Chereads / Aimer Un Avocat / Chapter 2 - Aimer| 02

Chapter 2 - Aimer| 02

Instagram: Yezta Aurora

Facebook: Yezta Aurora

Twitter: Yezta Aurora

--

Jam didinding sudah berputar diangka 06, mata Nicolette pun menatapnya malas. Ponselnya kembali berdering, petugas dari situs online memberitahukan bahwa supir yang dikirim sudah menuju ke apartement nya.

Dengan tegas menolak bahwa tidak akan menghadiri kencan tersebut. Akan tetapi seketika wajahnya memucat ketika petugas tersebut mengatakan bahwa membatalkan kencan pada jam - jam terakhir akan dikenakan penalti. Semua biaya kerugian dibebankan pada Nicolette dan harus dibayarkan dalam waktu kurang dari 15 hari.

What penalty? Yang benar saja, dari mana aku bisa mendapatkan uang 100.000 dolar dalam waktu 15 hari. Mereka pikir aku ini berasal dari keluarga trilionaire apa? Batin Nicolette kesal.

"Eits, tunggu – tunggu. Kalau penaltinya saja sebesar itu, berarti berapa biaya yang para lelaki hidung belang itu keluarkan untuk mengencani para gadis?" Ucapnya entah pada siapa karena nyatanya ia sendirian didalam apartement nya.

Akhirnya mau tidak mau Nicolette tetap mempersiapkan diri. Diraihnya gaun merah menyala pemberian Cerelhia yang tampak anggun membalut tubuhnya. Rambutnya dicepol ke atas menampilkan leher jenjang. Belahan panjang mulai punggung hingga menjumpai tulang ekor memperlihatkan kulit putih mulus. Seketika tersenyum nyeri melihat pantulan dirinya dicermin. Yang lebih mirip penampilan ...

Nicolette tampak ragu melangkah keluar dari apartement nya, gaun kurang bahan yang membalut tubuhnya membuatnya tak percaya diri. Disaat ingin mengganti gaun malam, bel pintu apartement nya berbunyi. Sebelum membukanya dia mengintip dulu dibalik interkam.

"Selamat malam Ms. Nicolette." Sapa supir dari situs online tersebut kala pintu apartement terbuka. Kedua matanya dibuat tak berkedip dengan kecantikan Nicolette. Tak ada satu pun pria yang bisa mengabaikan kecantikan keturunan Phoulensy. Mata indah, hidung mancung, bibir tipis, pinggang ramping, body seksi dan juga wajah mungil menjadikan kecantikan keturunan Phoulensy bak boneka Barbie. Keturunan Phoulensy lebih dikenal sebagai Barbie hidup.

Mendapati sang supir masih menatapnya tanpa berkedip, segera menjentikkan jari ke depan wajah. "Hm bisa tunggu sebentar lagi?" Pinta Nicolette. Seketika supir tersebut langsung melihat arah jarum jam pada pergelangan tangan.

"Maaf Ms. Nicolette tapi waktu Anda sudah habis. Silahkan!" Supir tersebut mempersilahkan Nicolette berjalan lebih dulu, sementara dia mengekori dari belakang. Setelah sampai didepan mobil, supir tersebut langsung membukakan pintu, mempersilahkan Nicolette untuk duduk dikursi penumpang.

Apa kencan online tuh memang seperti ini? Sampai-sampai pintu mobil saja dibukain, pikir Nicolette terheran - heran. Sepanjang perjalanan hatinya terus mengucap doa semoga saja pria yang akan mengencaninya malam ini mendadak amnesia sehingga kencan dibatalkan. Tak henti – hentinya terus meremas jemari diiringi mulut yang terus komat kamit, dan hal tersebut tak pernah lepas dari pengamatan supir melalui pantulan kaca.

Mobil yang membawa Nicolette pergi telah sampai pada sebuah bangunan yang lebih mirip denganMansion. Meskipun dirinya bukan dari kalangan darah biru seperti Axell akan tetapi bangunan semegah ini sudah pasti hanya dimiliki oleh orang - orang dari keluarga billionaire. Mengingat Axell seketika ulu hatinya terasa nyeri. Merindukan lelaki itu sama saja menyakiti diri sendiri. Seperti halnya memaksa langit menjatuhkan air hujan.

