Chereads / dear my boy (Bahasa Indonesia) / Chapter 11 - 11. Pagi yang indah

Chapter 11 - 11. Pagi yang indah

••

Embun pagi menetes dari ujung daun-daun segar dihalaman rumah Kim Hyungtae. Angin semilir menyapa pipi gadis yang tengah tertidur diatas kasur paling nyaman yang pernah ia tiduri. Perlahan kedua mata Aera terbuka, sedetik, dua detik, ia mengumpulkan kesadaran dari tidur panjang nya semalam. Ketika hampir sadar sepenuhnya Aera menyadari ada hal aneh yang mengganggu nya.

"Ini dimana? kenapa seperti d'javu saja." tanya Aera pada dirinya sendiri.

"Astaga, ini kan bukan selimut yang biasa kupakai." tangan nya menyibak kain tebal yang menyelimuti tubuhnya.

"Ini kamar Hyungtae. Aku ketiduran? astaga bagaimana bisa aku tidur disini. Kim? kau dimana?" Aera panik, mengecek apakah ada yang salah dari tubuhnya. Nihil, untung nya tidak ada masalah sama sekali.

Beberapa detik setelah Aera merapikan kasur dan berniat untuk keluar dari kamar, ia melihat Hyungtae yang sedang tertidur pulas di sofa warna silver seberang kasur tempatnya ia tadi tidur.

"Huft, jadi kau tidur disini." Aera lega karena ahirnya menemukan pria pemilik kamar ini. Sebenarnya ia sempat risau memikirkan tidur seranjang dengan Hyungtae, tapi untung nya pria itu lebih gantle dari kelihatan nya dan mengorbankan diri tidur di sofa seperti ini.

Aera menaik kan selimut yang sedikit menurun dan memperbaiki posisi rambut Hyungtae yang menutup wajah tampan nya. "Lihat betapa tampan nya kau saat tidur dan diam seperti ini." takut-takut ia memundurkan badan nya agar Hyungtae tidak terganggu oleh gerakkan Aera.

Tapi benar saja ketika Aera memundurkan tubuhnya menjauh kakinya menginjak sebotol kaleng bir sehingga membuat sedikit suara bising. Untung saja Aera bisa menenangkan Hyungtae yang hampir terbangun.

••

"Tuan Park, bukankah sebentar lagi waktunya Kim bangun?" Aera sedang memasak sarapan sekarang, setelah bangun tadi ia langsung bersih-bersih diri kemudian disinilah ia sekarang.

Karena terahir kali ia sudah pernah terjun ke dapur rumah ini, ia jadi sedikit hafal dimana tempat bahan-bahan yang ia butuhkan untuk memasak.

"Benar nona, sekitar lima menit lagi waktunya saya membangunkan tuan." jelas tuan Park pada pribadi yang sedari pagi buta sudah sibuk di dapur. Aera memaksa untuk mengambil alih pekerjaan pelayan yang bertugas memasak. Sekarang sudah jam 6.25 pagi menit-menit mendekati bangun nya Hyungtae, tuan Park selalu mengecek ke kamar Hyungtae di jam setengah tujuh tepat. Terkadang Hyungtae sudah bangun dan berada dalam kamar mandi namun tak jarang juga ia masih bermimpi indah diatas ranjang kesayangannya.

Demi kesejahteraan semua orang, Hyungtae tidak boleh telat bangun. Pernah sekali tuan Park telat membangunkan nya sebab sedang memiliki urusan dengan perut nya yang mulas. Alhasil Hyungtae marah besar dan menghukum para pelayan untuk lembur seharian, ia memang dikenal pribadi yang kompeten dalam bekerja makanya seover itulah dia dengan ketepatan waktu ia terbangun.

Dibalik kedisiplinan Hyungtae terdapat berpuluh-puluh pelayan yang terancam lembur disetiap harinya. Disitulah beban terasa begitu berat bagi tua Park sebab ialah yang bertugas membangunkan Tuan rumah mereka.

••

"Kau sudah siap-siap Kim?" tanya Aera sebagai sapaan paginya untuk Hyungtae. "Iya, kau memakai celemek?" tanya Hyungtae balik sebab heran harusnya ia sudah memakai pakaian cantik yang telah mereka berdua sepakati semalam. "Iya aku yang memasak sarapan pagi ini, sebentar aku mau ambil sisanya belum kubawa kemari." ujar Aera seraya melangkahkan kedua kalinya menjauh menuju dapur tempatnya ia menyiapkan sarapan untuk mereka berdua.

