Chereads / dear my boy (Bahasa Indonesia) / Chapter 12 - 12. Hati Hyungtae lemah

Chapter 12 - 12. Hati Hyungtae lemah

••

Sebuah mobil mewah berhenti tepat didepan perusahaan BV, seorang pria tampan keluar dari pintu mobil sebelah kanan, ia mengenakan jas warna abu-abu terlihat cocok dipakainya. Pria tersebut berputar mengitari sisi mobil di sebelah kiri, membukakan pintu untuk seorang gadis cantik kan berkulit putih, mereka mengenakan pakaian kantor serasi bak pasangan.

"Silahkan tua putri." ujar Hyungtae mempersilahkan Aera keluar dari mobil setelah membukakan pintu untuk nya, ia juga memiliki manner yang bagus tangannya menghalangi atas kepala Aera agar tidar terbentur atap pintu mobil. Sungguh adegan manis bak drama romantis di pagi hari, para karyawan yang berada diluar kantor takjub melihat sikap CEO mereka.

Hyungtae memanglah tidak jahat, namun ia tidak pernah sekalipun menunjuk kan sisi perhatiannya ketika di kantor terutama bagi perempuan.

"Itu benar bos kita? tuan Kim yang kita kenal?" tanya salah satu karyawan wanita terhadap dua temannya, iri melihat sepasang insan yg tampak serasi diseberang sana. "Makanya, sungguh m ngejutkan CEO kita punya sisi seperti itu. Aku jadi iri."

"Siapa gadis itu? apakah ia tunangan tuan Kim? aku jadi penasaran dengan wajahnya." ujar karyawan lain mulai julid.

Hyungtae dan Aera berjalan bersama memasuki pintu kaca otomatis, bahkan saat berjalan pun Hyungtae terus memandangi wajah Aera mereka saling menimpali candaan. Hal ini dianggap lebih menarik lagi karena tuan Kim seorang CEO cuek dan dingin bisa terlihat begitu hangat ketika bersama gadis yang baru pertama kali para karyawan BV temui.

"Sudah Kim, lihat jalan nya. Kalau nanti sampai menabrak tiang aku akan pura-pura tidak mengenalmu." Aera memperingati Hyungtae yang sedari tadi berjalan tanpa melihat depan. Aera sadar betul bahwa mereka berdua tengah menjadi sorotan sekarang ini, namun karena terlalu gugup ia tidak mau ambil pusing dan bersikap cuek saja, toh Hyungtae tidak melarang nya.

"Mana mungkin kau berpura-pura tidak mengenalku." ucap Hyungtae. Tangannya meraih tangan Aera dan di gandengkan pada lengan nya. "Kalau kau sudah terlalu disorot begini." lanjut Hyungtae. Aera mendecih, awas saja kalau ia mendapat masalah setelah ini sebab para gadis telah membuat kelompoknya masing-masing saling berbisik dan melayangkan tatapan aneh padanya disetiap ujung koridor yang tengah Aera dan Hyungtae lewati.

••

"Kau yakin aku harus menemanimu ke kantor setiap hari begini Kim?" tanya Aera memastikan, mereka sekarang berada dalam ruangan Hyungtae. Bahkan disana sudah tersedia bangku khusus untuknya, padahal ia tidak harus melakukan apapun disana. "Tentu saja, apakah aku harus menjawab pertanyaan yang sama berulang kali ra?" jawab Hyungtae gemas, sebab ia telah berulang kali mendengar pertanyaan yang sama sejak ia mengadakan perjanjian dengan Aera.

"Lalu bagaimana dengan batas waktu nya? kau belum memberi kepastian kapan aku bisa berhenti." Aera duduk di kursi Hyungtae, padahal sudah jelas-jelas ia memiliki kursi sendiri. Matanya bertanya penuh harap karena merasa kehadirannya di kantor sedikit tidak direstui publik. "Nanti aku pikirkan lagi, kau jangan khawatir aku tidak akan meninggalkan mu sendirian kecuali kau yang minta." Hyungtae sadar betul kondisi kantor sekarang bagaimana, tentu saja para gadis yang selama ini tertarik padanya mulai menunjukkan obsesi terhadap dirinya.

"Benar ya, kalau begitu sekarang temani aku cari es krim." pinta Aera dengan manja. Matanya membulat seperti mata anak anjing, bibirnya mempout sehingga membentuk bulatan seperti mochi.

