••
"Wah.. kenyang sekali." Aera telah menghabiskan lima bungkus es krim coklatnya. Bukankah ia berlebihan, dia pasti bukan manusia biasa, pada umumnya orang akan merasa eneg di bungkus ke tiga. Tapi bukannya mengeluhkan itu ia lebih ke bersyukur karena ahirnya merasa kenyang.
Tapi pada dasarnya Aera memang sangat mencintai es krim rasa coklat, entah itu coklat susu, coklat mint, atau coklat lainnya.
"Sudah kenyang?" tanya Hyungtae menghadap kan pandangannya pada Aera. Yang ditanya pun mengangguk semangat. "Kalau begitu kapan kau akan pindah dari kursiku ra? semua peralatan ku ada di mejaku. Kenapa malah menyuruhku kerja di mejamu begini?" rengek Hyungtae kesal, tapi tetap bicara dengan lembut pada gadis pencuri kursinya. "Aku suka kursi mu Kim, lebih nyaman dipakai dari pada kursi milikku. Kursinya juga lebih empuk." balas Aera, ia mencoba menjelaskan alasannya tidak mau pindah dari sana.
Aera juga sesekali menggoyangkan-goyangkan badan nya diatas kursi Hyungtae, rasanya Hyungtae ingin sekali memberi backsound setiap gerakan Aera disana seperti 'tuing tuing tuing' Sangat menggemaskan tapi juga mengesalkan, pekerjaan nya jadi terhambat, tapi anehnya ia tidak tega memarahi Aera. "Yasudah kalau kau begitu sukanya dengan kursiku, ambil saja. Kau bisa memakainya, tapi pindah ke meja mu sendiri bagaimana?" ujar Hyungtae menawar, berharap semoga Aera menyerahkan meja kerja nya. Aneh sekali padahal itu mejanya, sudah pasti gak dia juga untuk duduk disana. Tapi karena Aera yang merampas entah mengapa ia jadi tidak tega mengambil haknya d ngan kasar.
"Baiklah, tolong bantu aku pindahkan kursinya kesana." Aera setuju dengan usul Hyungtae. Sebenarnya ia tidak berniat untuk mengganggu pekerjaan Hyungtae, tapi tidak tau kenapa hari ini ia ingin sedikit kekanakan. Hyungtae pun setuju dan mengangkat sendiri kursi besarnya yang selama ini setia menemaninya saat ia bekerja. Banyak hal baru yang ia rasakan karena Aera, asing tapi menarik. Membuatnya semakin penasaran setiap harinya, akan ada hal baru apalagi yang akan Aera tunjukkan padanya.
"Wah.. Kim kau terlihat sangat tampan saat mengangkat kursi itu." ujar Aera, ia jujur atas perkataannya, Hyungtae terlihat keren seperti pria sejati ketika mengangkat kursi untuknya. "Benarkah? aku bisa memgangkatmu juga, bukankah aku akan terlihat lebih tampan?" tanya Hyungtae menggodanya. "Tidak perlu, aku masih bisa bergerak sendiri tanpa harus membutuhkan bantuan." tolak Aera dengan santai sembari melewati Hyungtae dan kembali duduk di kursi yang belum lama ini menjadi kursi favoritnya.
"Lihat saja, suatu saat pasti kau akan senang ketika ku gendong." godanya hingga ahir. "Sebaiknya kita akhiri percakapan halu mu itu Kim, karena aku ingin buang air kecil sekarang." Aera telah menghabiskan banyak makanan dingin tadi sehingga membuat kandung kemihnya meminta untuk segera diantar ke toilet. "Dimana letak toiletnya?" tanya Aera kemudian.
"Disana, di pojok ruangan itu ada pintu berwarna coklat. Disanalah tempatnya." jelas Hyungtae sambil menunjuk dimana tempat yang ia sebutkan barusan. "Benarkah? terimakasih." Aera buru-buru berdiri dan berjalan menuju toilet pribadi yang Hyungtae tunjukkan didalam ruangan mereka. "Tapi sayangnya toilet itu sedang rusak, sebentar lagi petugas akan segera sampai untuk memperbaiki nya." lanjut Hyungtae, sebelum Aera sampai pada tujuannya.
"Aduh, kenapa tidak bilang dari tadi. Lalu kemana aku harus pergi?" Aera geregetan seperti sedang di permainkan, lihat saja suatu saat pasti akan ia balas.