"Tuan Park aku menyisihkan sedikit untukmu, kau bisa memakan nya nanti saat kami sudah berangkat tinggal dipanaskan sebentar saja sudah bisa dimakan." bisik Aera saat melewati fuan Park. Jangan salah paham, Aera merasa ia harus berbuat baik sesekali pada tuan Park, selain karena penghargaan telah bisa bertahan selama ini melayani Hyungtae ia juga berterimakasih karena bersikap baik seperti menganggap Aera seperti anaknya sendiri.

"Baik nona, terimakasih." balas tuan Park pelan sekali, jari jempol dan telunjuknya membentuk huruf O sebagai kode untuk Aera. Hyungtae yang sedari tadi duduk setia menunggu Aera kembali dari dapur, tidak menyadari apapun percakapan dan segala kode interaksi antara tuan Park dengan Aera.

Ketika Aera mendekat, kedua tangannya dipenuhi mangkuk makanan. Hyungtae yang memperhatikan matanya berbinar, senyumnya merekah lebar sekali, lama-lama gigi rapih nya pun ikut mengintip sebab hatinya menghangat. Membayangkan betapa bahagianya melihat Aera sedang menyiapkan sarapan untuknya setiap pagi.

"Matamu hampir copot Kim." ucap Aera membuyarkan lamunan Hyungtae.

"Kau mengganggu saja, aku sedang membayangkan hal bagus tau." balas Hyungtae. Matanya sudah terlepas dari Aera, tapi hatinya yang berbunga-bunga tak kunjung mereda.

"Kenapa tiba-tiba mau menyiapkan sarapan? kau bilang tidak mau karena dianggap seperti pelayan." tanya Hyungtae heran. Seingatnya terahir kali Aera masak untuk nya, ia menolak dengan keras ketika Hyungtae memohon untuk dimasakkan. Tapi sekarang sungguh mengejutkan tanpa diminta pun Aera terlihat dengan senang hati menyiapkan sarapan untuknya.

"Aku ingin berterimakasih karena sudah menghiburku dengan mengajakku nonton. Meskipun aku tidak terlalu menikmati film horor." jelas Aera pada Hyungtae, ia merinding saat mengingat film tadi malam. Tangannya bergerak mengambil mangkuk nasi Hyungtae untuk di isi nasi dan di tempatkan kembali kepemiliknya. "Benarkah? kalau berterimakasih harusnya jangan setengah-setengah ra. Coba kau suapin aku juga." Dasar memang Hyungtae tidak tau bersyukur, selalu saja dikasih hati minta jantung.

plok

Aera memukul lengan Hyungtae, tidak terlalu keras. Tapi Hyungtae berakting rasanya seakan lengannya hampir remuk, tangannya reflek mengusap-usap bagian yang sakit. "Selalu saja dipukul." Hyungtae meringis, sekarang berubah akan akting menangis. "Cepat buka mulutmu." tak disangka Aera menuruti Hyungtae untuk menyuapinya.

"Aaaa.." tak menunggu lama Hyungtae langsung membuka mulutnya lebar-lebar.

"Apakah begini rasanya dipukul dulu baru diberi obat." Hyungtae mengoceh sendiri sembari mulutnya mengunyah nasi goreng suapan Aera. "Rasanya enak sekali, aku tidak akan telat makan jika kau yang mengurus ku begini. Apapun yang kau masak rasanya meleleh di mulutku." puji Hyungtae sekali lagi berlebihan. "Sudahlah jangan berlebihan. Kebetulan aku sedang ingin membuat kue, apa kau mau jadi pencicip pertama?" tanya Aera semangat.

"Tentu saja, akan kuhabiskan semua kalau perlu." jawab Hyungtae tak kalah semangat. "Emm.. kalau begitu, temani aku belanja bahan-bahan nya di supermarket saat pulang dari kantor nanti bagaimana Kim?" tanya Aera penuh harap. "Boleh, kau belanja lah semua keperluan yang kau inginkan."

Sarapan kali ini benar-benar terasa berbeda untuk mereka berdua, selama ini mereka hanya menikmati sarapan nya masing-masing sebab tidak ada teman yang bisa diajak sarapan dan berbincang bersama seperti ini. Tuan Park yang menyaksikan dari jauh ikut merasa bahagia melihat orang-orang yang ia pedulikan terlihat bahagia bersama.