Chereads / LATHI (LIDAH) / Chapter 14 - Komando Randu

Chapter 14 - Komando Randu

Randu yang menjalankan hari tanpa perempuan ia kagumi kini telah terbiasa menghadapi semuanya, malah justru mendapatkan kabar telah memacari kakak kelas.

Tito yang sudah satu minggu dengan status izin bersama orang tuanya ke luar kota belum juga memberikan kabar ke sahabatnya, sedangkan Danu masih berencana untuk mencari keberadaan Rindu. Ia sejauh ini masih berkeyakinan bahwa tak ada kata meniggal sebelum bangkai itu di depan matanya.

Sepulang sekolah Randu menuju gudang tua yang sudah lama tidak dilihatnya ternyata sudah banyak perubahan namun anehnya berkas sisa darah tak nampak dicurigai malah justru banyak orang mencarinya untuk ritual pemanggilan arwah, membangkitkan yang telah lama mati maupun ritual lainnya.

Dengan memakai masker dan semuanya tertutup tak banyak yang tahu dibalik semuanya itu adalah tingkah kelakuan Randu yang juga salah satu tetangga mereka, keadaan tersebut menjadikan dirinya untuk mencari rumah diusia muda sangatlah mudah.

"Ada baiknya aku coba saja nyuruh tuyul buat bantu aku cari uang, tentunya gak susah juga buat ngeraup banyak cewek cuma dimanfaatkan kegadisannya. Memang sih Rindu belum ditemukan, ya setidaknya nafsuku terus terpenuhi."

Randu yang belum bisa menyanggupi keinginan warga meminta waktu satu bulan untuk mempersiapkan segala perlengkapan maupun kebutuhan pendukung lainnya, ia berharap disamping keluarganya berkecukupan namun pribadinya terkesan ingin hidup mandiri.

Sore harinya tante Agnes menghubunginya jika dia telah mengandung anak Randu dengan usia satu minggu, hal tersebut membuat kasus baru telah didapatinya.

Tante Agnez : Ran, aku hamil anak kamu.

Randu : Masak sih, tan?

Tante Agnez: Terus gimana? Usianya udah memasuki 7 hari, aku mau kamu nikah sama aku.

Randu : Tapi usia Randu masih 16 tahun baru juga mau 17 tahun

Tante Agnez : Agnez juga gak mungkin gugurin kandungan juga, itukan dosa

Randu : Ya sudah, Randu bakalan cari uang buat memenuhi kebutuhan anak Randu

Tante Agnez : Makasih ganteng

Randu : Ya, mama cantik

Randu tak pernah menyangka bahwa nafsunya melewati batas, hal itu bukanlah membuatnya berhenti malah justru pergaulannya semakin liar dan kemampuannya dibilang mumpuni.

Di rumah kosong dekat hutan nampak orang ingin menjualkan tanah tersebut dengan harga cukup murah dan karena mendesak membutuhkan dana secepatnya, ia tak pernah berpikir mengenai jual beli dibayarkannya harga lima puluh juta dengan mengambil uang di brankas papa Dandi.

Randu yang mengambil sempat ketahuan papanya malah mempermainkan ajiannya untuk menyihir menjadi menuruti segala kemauannya, tak hanya itu sebuah fasilitas mobil beserta lainnya diberikannya secara langsung tanpa keraguan.

Uang di atm papa Dandi diambil satu olehnya, kebutuhan tante Agnez cukup terpenuhi dan kini ia telah membayar orang untuk membetulkan rumah yang tanahnya dibeli sore tadi. Dengan wajah sombong Randu memberikan uang sembari merokok.

"Gila betul anak itu, diusianya belum genap tujuh belas tahun sudah bisa usaha sendiri."

"Gak mungkinlah, palingan juga dari orang tuanya."

"Gue pikir malah bukan dari orang tua maupun usahanya sendiri, palingan juga main sama gaib."

Randu yang mendengar pembicaraan itu merasa santai dan kembali mengendarai mobilnya menuju ke apartemen milik papa Dandi, dia terkejut bahwa seorang mirip Rindu itu di bawah tempat parkir tersebut.

"Itu bukannya, Rindu? Tapi... apa mungkin dia ada di sini?"

