Chereads / Terikat Tuan Ilmuwan / Chapter 19 - BANGUN DI KAMAR KENZO

Chapter 19 - BANGUN DI KAMAR KENZO

Tije, Dokter Edward, Satya, Vito, mereka berada di depan kamar Kenzo. Mulut mereka terbuka lebar melihat pemandangan di dalam sana, jika kalian melihatnya pasti akan terkejut. Di atas kasur Kenzo duduk, segala bentuk makanan ada di meja samping. Kenzo makan seperti orang kelaparan, piring-piring kotor berada di atas meja.

Belum lagi makanan instan yang ada di mana-mana, Kenzo seperti orang gila yang baru saja di kasih makanan selama bertahun-tahun. Ini benar-benar gila, mereka menyaksikan seorang Kenzo makan banyak sedangkan Skay masih tidur di samping Kenzo. Mereka pikir Skay akan bangun, tapi ternyata tidak.

"Bisakah kita memfoto mereka? Kita jual dan kita banyak uang," ujar Vito.

"Pemandangan yang sangat langka," gumam Satya penuh kagum.

"Seperti seorang kelinci yang kelaparan," timpal Dokter Edward.

"Entah berapa banyak dia makan sampai persediaan makanan di kulkas hampir habis," tambah Tije.

"Skay tidak kunjung bangun, entah apa jadinya jika dia bangun dan di sekelilingnya banyak sekali bungkus makanan," ucap Satya.

"Akan terjadi perang dalam hitungan 1 ... 2 ... 3 ...." Vito mulai menghitung mundur.

"AAAAAA GUE ADA DI MANA?!"

Suara teriakan Skay menggema di kamar ini, dengan cepat Vito dan yang lain segera kabur dengan tangan yang merekan gunakan untuk menutup telinga. Sedangkan Kenzo tersedak ramen yang baru saja masuk ke mulutnya, kedua sumpit yang ada di tangannya langsung ia buang ke segala arah.

Kenzo menyambar air yang berada di dalam botol, ia segera minum hingga air itu tandas. Sedangkan Skay tampak bingung ia ada di mana, nafasnya memburu kalau ia ingat kejadian tadi. Ia diculik sekarang! Ia tambah marah lagi ketika melihat di sebelahnya terdapat Kenzo dengan banyak sekali bungkus bekas makanan.

"Kenapa kau membawa saya ke sini?!" tanya Skay mencoba untuk meredamkan emosinya.

"JAWAB SIALAN!" maki Skay saat melihat Kenzo hanya menatapnya datar.

"Diam di tempat atau kau akan melihat sisi buruk saya?" tanya Kenzo dengan nada pelan namun mampu menghunus jantung. Skay yang mendengarnya langsung kicep, ia diam bagai sebuah patung.

"Bagus! Jadilah perempuan baik untuk satu jam ke depan!" suruh Kenzo sembari mengacak rambut Skay. Dengan polosnya Skay menganggukkan kepalanya.

"Jika kau membuka mulutmu maka saya akan memberikanmu ...." dengan sengaja Kenzo menggantung ucapannya.

Dengan cepat Skay menggeleng, Kenzo kembali melanjutkan makanannya. Ia sudah menghabiskan banyak sekali makanan dan minuman kaleng, berhari-hari ia hanya bisa minum untuk mengisi perut. Akhirnya sekarang ia bisa makan dengan tenang tanpa mual dan muntah. Skay menyaksikan bertapa lahapnya Kenzo makan.

Skay hanya mampu menelan ludahnya sendiri, cara Kenzo makan membuat ia lapar. Ia mengelus perut ratanya, makanan ini benar-benar menggugah selera. Suara Kenzo menyeruput kuah ramen terdengar, ini benar-benar membuat dirinya lapar. Namun ia tak berani bersuara, ia takut kejadian di mana ia masuk ke dalam laboratorium terulang.

"Silahkan berbicara!" suruh Kenzo setelah kurang lebih setengah jam menghabiskan ini semua.

Skay menghirup nafas dalam-dalam dan membuangnya secara perlahan-lahan. "Kenapa saya bisa berada di sini? Apa bawahan bodohmu itu menculik saya? Atau jangan-jangan kau melakukan sesuatu kepada saya?" tanya Skay dan diakhiri dengan tuduhan.