Malam dimana Martin memergoki mereka berdua menjadi malam terakhir Nicolette melihat wajah kekasihnya. Axell yang terlalu cupu tak berani melawan perintah ayahnya memilih meninggalkan Nicolette begitu saja. Seharusnya sebagai lelaki sejati berani memperjuangkan cintanya bukan malah menyerah begitu saja tanpa ada kata perpisahan.

Bahkan saat Nicolette diculik dan dibuang ke dalam club malam pun, Axell tetap tak bisa berbuat banyak. Sehingga Nicolette harus berjuang keras seorang diri untuk bisa menyelamatkan diri dari sana. Beruntung ada seorang pria yang berbaik hati mau menolongnya.

Sejak kejadian itu Nicolette bersumpah tidak akan mau lagi menginjakkan kakinya di kediaman Martin. Sebenarnya siapa yang salah disini? Nicolette yang hanya seorang pelayan yang merangkap pekerjaan tambahan sebagai penulis atau justru Axell yang terkungkung dalam kekuasaan Martin.

Tidak ada yang salah dalam cinta, kasta bukan satu-satunya jadi jurang pemisah. Seperti kedua orang tua sahabatnya, mereka beda kasta akan tetapi cinta suci mampu menyatukan keduanya dalam ikatan pernikahan. Itulah yang dinamakan cinta sejati, sama – sama mau berjuang, sama – sama mau melewati duri pesakitan. Lalu kenapa Axell tak mau memperjuangkan Nicolette dan justru memilih menyerah begitu saja.

Seandainya saja Axell mau seperti tokoh-tokoh yang sering dituliskannya dalam sebuah novel yang dengan suka rela meninggalkan segalanya demi mengejar cintanya. Pasti Nicolette akan menjadi wanita paling bahagia di Dunia ini.

Entah sudah berapa lama tenggelam dalam lamunan hingga tak menyadari bahwa sang supir sudah membukakan pintu mobil dan mempersilahkannya untuk turun.

"Selamat datang Ms. Nicolette." Sapa seorang maid yang membimbingnya memasuki sebuah taman yang sangat luas. Taman ini sudah dipenuhi dengan dekorasi yang sangat indah dan satu kata yang paling pas untuk setiap dekorasi adalah romantis. Manik biru laut Nicolette membelalak sempurna, mengagumi setiap keindahan yang ada didalamnya. Tak hanya itu, jiwa romansanya seketika berdesir. Banyak imajinasi liar yang kini berselancar dalam otaknya. Seandainya saja membawa laptop, pasti sudah mengalirlah sebuah cerita baru.

Ketika masih asik berimajinasi tiba – tiba sang maid mempersilahkannya untuk duduk sebelum melenggang pergi dan meninggalkannya seorang diri. Ekor matanya menelisik ke segala arah, tidak ada siapa pun kecuali dirinya.

Cukup lama sendirian di taman tanpa ada tanda - tanda seseorang berniat menemuinya. Sudut matanya berkali-kali menelisik ke seluruh ruangan berharap ada seseorang yang datang dan segera menyelesaikan kesalahpahaman ini. Akan tetapi lagi - lagi harapannya dihempas karena suasana masih sunyi sepi.

Semakin malam udara terasa semakin dingin sampai menusuk punggungnya yang telanjang. Ia pun mendekap sikunya memberi kehangatan pada tubuhnya namun hal tersebut tak banyak membantu.

Seketika kulitnya memucat, rasa takut menjalar merayap hingga ke otaknya, begitu pun dengan tubuhnya yang terasa kaku untuk digerakkan ketika mendengar langkah kaki mendekat.

Oh Tuhan please tolong aku. Bantu aku melarikan diri dari sini. Bantu aku terbebas dari kencan online ini, oh Tuhan.

Nicolette sangat ketakutan bahkan sebelum dia sempat melihat wajah pria yang akan berkencan dengannya. Baginya dating online seperti ini hanya untuk pria-pria tua yang kesepian.

Dengan tergesa segera beranjak dari sofa akan tetapi sebuah tangan kekar menekan pundaknya lembut. "Maaf sudah membuatmu menunggu terlalu lama." Suara bariton tersebut terdengar seksi menggelitik pendengaran.

--

Thanks

Yezta Aurora