Pria jangkung yang melihat aegyo Aera tak kuasa menahan gemas, ia menjadi salting dan butuh sandaran dinding.

"Coba katakan sekali lagi." ucap hyungtae ketagihan.

"Oppaa.. temani aku beli es kliiim." aegyo Aera semak in menjadi, sekarang bahkan ia bermain nada saat beraegyo.

"Ahh, aku bisa gila. Kemari kau." Hyungtae tak bisa menahan diri lagi, ia menghampiri tempat duduk Ae ra. Menggendong Aera ala bridal style lalu berputar tiga kali, saking gemas nya.

"Kim turun kan akuu. Kumohon turun kan aku." kaki Aera menghentak-hentak diudara, tapi tangannya merangkul leher Hyungtae erat, sebab ia takut jatuh.

Lalu beberapa saat kemudian Hyungtae menurunkan Aera. Namun tidak dilepaskan begitu saja, tangannya menahan pipi Aera agar tetap menatap dirinya. "Kau jadi pintar merayu ya, siapa yang mengajarimu meminta dengan lucu seperti itu?" tanya Hyungtae, tangan nya menggoyang-goyang kan kedua pipi Aera pelan agar pemiliknya tidak kesakitan.

"Ini kan jiwa alami setiap perempuan, aku juga bisa melakukan nya." jawab Aera meskipun kesal telah di uyel-uyel dari tadi oleh pria tampan di depannya ini tapi dia tetap bisa tertawa saat mengatakan itu. "Baiklah kau mau nang, ayo kita ke minimarket membeli es krim." ajak Hyungtae , tangan nya menggenggam erat jemati gadis yang telah memainkan hatinya barusan.

••

"Memangnya harus berpegangsn tangan seperti ini ya? kau tidak lihat semua orang menatapku dengan tajam?" bisik Aera, mendekatkan tubuhnya ke telinga Hyungtae. "Harus, kau tidak usah menghiraukan mereka. Jika mengganggu tatap aku saja jangan yang lain." jawab Hyungtae santai, tangannya semakin menggenggam erat jemari lembut Aera. "Dasar, kau tidak pernah memikirkan orang lain. Belum saja ku pukul kau." kesal Aera, bibirnya cemberut matanya menatap lurus dan berusaha untuk tidak menghiraukan orang-orang disekitar mereka berdua.

"Selamat datang, selamat berbelanja." seorang kasir menyambut Hyungtae dan Aera tetap ketika mereka membuka pintu. Mata Aera sibuk berkelana mencari lemari es krim, kakinya melangkah pelan disamping Hyungtae.

Padahal jelas-jelas Hyungtae sudah pasti hafal dimana letak-letak barang yang ada di mini market ini, namun Aera lupa dan akan hal itu. Tangan Hyungtae menggeret pelan tangan Aera, mengajaknya berjalan kearah kanan. Disanalah tempat surga es krim kesukaan Aera, matanya bersemangat memilih rasa yang ingin ia makan.

"Yang ini Kim."

"Ah, bukan-bukan. Yang itu."

Aera sibuk sekali menunjuk-nunjuk lalu tidak jadi, lalu menunjuk lagi. Lucu sekali mengoceh seperti anak burung.

"Yang tadi kau pilih ambil semua, sini masuk kan ke dalam keranjang." perintah Hyungtae tidak mau menyaksikan terlalu lama Aera yang tengah dilema akan memilih yang mana. "Kenapa repot-repot sekali, kau ini selalu saja menyia-nyia kan uang mu. Tapi kalau kau memaksa aku tidak bisa apa-apa." seloroh Aera, wajahnya merasa bersalah tapi terlihat sekali kalau dibuat-buat. Hyungtae hanya bisa tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya singkat.

Lalu tidak lama kemudian Hyungtae membawa keranjang nya yang berisi banyak es krim pilihan Aera ke kasir.

"Sudah? tidak mau mengambil lagi?" ucap Hyungtae menawari Aera yang sedang berbunga-bunga, bibirnya tersenyum merekah sambil memandangi es krim yang tengah dijumlah oleh kasir.

"Tidak-tidak, berat badanku nanti naik jika makan lebih dari ini." bulshit, padahal ia sendiri yang bilang pada Hyungtae bahwa berat badannya tidak mudah naik.

"Terserah kau ra, aku tidak akan memaksa." Hyungtae dibuat gemas lagi dengan tingkah Aera. Tidak disangka gadis galak yang biasa ia kenal bisa menunjukkan sisinya yang seperti ini.