Seorang pria dengan kaki jenjang masuk kedalam toilet wanita, yang sedang menjadi arena adu mulut para gadis disana. Auranya kuat tatapannya tajam membuat siapapun yang melihat bergidik ngeri, tapi tetap terpesona sebab tampan bukan main.
"Kenapa lama sekali, kupikir kau pergi ke toilet negara mana." ahirnya pria itu bersuara, benar itu Hyungtae.
Ia menunggu sedari Aera pergi tadi, sudah hampir satu jam dari perginya Aera namun barang hidungnya tak kunjung terlihat. Hyungtae tak mau menunggu terlalu lama lagi, bukannya fokus bekerja malah pikiran nya dicuri agar khawatir bagaimana keadaan gadisnya.
"Sayang, kamu disini. Kenapa kau tidak sabaran sekali, aku kan hanya pergi sebentar. Ah, kau memang tidak bisa terlalu lama jauh dariku ya." Aera melawati begitu saja dua gadis bodoh yang dari tadi berusaha menyerangnya.
Mengalungkan tangannya pada lengan Hyungtae, dan sedikit memanas-manasi dua gadis itu dengan kata-katanya. Kemudian menyandarkan kepalanya pada dada bidang Hyungtae sebentar lalu diangkat kembali, menatap mata Hyungtae dengan manja.
"Katakan sekali lagi." pinta Hyungtae.
"Kubilang kau tidak harus menjemputku sayang, aku saja melarang mu untuk mengantarku ke toilet agar kau bisa fokus bekerja." ucap Aera lagi, nadanya sengaja dimanja-manjakan. Ia ingin membuktikan pada dua gadis didepannya bahwa posisi dirinya lebih tinggi dibandingkan mereka.
"Bagaimana tidak, aku tidak melihat mu satu menit saja sudah merindukan mu. Sudah ayo kita kembali keruangan, bukannya fokus malah membuat kerja ku berantakan jika kau tidak ada." balas Hyungtae jujur, ia tidak tau sebenarnya Aera sedang melakukan drama apa. Tapi tidak buruk juga, kapan lagi bisa m ndengar kata sayang darinya.
"Iya iya.. ayo kita pergi dari sini, rasanya gerah sekali." Aera melirik dan menunjukkan smirk nya pada dua gadis itu. Lihat siapa sekarang yang menang, pikir Aera.
Mereka berdua ahirnya benar-benar pergi setelah mengucapkan kalimat mngesalkan untuk di jejalkan pada dua gadis tadi. Tapi Aera merasa aneh, Hyungtae menyaksikan dirinya bersikap seperti tadi bukannya bingung dan menuntut sebuah penjelasan, ia malah ikutan menimpali aktingnya dengan mulus. Anggap saja Hyungtae ingin bersenang-senang sepertinya makanya ikut berakting bersama.
••
"Ah capek sekali, padahal aku tidak ikut bekerja." Aera membanting tubuhnya pada sofa ruang tamu. Jangan heran, seberapa keras pun membandingkan badan pada sofa rumah Hyungtae, tubuhmu tidak akan sakit malah akan merasa ketagihan sebab sofa nya terasa sangat empuk dan memantul dengan ringan, seperti trampolin. "Lepas dulu mantelnya ra, kau itu sudah seperti orang lembur selama dua hari saja." Hyungtae ikut duduk disamping Aera berbaring.
"Aku memang capek sekali. Meskipun tidak melakukan apapun, tapi aku terus mengikuti mu kemanapun kau pergi. Dan itu lebih melelahkan dari yang kau kira." oceh Aera membela diri. Lagipula kenapa ia tidak diberi pekerjaan dikantor saja, itu akan lebih bermanfaat dari pada hanya menjadi buntut Hyungtae kemanapun ia pergi.
"Baiklah tuan putri, aku mengakui usaha kerasmu yang menemaniku seharian. Coba lihat, kau lelah begini wajahmu masih tetap cantik begini." Hyungtae mencoba merayu Aera agar tidak mengomel lebih jauh, lagipula ini memang permintaan dirinya Aera harus mengikuti nya ke mana-mana. Tangan Hyungtae spontan membantu Aera melepaskan mantel yang masih menempel pada tubuhnya, ketika Aera baru saja duduk.