"Di lantai bawah, kau bisa pergi ke toilet umum para karyawan. Tidak masalah bukan?" tanya Hyungtae, ia sedikit menghawatirkan Aera sebab para pekerja di kantor ini terlihat tidak ramah pada Aera. Sedangkan ia sendiri sedang sibuk dan harus segera menyelesaikan pekerjaannya jadi tidak bisa mengantar Aera ke bawah.
"Tidak masalah, aku akan pergi sendiri. Kau tidak perlu mencemaskan ku, aku akan bertanya lebih jelas dimana letak toiletnya pada orang-orang nanti." balas Aera menenangkan Hyungtae, sebab dilihat dari mimik mukanya Hyungtae sedikit cemas. "Baiklah, hati-hati jangan sampai terluka." ucap Hyungtae untuk terahir kalinya. "Kau ini seperti aku akan pergi kemana saja, aku kan hanya ke toilet sebentar." Aera berusaha menenangkan Hyungtae dan segera keluar dari ruangan karena sudah tidak tahan lagi ingin pipis.
••
Dua gadis karyawan kantor sedang berada di depan kaca toilet saat Aera masuk, ia bertatapan dengan salah satu dari mereka saat lewat akan masuk ke toilet. Aera merasa tatapan itu sedikit mengganggu nya, seolah gadis itu menunjukkan rasa ketidak sukaan pada dirinya.
"Jadi ini gadis yang menempel pada Kim Hyungtae." ucap salah satu dari dua gadis tadi, namun sekarang yang bicara bukan gadis yang bertatapan dengan Aera. Saat namanya disebut Aera hanya diam dan menoleh sekilas, lalau melanjutkan mencuci tangan yang sempat tertunda sebentar. "Tidak ramah sekali, kenapa tidak menjawab?" ujar gadis yang pernah bertatapan dengan Aera. "Kau ingin aku menjawab bagaimana? aku tidak merasa bahwa aku menempel padanya, jadi aku diam saja." ucap Aera santai, lalu berlanjut membenarkan lipstik nya sambil menghadap kaca.
"Tentu saja kau menempel. Dilihat dari penampilan lumayan, tapi sikapmu tidak sebagus itu." sindir gadis berambut sepundak. "Oh, terimakasih. Aku menghargai kalau kau memujiku cantik." sekarang Aera bisa meladeni dengan benar kedua gadis itu, sebab ia sudah selesai membersihkan diri. "Dasar tidak tau malu, bukan itu maksudku. Kau tidak pantas bersama tuan Kim."
"Siapa kau berani menilai ku? kau pacarnya? istrinya?" tanya Aera memojokkan. Ia heran dengan kebiasaan gadis-gadis sekarang, selalu merasa orang yang dia sukai itu sudah jadi hakim miliknya. Sehingga ketika mereka merasa posisinya terganggu, akan langsung mengambil tindakan dengan membully. Padahal diakui saja tidak oleh Hyungtae. Aera juga yakin mereka tidak sedekat dirinya dengan Hyungtae.
"Berani sekali kau. Aku sudah memperingatkan mu, jangan merasa hebat hanya karena bisa menempel pada tuan Kim. Kau harus ingat posisi mu jalang." Sarkas gadis berambut pendek tadi, ia sudah tidak tahan dengan keangkuhan Aera. "Ah lucu sekali, kau pikir dimana posisiku? kau berani mengancamku di belakang Kim, lalu kenapa kau tidak melarang Kim saja untuk tidak berurusan denganku?" Aera geram dengan mereka berdua, merasa sok berkuasa. Mereka kira Aera gadis lemah yang mudah ditindas, kalau sudah dibalikkan omongannya begini mereka diam, dasar.
"Kenapa kau angkuh sekali, lihat saja setelah ini pasti kau akan dibuang oleh tuan Kim. Jangan berlebihan, kau pikir dia menyukaimu? benar-benar gadis gila." lanjut gadis tadi sekarang bahkan tangannya terlipat di d pan dada, tidak mau segera mengahiri percakapan bodoh ini. "Lalu kau? kau siapanya Kim hingga mengkritik ku seperti itu. Kau saja sepertinya tidak pernah berbicara lebih dari lima menit dengan nya. Kau yang harus jaga sikap, dan juga mulut mu itu."
jeglek..
Pintu toilet terbuka. Seorang pria dengan kaki jenjang masuk kedalam toilet wanita, yang sedang menjadi arena adu mulut para gadis disana.