Chereads / LATHI (LIDAH) / Chapter 19 - Rindu Mengetahui Cincin Merah Delima

Chapter 19 - Rindu Mengetahui Cincin Merah Delima

Alarm yang kini terbangunkan dari dering ponsel berisikan telepon masuk sempat membuat amarah tersendiri, ketika itu juga dalam merespon menggunakan nada cukup tinggi.

Betapa malunya Randu disaat ia pikir pengganggu itu sahabatnya atau para gadis yang bersamanya, tetapi malah diluar dugaan sebelumnya.

"Maaf, maaf. Aku pikir tadi Tito, soalnya dia biasanya suka usil kalau telepon. Maaf ya, Rin. Kenapa sepagi ini telepon? Hah, jam tujuh? Siap-siap."

Tak ada jalan lain untuk mengikuti menonton akan sebuah pertunjukan pemilihan penari, Rindu yang sudah di tempat membuat Randu ingin bergegas dan tak mengecewakannya.

Setiba di sekolah tanpa menggunakan minyak wangi maupun mandi tanpa pikir panjang meminta sedikit deodoran milik Tito, Randu yang mencoba duduk untuk melihat Rindu menari itupun juga mencoba untuk merekam di ponselnya. Gerakan yang lemah gemulai, tarian dengan sebuah iringan membuat semuanya merasa terhanyut didalamnya dan bahkan para penonton ikut mengagumi diberikan sebuah tepuk tangan cukup meriah.

Putri yang tak mau kalah dengan apa ditunjukkan oleh Rindu, dia juga mencoba memberikan sebuah penampilan cukup memukau tetapi hasilnya tidak sama dan juga sangat buruk. Randu yang tidak memberikan sebuah tepuk tangan langsung pergi meninggalkan panggung dan berganti seragam sekolah. Perasaan kecewa sekaligus malu itu ditunjukkan dengan menangis di kelas seorang diri.

Randu yang datang langsung membawakan setangkai bunga mawar merah dan Tito melakukan hal sama dengan warna berlawanan, Rindu yang memiliki karakter sedikit dingin itu malah justru memilih tangan Jono untuk diraihnya turun dari panggung. Tentunya kejadian membuat mereka juga berebut untuk duduk tepat disamping Rindu.

"Penampilan yang sangat membuat kita semua terhanyut, aku sangat percaya jika penampilan tadi juga membuat para guru terbius akan bakat yang kamu miliki. Rindu luar biasa." Santun Tito dengan memberikan bunga

"Kalau menurut Randu Wisanggeni orang yang paling ganteng dan super kece badai ini menyatakan bahwa Rindu Widyoningrum dapat mengalahkan semua para penari dan dirinya akan menjadi salah satu penari terbaik untuk perwakilan menuju ke kota dan tentunya menjadi primadona di semua kalangan. Aku bangga memilikimu."

"Kita kali bukan Randu aja." Ketus Jono.

"Idih pada sewot sama ane, ha ha ha... Iri bilang dong, bos."

"Sudah-sudah, tadi itu hanya penampilan biasa saja kok gak ada keistimewaan apa-apa. Jadi, aku harap kalian biasa saja untuk tadi. Ngomong-ngomong perasaan tadi penampilan sehabis aku si Putri, sekarang dia ada di mana? Kan sebentar lagi itukan pengumuman, lagian pesertanya kan sebelumnya dari lima puluh pencalon di ekstrakurikuler dan dipilih lima saja buat perwakilan nantinya."

"Randu harap kamu sih yang kepilih, tapi biar saja sih si Putri."

"Jangan begitu, ayo kalian semua cari."

Mereka semua yang mencari keberadaan Putri belum juga menemukan, tetapi dengan sengaja ia kembali ke aula untuk menunggu pengumuman tersebut dirinya menuangkan kuah penthol ke rok Rindu. Hal tersebut tentunya membuat paha kanannya merasa sakit dan melepuh, tanpa ucapan maaf keberadaan itu tidak diketahui oleh siapapun.

"Aku berharap kamu tidak kegatelan lagi di hadapan pacarku."

"Siapa, memang?"

"Randu Wisanggeni, dia adalah pacarku dan tak lama lagi akan menjadi calon suamiku."