"Pertama bawahan saya tidak bodoh! Kau harus tau jika berhari-hari saya tak bisa makan dengan tenang. Selama berhari-hari pula saya minum obat agar saya tak mati karena kelaparan!" balas Kenzo.

Skay terdiam selama beberapa saat sampai akhirnya ia berucap, "Itu pasti alibimu, mana mungkin kau tak bisa makan. Waktu itu aku tak sengaja menyumpahimu, tapi sangat mustahil jika itu terwujud." Skay tampak bingung dengan ini semua.

"Sumpah bodohmu itu membuat saya menderita asal kau tau!" hardik Kenzo.

Skay menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Saya tak peduli!" sarkas Skay lalu pergi dari sini.

Kenzo diam menatap kepergian Skay, ia melihat makanannya tanpa minat. Ia merasa sudah kenyang sekarang, lantas ia keluar dari kamar ini. Saat menutup pintu ia paham jika Skay tak tau arah jalan pulang. Ia menghampiri Skay dan menarik tangan milik perempuan itu agar mengikutinya.

Skay berjalan mengikuti langkah Kenzo, sampai akhirnya ia sudah sampai di pintu depan. Sidik jari Kenzo tertempel dan pintu terbuka. Skay menatap tajam Kenzo, mereka sama-sama mengeluarkan aura permusuhan. Sampai pada akhirnya Skay memutuskan pandangan itu dan ia benar-benar keluar dari markas ini.

***

Sedangkan di markas Dexstar, semua tampak panik mencar keberadaan Skay. Semua anggota berpencar ke sana kemari, bahkan ada yang sampai masuk ke dalam hutan takutnya Skay tersesat di sana. Yula mencari ke area tenda-tenda, namun nihil. Ia sama sekali tak menemukan keberadaan Skay.

"Kamu di mana Skay?!" batin Yula gusar.

"Bagaimana? Apakah kalian udah menemukan keberadaan Skay?" tanya Yula kepada beberapa orang yang tampak mengawasi keadaan sekitar.

"Ketua belum kembali, saya melihat dia berjalan ke bawah dan tak mau saya temani."

Yula menghela nafas gusar. "Hubungi yang lain suruh berkumpul di sini," suruh Yula.

"Baik."

"SKAY/KETUA!" pekik mereka secara bersama-sama saat melihat Skay berjalan masuk ke area sini.

Dengan cepat Yula belari, ia memeluk Skay dengan erat. Sahabatnya yang satu ini memang pandai membuat dirinya panik, dan sekarang dia datang dengan wajah tak bersalahnya. Skay memang pandai membuat orang-orang di sekitarnya khawatir. Sedangkan Skay bingung dengan situasi ini.

Apalagi saat Yula melepaskan pelukannya, dia menangis dan mengeluarkan ingus. Oh iya, ia baru sadar jika telah pergi selama berjam-jam. Pantas saja semua orang khawatir, lagian ia pergi tanpa mengabari siapa pun. Ia jadi berada bersalah sekarang, wajah mereka tampak tenang setelah melihat Skay.

"Maaf udah membuat kalian khawatir," ujar Skay kepada seluruh anggotanya.

"Ketua tidak apa-apa?"

Skay mengangguk. "Saya tidak apa-apa, kalian jangan khawatir," ujar Skay dengan senyuman.

"Kalian lanjutkan kembali pekerjaan kalian, terima kasih sudah mengkhawatirkan keadaan saya," ucap Skay sembari membungkukkan badannya.

Semua kembali kepada kegiatan masing-masing, Skay di sini masih bersama dengan Yula. Rupanya sahabatnya ini masih marah dengan dirinya karena pergi tak bilang-bilang. Lantas, Skay berdiri di depan Yula, ia memegang kedua pipi milik Yula.

"Aku enggak apa-apa, Yula jangan khawatir," ujar Skay.

"Kamu ke mana? Kita semua khawatir sama keadaan kamu, kita cari-cari kamu keliling tapi enggak ketemu-ketemu," ujar Yula dengan wajah menahan kesal.

"Maaf deh, nanti aku certain habis dari mana," ucap Skay dan mereka berdua turun ke bawah membantu pekerjaan yang belum selesai.