya. Setelah percintaan panas, Delila bergelayut manja pada dada bidang Mark.

"Aku juga ingin kau lenyapkan Jose karena aku mau seluruh kekayaan Martin jatuh ke tangan putra ku Axell."

Wanita serakah. Aku sama sekali tidak peduli dengan harta Martin karena yang ku inginkan hanyalah kehancurannya tapi laki-laki itu seperti belut, sangat licin, sulit sekali ditaklukkan.

Tak ingin Delila curiga segera memasang senyum hangat. "Tentu saja sayang tapi dengan satu syarat."

Mendongak menatap wajah kekasihnya. "Syarat? Katakan!"

"Bawa dokumen perusahaan padaku." Wajah Delila langsung memucat, seketika beringsut dari pelukan.

"Kenapa? Apa kau keberatan? Bukankah kau ingin Axell memiliki seluruh kekayaan Martin?" Bertanya sambil melemparkan tatapan dingin.

"Jangan harap kau bisa membodohiku Mark. Sialan!" Sambil meraih baju-bajunya yang berserakan dilantai.

"Kau mau kemana sayang?" Mencekal pergelangan Delila.

"Lepas!" Menghempas kasar tangan kekar setelah itu segera berlalu meninggalkan mansion.

Axell yang tanpa sengaja mendapati mobil ibunya keluar dari daerah kekuasaan Mark langsung mencengkeram kuat setir mobil. Sorot matanya berubah gelap dengan rahang mengeras. Meskipun ia tahu ayahnya tak pernah memperlakukan ibunya dengan baik akan tetapi tidak seharusnya ibunya berkhianat.

"Jadi kau menggunakan ibuku untuk menghancurkan keluarga ku? Awas saja kau! Selama aku masih hidup, kau tak akan pernah bisa menyentuh keluarga ku Mr. Ansthon Mark." Desis Axell. Lalu meraih ponsel dan menghubungi kakaknya.

Ia berniat menceritakan dengan apa yang baru saja dilihatnya akan tetapi sambutan Jose sinis bahkan Jose terkesan tak peduli sama sekali dengan ayahnya tersebut. Axell melempar ponselnya di jok belakang lalu melajukan mobil dengan kecepatan tinggi menuju mansion.

"Mom!" Suara teriakannya mengganggung ke seluruh ruangan.

"Apa yang terjadi sampai membuatmu semarah ini Axell?" Tanya Martin dari ujung tangga.

Menatap nyalang ayahnya. "Dimana Delila?"

Martin menyipitkan mata sampai keningnya berkerut karena tak percaya dengan perubahan sikap Axell, yang terkenal kalem dan juga penurut bisa sampai semarah ini.

"Mommy-mu ada dikamarnya."

Dengan langkah tergesa menuju kamar Delila dan membuka kasar pintunya akan tetapi yang dicari tak ada disana.

"Dimana Mrs. Delila?" Axell bertanya pada Jane.

"Mrs. Delila pergi dan belum kembali Tuan."

Seketika mengumpat kesal sambil melangkahkan kakinya keluar mansion, kemarahan tercetak jelas menghiasi raut wajahnya yang tampan. Martin jadi berfikir pasti ada sesuatu yang telah terjadi.

"Akhirnya kau datang juga sayang." Merentangkan kedua tangan, Delila segera berhambur ke pelukan Mark.

"Ada apa, hum? Katakan!" Mengusap lembut puncak kepala Delila.

"Aku sudah tidak tahan lagi sayang. Aku ingin sesegera mungkin kau lenyapkan si brengsek Martin."

"Tenanglah dulu sayang. Lupakan tentang Martin lebih baik kita bersenang-senang." Mengangkat tubuh Delila menuju ranjang king size miliknya. Setelah percintaan panas, Delila bergelayut manja pada dada bidang Mark.

"Aku juga ingin kau lenyapkan Jose karena aku mau seluruh kekayaan Martin jatuh ke tangan putra ku Axell."