Dia yang bergegas mencoba berlari untuk menghampiri tiba saja papa Dandi telah menarik tangannya, pengejaran yang ditunda untuk kembali meminta uang cukuplah mudah. Dengan hanya menepuk pundak kiri sebanyak satu kali terhitung satu juta, begitu pula kelipatannya dan ia menepuk sebanyak dua puluh lima sekaligus.

Seusai di apartemen papa Dandi, ia justru mencoba mencari keberadaan perempuan mirip Rindu bahkan bertanya ke sana ke mari untuk menemukan sebuah kunci yang telah lama menghilang.

Keberadaan mencari membuatnya lebih cepat bosan dan mencoba menjadi seorang pria yang berbeda, bekas perlengkapan bedak dan lainnya kini menjadikannya lebih sempurna dari sebelumnya.

"Hari ini paling tidak lima perempuan harus bisa aku telan, kenapa gak coba kasih obat tidur ya? Pasti seru."

Duduk manis mengeluarkan para asap pemikat wanita, jiwa-jiwa cinta kini tak lagi merana, kepada penghujat rasa kan kubalas bukan hanya satu melainkan lima.

Dengan sebuah iming-iming dan janji manis dinikahi dia rela merogoh kantong lebih dalam, tawa-tawa senyap kini bersayap.

Gadis muda maupun tua sekarang berada dalam peluknya, roti kecil tersuap dan bahkan dirinya menjelma menjadi pria istimewa.

Randu yang membawa lima perempuan itu keluar dari club menuju ke hotel pilihannya, suara desauan bibir dan kertakan gigi kembali terdengar.

"Kalian mau gak sebulan digaji sepuluh juta? Kerjaannya hanya cari perempuan gadis yang mau dibayar dengan segitu juga, kalau kalian ngumpulin lebih dari sepuluh bakalan aku kasih bonus bahkan bisa lebih dari gaji sebulan."

"Terjamin gak tuh, mas?"

"Terjamin, ini kartu namaku."

Randu yang berhasil merayu para perempuan itu mendapatkan beberapa kontak, dia juga yang menyilahkan ajiannya untuk mengambil dan menguras habis keragaannya.

Dia tidak sadar bahwa kini tulisan di depan cermin mengatakan hal lain, Randu yang baru saja membaca langsung dihapuskannya.

"Eling, lathimu bakal nemu ala utawa becike saramu mbesok."

Tak hanya sebuah tulisan dinding du dalam kamar hotel telah begitu banyak darah dan suara-suara desahan para perempuan, Randu yang ketakutan langsung meninggalkan dan menuju rumah kosong.

Kali ini ia mencoba mengikuti arahan ajiannya untuk mengundang beberapa suruhan gaibnya dalam sebuah komando dirinya sendiri, dengan bekal tikar dan beberapa bunga mawar merah sekelilingnya berhasil mengundang.

"Sekarang kalian berada dalam komando Randu Wisanggeni, apapun masalah dalam diriku kalian harus membantu dan apabila tak ada satupun membantu bakalan aku obrak abrik rumah kalian."

"Sekarang apa yang harus kami bantu, bos?"

"Sekarang kalian harus mencarikan uang buatku sebanyak mungkin, tenang bayaran bakalan aku kasih sesuai dengan kinerja kalian masing-masing. Jika kalian gagal, ingat baik-baik ancaman komando buat hancurkan rumah kalian."

Mereka semua yang mengikuti perintah komando Randu, dirinya yang bersantai dengan kaki digantung satu kembali memainkan ponselnya untuk mencoba menghubungi beberapa perempuan yang pernah ia ajak dicoba kembali.

Tak butuh waktu cukup lama dirinya langsung mendapatkan hujan uang begitu banyak diwadahi dalam kardus, ia tak pernah menyangka ajian itu berhasil.

"Bikin usaha beginian bisa juga, ha ha modal cincin palsu diisi beberapa tapi jual fantastis hasilnya bikin meringis."

Seperti biasanya selesai keluar rumah dia tak pernah kembali ke pulang dulu melainkan mencari tumbal untuk menebalkan ajiannya lagi, Randu yang sebelumnya mengubur uang di dalam sebuah peti tersembunyi miliknya mengharapkan jika tujuannya menyembunyikan itu agar tak satu pun orang mengetahuinya.