"Hah... maksudnya?"

"Tespack yang kamu lihat di kelas waktu itu bukanlah dari guru yang mengajar kita lalu terjatuh."

"Lantas, milik siapa?"

"Itu punya aku, memang aku sudah melakukan semuanya itu dengan Randu. Karena itu aku tekankan untuk kamu, jangan pernah mendekat dengan pacarku maupun calon suamiku. Kalau kamu berani melakukan hal tersebut, jangan harap jika nyawa masih melekat bersama dengan kamu Rindu Widyoningrum."

Putri yang jujur apa adanya itu tak lama telah dipanggil kedepan untuk perwakilan ke tiga, tetapi ketika perwakilan kedua maupun kesatu tiba-tiba saja para sahabat itu datang dan Randu mencoba dekat-dekat ke tempat duduk Rindu. Tentunya hal tersebut sudah diantisipasi, Rindu yang mencoba untuk memilih dekat Tito tentunya membuat tak terima oleh Randu dan memaksanya untuk berpindah.

Mereka berdua yang saling berdesakan itu membuat Rindu merasa risih dan pergi meninggalkan aula, dia yang kembali ke kelas meminta Danu untuk menggantikan dirinya dengan beralasan menuju ke kamar mandi. Rindu yang masih memikirkan ucapan Putri itu masih tidak percaya akan ungkapan kejujuran temannya itu, dia yang mencoba untuk mencari tahu itu terpaksa menggeledah tas Randu.

Rindu yang mencoba untuk menggeledah setiap tas Randu maupun Putri tidak menemukan tespack maupun lainnya, tetapi ketika Rindu menutup tas Randu tiba saja mengeluarkan cahaya terang. Hal itu tentunya memicunya untuk membuka kembali, tapi bukannya merasa dingin tangannya justru sangat panas.

"Cincin apa ini? Kok malah jadi panas begini, secara kok bisa ya gak ada senter ataupun penerang lainnya ini cincin malah justru memancarkan cahaya cukup terang banget. Pernah dengar sih dari emak kalau jaman dulu itu ada sebuah cincin mustika tapi itu justru diperebutkan banyak orang karena kekuatannya maupun menuruti kemauan pemiliknya, masak iya sih dia seperti itu? Tunggu... perihal sebuah bayangan waktu itu juga gak mungkin juga siang bolong maupun sore, atau jangan-jangan karena cincinnya ini ya jadi Randu bisa melakukan hal tersebut. Aneh."

"Adikku Rindu.., lihat ini plakat buat kita berdua."

"Hah?"

"Dasar ya, ngelamun terus. Secara tadi kamu di kamar mandi juga tadi lama banget, padahal ya tadi itu suasananya tegang banget dan kamu tahu gak?"

"Ya pasti gak tahu, haduh. Mas Danu itu bisa aja bikin orang penasaran dan bikin greget."

"Pasti."

"Jadi gimana tadi?"

"Gak sabar banget sih, iya-iya ini dijelasin. Kan tadi ada yang ke lima sampai ke tiga, nah yang kedua sama satu itu kita."

"Maksudnya?"

"Kita berdua terpilih menjadi duet penari atau sepasang tahu gak, jadi ya nanti kita yang bakalan maju untuk perwakilan bakalan ada di kita dan tentunya sebagai pasangan dong. Kamu senangkan?"

"Pastinya, secara kakak itu kan udah mahir banget itu perihal menari. Apalagi tarian kakak itu bisa meluluh lantahkan perasaan dan hatinya siapapun maupun penonton maupun lainnya."

Mereka yang sedang berdua itu kembali kepergok Randu, tentunya dengan sebuah kecemburuan Danu diusir untuk dekat-dekat bersama orang yang ia sayangi. Tak dapat dipungkiri juga Rindu tiba-tiba saja semakin dingin dan menjauh begitu saja. Ia yang meninggalkan menuju ke kantin,

"Ada baiknya aku menuruti kemauan Putri untuk menjauhi Randu, secara juga kebenaran akan kehamilan gak mungkin jika itu terjadi dan ada baiknya aku sembunyikan ini semua sampai masalah emak selesai baru aku cari tahu apa maksud semuanya dari cincin maupun tespack."