Chereads / BACK IN YOURS HUG / Chapter 12 - Sekedar Penasaran

Chapter 12 - Sekedar Penasaran

Di New York University, Rico berjalan dengan santai setelah kelasnya selesai. Ia berniat untuk pulang ke apartemen dan beristirahat sejenak sebelum menghubungi Mamanya di Indonesia. Tak sabar rasanya untuk segera pulang dan menemui wanita yang telah melahirkannya ke dunia ini.

Kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku celananya. Dengan gayanya yang angkuh dan tengil. Namun malah terlihat sangat tampan di mata para gadis-gadis yang melihatnya berjalan di sepanjang koridor.

Hingga akhirnya, sebuah tangan memeluknya dari belakang. Membuat laki-laki tersebut memutar bola matanya malas.

"Kenapa jalannya buru-buru, sih? Aku nggak di tungguin?" rengek Alexa dengan suara manjanya.

Rico hanya diam dan melepaskan rangkulan tangan Alexa dari lengannya dengan sedikit kasar. Sambil menoleh dan menatapnya tajam, "Lo nggak usah sok imut, Xa. Jijik gue dengernya. Dan satu lagi, jangan sentuh gue sembarangan. Gue nggak suka!" tegas laki-laki itu yang berjalan lebih dulu meninggalkan Alexa dengan kepalan kedua tangannya. Matanya menyorot kepergian laki-laki itu dengan penuh amarah.

"Aku pastikan kamu akan jadi milikku, Rico! Apa pun caranya," tekad Alexa dengan tatapan lurus ke arah punggung tegap milik Rico yang semakin menjauh.

Rico masuk ke dalam apartemennya dengan perasaan sedikit kesal. Ia sangat membenci tingkah laku Alexa yang seenaknya saja menyentuhnya.

Laki-laki itu membuka jaketnya dan melemparkannya ke arah sofa, lalu merebahkan tubuhnya di sofa panjang.

Menatap langit-langit apartemennya dengan helaan napas panjang. Memikirkan sosok yang selalu menghantuinya setiap ia melamun seperti ini.

"Kamu seperti apa, yah, sekarang? Apa masih suka memakai bando kain yang berwarna putih? Atau di kucir ekor kuda yang tinggi? Atau kamu masih suka ngomel kalau naik motor, rambutnya jadi kusut kena angin," Rico tiba-tiba tergelak mengingat kembali kenangannya bersama gadis masa lalunya.

Tak lama sebuah pesan masuk ke ponselnya. Rupanya, Raihan menanyakan keberadaannya. Segera Rico menghubungi nomor kakaknya. Agar bisa berbicara dengan Mamanya yang sangat ia rindukan.

"Hallo, Ma? Apa kabar?" sapa Rico saat panggilan videonya di terima oleh Ratna.

"Malam sayangnya, Mama. Kabar Mama baik banget deh, hari ini. Pokoknya Mama lagi senang!" seru Ratna antusias menjawab panggilan video dari anak bungsunya yang sangat ia rindukan.

"Oh, ya? Memangnya kenapa? Mama habis menang lotre, yah?" goda Rico yang membuat Raihan tergelak dan Adi hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Ratna mendengus sebal, "Bukanlah. Mama senang karena tadi siang masak ada yang nemenin. Tamu spesialnya Kakak kamu, tuh," jelasnya yang mengarahkan dagunya ke arah Raihan yang menggelengkan kepalanya.

"Kok, aku, sih, Ma? Kan, Mama yang ngundang dia ke sini? Kenapa aku?" protes Raihan tidak terima.

"Jadi ada apa sebenarnya, Pa? Kenapa dua orang itu selalu saja berdebat?" Rico menggelengkan kepalanya dan bertanya ke arah Papanya yang hanya bisa tersenyum.

"Biasalah, Mama sama Kakak kamu. Bagaimana kabar kamu, Co? Apa semuanya lancar? Jadi kamu pulang minggu depan?" jawab Adi yang kini juga ikut sedikit menunjukkan wajahnya di layar laptop.

"Iya, Pa. Aku di jemput, kan? Di Jakarta, aja. Sekalian kumpul sama keluarganya Paman Arya. Abang jemput juga, kan?" kini Rico bertanya kepada Raihan.

"Iyalah, memangnya siapa lagi yang jemput? Apa kamu nggak mau Abang yang jemput? Ya, kalau begitu Abang jaga rumah, aja," sahut Raihan yang mendapatkan tatapan menusuk dari Rico.

"Awas saja sampai nggak jemput aku!" ancam Rico yang membuat Raihan tergelak.

"Bilang aja, kalau mau berduaan sama dia. Sampai adiknya pulang nggak di jemput," sindir Ratna dengan gelengan kepalanya.