Wanita serakah. Aku sama sekali tidak peduli dengan harta Martin karena yang ku inginkan hanyalah kehancurannya tapi laki-laki itu seperti belut, sangat licin, sulit sekali ditaklukkan.

Tak ingin Delila curiga segera memasang senyum hangat. "Tentu saja sayang tapi dengan satu syarat."

Mendongak menatap wajah kekasihnya. "Syarat? Katakan!"

"Bawa dokumen perusahaan padaku." Wajah Delila langsung memucat, seketika beringsut dari pelukan.

"Kenapa? Apa kau keberatan? Bukankah kau ingin Axell memiliki seluruh kekayaan Martin?" Bertanya sambil melemparkan tatapan dingin.

"Jangan harap kau bisa membodohiku Mark. Sialan!" Sambil meraih baju-bajunya yang berserakan dilantai.

"Kau mau kemana sayang?" Mencekal pergelangan Delila.

"Lepas!" Menghempas kasar tangan kekar setelah itu segera berlalu meninggalkan mansion.

Axell yang tanpa sengaja mendapati mobil ibunya keluar dari daerah kekuasaan Mark langsung mencengkeram kuat setir mobil. Sorot matanya berubah gelap dengan rahang mengeras. Meskipun ia tahu ayahnya tak pernah memperlakukan ibunya dengan baik akan tetapi tidak seharusnya ibunya berkhianat.

"Jadi kau menggunakan ibuku untuk menghancurkan keluarga ku? Awas saja kau! Selama aku masih hidup, kau tak akan pernah bisa menyentuh keluarga ku Mr. Ansthon Mark." Desis Axell. Lalu meraih ponsel dan menghubungi kakaknya.

Ia berniat menceritakan dengan apa yang baru saja dilihatnya akan tetapi sambutan Jose sinis bahkan Jose terkesan tak peduli sama sekali dengan ayahnya tersebut. Axell melempar ponselnya di jok belakang lalu melajukan mobil dengan kecepatan tinggi menuju mansion.

"Mom!" Suara teriakannya mengganggung ke seluruh ruangan.

"Apa yang terjadi sampai membuatmu semarah ini Axell?" Tanya Martin dari ujung tangga.

Menatap nyalang ayahnya. "Dimana Delila?"

Martin menyipitkan mata sampai keningnya berkerut karena tak percaya dengan perubahan sikap Axell, yang terkenal kalem dan juga penurut bisa sampai semarah ini.

"Mommy-mu ada dikamarnya."

Dengan langkah tergesa menuju kamar Delila dan membuka kasar pintunya akan tetapi yang dicari tak ada disana.

"Dimana Mrs. Delila?" Axell bertanya pada Jane.

"Mrs. Delila pergi dan belum kembali Tuan."

Seketika mengumpat kesal sambil melangkahkan kakinya keluar mansion, kemarahan tercetak jelas menghiasi raut wajahnya yang tampan. Martin jadi berfikir pasti ada sesuatu yang telah terjadi.

Sementara didalam sebuah club mewah sedang terjadi party besar – besaran. Sehingga Jose memutuskan tetap berada disana dengan ditemani beberapa wanita yang bergelayut manja dilengannya. Tanpa sengaja ekor matanya menangkap sosok lelaki yang tak asing dan lelaki tersebut adalah adik tirinya yaitu Axell Martin.

Wow, ini sungguh pemandangan yang luar biasa menakjubkan. Tak ku sangka adik ku ini ternyata tak secupu yang kukira tapi apa yang membuatnya sampai berada disini? Dan ... Memicingkan matanya.

Aku tidak salah lihat kan? Axell ditemani wanita penghibur?

Melalui ekor matanya, ia memberi perintah pada Zoe untuk segera membawa Axell pergi dari sana karena adik tirinya tersebut sepertinya sudah mabuk berat hingga tak sadarkan diri.

"Apa yang Mr. Axell lakukan ditempat ini?" Akan tetapi Axell tak menghiraukan apapun yang Zoe katakan, ia terus saja meracau kata-kata yang tak dapat dipahami.

--

Thanks

Yezta Aurora