"Dasar pembohong, wajahku sudah pasti kucel sekali." Aera senang mendengar pujian Hyungtae, tapi sadar diri Hyungtae hanya ingin menyenangkan telinganya saja. "Tidak, kau tetap cantik. Kau mau melakukan apapun saja akan selalu terlihat cantik." balas Hyungtae lagi, ia sungguh ingin meyakinkan Aera bahwa pujiannya tulus dan tidak di buat-buat. Bagaimana tidak, pipinya yang chubby dan matanya yang berwarna coklat terang itu terus saja membayangi pikiran nya meskipun Aera tidak sedang dalam jangkauan penglihatannya.
"Benar aku cantik?" akhirnya Aera menanggapi dengan benar pujian tulus Hyungtae. Matanya berharap Hyungtae akan mengatakan jawaban yang sama seperti tadi. "Tentu saja. Ah, cantiknya." balas Hyungtae sambil membenarkan posisi duduknya jadi menghadap ke arah Aera. Kemudian tangannya mencubit pelan kedua pipinya sebab gemas. Kenapa hari ini Aera terlihat seperti gadis lemah yang membuat nya ingin melindungi gadis itu.
Seketika hati Aera berdetak lebih cepat dari biasanya, ketika Hyungtae bersikap manis padanya dan mencubit gemas pipinya. Padahal tidak jarang Hyungtae menyentuh dengan sembarangan tangan Aera, seharusnya ia tidak begini kan, seharusnya ia sudah terbiasa dengan sifat gombal dan rayuannya.
'Tidak Aera, kau tidak boleh kalah. Hentikan pikiran bodohmu' Aera memarahi dirinya sendiri didalam pikirannya. Ia bersikeras agar tidak tersipu tapi tubuhnya tidak bisa berbohong, pipinya pasti sekarang merona sebab Aera merasakan kedua pipinya terasa sangat panas. Alhasil ia segera melepaskan diri lalu berdiri dan pamit untuk pergi ke kamarnya karena merasa perlu istirahat.
Benar, ia harus segera melarikan diri sebelum Hyungtae menyadari ketersipuannya, kalau sampai Hyungtae tau entah hal memalukan apa yang akan Aera hadapi. Gawat sekali, hatinya terlalu lemah ia harus melatih dirinya agar tidak mudah terbawa perasaan lagi kedepannya, jangan biarkan dirinya tertipu rayuan gombal pria apalagi pria seperti Hyungtae.
"Ah, sial. Hampir saja aku ketauan. Kenapa pula aku harus tersipu begitu, selama ini ia juga banyak yang mengatakan aku cantik, seharusnya aku terbiasa dengan hal itu, tapi kenapa kali ini berbeda." Aera mencak-mencak di depan kaca, pipinya ditepuk-tepuk agar segera hilang kemerahan nya. Tidak mungkin kan seorang Aera menyukai seorang pria dengan mudah begini, setelah ini ia tidak akan bersikap mudah pada Hyungtae. Ia harus menyiapkan tameng agar Hyungtae tidak seenaknya sendiri.
Setelah puas dengan uneg-uneg yang ada dikepalanya, Aera memutuskan untuk pergi mandi dan membasuh pikirannya agar lebih fresh dan tidak memikirkan hal bodoh lagi.
••
Di tempat lain, Hyungtae sedang bersenandung ria yang menunjukkan bahwa dirinya sedang bahagia. Ia juga bingung apa alasannya, tapi ia sudah mencurigai dirinya bahagia karena gadis yang berada dirumahnya.
Lucu sekali, ia dipanggil sayang bahkan dengan senang hati Aera melingkar kan tangannya pada lengan Hyungtae. Semua itu seakan menghapus ingatan bahwa Hyungtae sering dipukuli oleh Aera. Meskipun ia tau pasti ada sebabnya Aera melakukan hal-hal manis tadi padanya tapi tidak membuat nya kesal sama sekali Aera sedang akting atau apapun, yang penting adalah Hyungtae sekarang dalam perasaan bahagia.
Tak lama kemudian ia juga memutuskan untuk membersihkan diri dan segera istirahat, sebab mereka berdua sudah makan malam ketika pulang dari kantor tadi. Senangnya, perut kenyang hati pun juga riang. Hyungtae benar-benar akan mimpi indah malam ini, atau bahkan ia mungkin susah tidur karena sibuk memikirkan seseorang.