"Apa, sih, Ma? Canda doang, loh!" kilah Raihan seraya memeluk bahu Mamanya.

"Heleh, kamu itu," balas Ratna.

"Memangnya siapa yang bisa menyaingi aku, Ma? Sampai Si Workaholic ini lebih mementingkannya," cecar Rico yang penasaran akan sosok yang disebut-sebut dalam keluarganya, namun tak tahu siapa namanya dengan jelas.

"Ada cewek, Dia anak yang baik, waktu itu nolongin Mama pas mau jatuh di eskalator. Dan sekarang jadi dekat sama Abang kamu ini. Tadi siang gadis itu ke sini, bantuin Mama masak dan buat Abangmu ini sampai nambah. Enak banget kayaknya masakannya, sampai nambah loh!" jelas Ratna yang membuat Raihan menggelengkan kepalanya. Takjub akan cerita Mamanya pada adiknya.

"Oh, ya? Memangnya seenak apa? Sampai Abang saja sampai nambah seperti itu, Papa juga ikut makan nggak?" Rico menoleh ke arah Papanya.

"Iya, lumayanlah. Tapi masih tetap enakan masakan Mama kamu," sahut Adi yang menoleh sekilas ke arah istrinya.

"Ihh, Papa apa, sih," ujar Ratna malu.

"Rico jadi penasaran, deh. Besok kalau sudah pulang, kenalin, ya, Bang," pinta laki-laki tersebut seraya mengedipkan sebelah matanya, jahil.

"Iya, dong. Mama sudah bilang sama dia. Kalau kamu datang, dia mau bantuin Mama masak lagi kok. Kan nanti ada acara makan-makan sama keluarga kita yang di sini," jawab Ratna dengan senyum lebarnya.

"Memangnya dia anak teman Papa atau Mama? Masih muda atau seumuran sama Abang?" cerocos Rico.

"Bukan. Dia hanya gadis biasa, aja, kok. Dia anak sulung, dari tiga bersaudara. Ayahnya hanya petani biasa, bukan orang kantoran," jelas Raihan santai lantas bangkit berdiri.

"Mau ke mana, Bang?" tanya Rico yang mengerutkan keningnya melihat kakaknya akan pergi dari ruang tengah.

"Ada urusan sebentar. Pa, Ma, Raihan keluar bentar, yah?" pamitnya pada orang tuanya dan juga adiknya yang menganggukkan kepalanya.

Sepeninggal Raihan, "Memangnya benar, Ma? Dia gadis biasa? Bukan anak teman Mama yang kayak biasanya?" tanya Rico penasaran.

Tak percaya jika kakaknya akan jatuh cinta pada sosok gadis biasa. Mengingat jika dulu mantan kekasih Raihan adalah seorang perempuan yang dewasa dan tegas. Serta anak dari pejabat daerah di kotanya.

"Iya, dia memang gadis biasa. Dia pegawai di mall itu, tapi dia baik dan sangat manis. Ramah dan murah senyum juga. Pintar masak, juga tidak neko-neko orangnya. Pokoknya tipe idaman banget, lah," puji Ratna yang tampaknya sangat menyukai gadis tersebut.

"Mama suka banget kayaknya sama gadis itu? Memangnya Bang Raihan mau sama gadis itu? Nanti gagal lagi kalau Mama yang jodohin," goda Rico yang mendapatkan pelototan tajam dari Mamanya.

"Mama nggak jodohin kok. Abang kamu yang mendekat terus, kayaknya Mama sebentar lagi bakalan punya menantu, deh," serunya antusias.

Membuat Rico dan Papanya hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat antusias Ratu di istana tersebut.

"Ya, kalau memang jodohnya, pasti bersama kok, Ma," imbuh Rico yang tertawa kecil melihat Mamanya sangat menyukai seorang gadis.

Mengingat jika dulunya, Ratna tidak terlalu menyukai mantan kekasih Raihan, dan terpaksa merestui hubungan mereka saat Raihan mengatakan niatnya untuk mempersunting kekasihnya tersebut.

Ratna sempat menolaknya, namun akhirnya merestuinya. Melihat cinta yang begitu besar terhadap gadis itu.

Hanya saja, mereka rupanya tidak berjodoh. Gadis tersebut pergi meninggalkan Raihan, sesaat setelah pria tersebut melamarnya.

Entah apa alasan yang sebenarnya. Tak ada yang tahu pasti. Bahkan mungkin hingga kini, Raihan pun masih bertanya-tanya, apa alasan sebenarnya ia di tinggalkan saat ingin menjalin hubungan yang lebih serius lagi.

Butuh waktu lama bagi pria itu untuk bisa kembali seperti sekarang. Namun dengan keadaan yang berubah menjadi workaholic. Hal itu tentu saja untuk membantunya melupakan mantan kekasihnya tersebut.