Chereads / BACK IN YOURS HUG / Chapter 17 - Ternyata benar kamu

Chapter 17 - Ternyata benar kamu

Rico terkekeh mendengar permintaan Naura. Namun tak jua menjauh, justru sebaliknya, ia semakin merapatkan tubuhnya.

Membuat Naura melotot lebar, "Kamu apa-apaan, sih? Menjauh, Co!" seru gadis tersebut kesal dan mencoba mendorong kembali tubuh tinggi tegap Rico.

Namun, kekuatannya jelas sekali tak sebanding dengan seorang laki-laki yang tubuhnya lebih besar darinya.

Sedangkan Rico hanya terkekeh menertawakan Naura yang tak bisa mengusirnya menjauh. Laki-laki tersebut kini tengah menikmati wajah kesal dari gadis yang ia suka sejak dulu.

Ingin rasanya, ia menarik gadis manis ini ke dalam pelukannya. Namun, ia takut, jika Naura akan menganggapnya tidak sopan.

"Sudah? Cuman begitu saja kemampuanmu? Hm, lemah!" ejek Rico sambil tersenyum meremehkan.

Naura terdiam dan menatap nyalang laki-laki di hadapannya yang hanya tersenyum manis sekali.

Rico akhirnya mundur dan memberi satu langkah di depan Naura. Ia takut jika penilaian Naura terhadapnya akan buruk.

Rico memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya. Tatapannya lurus nan lekat ke arah gadis yang tampak salah tingkah di tatap seperti itu oleh laki-laki tersebut.

"Bagaimana kabarmu? Kayaknya lama banget, yah? Kita nggak ketemu," tanya Rico dengan santai. Ia tidak ingin membuat Naura tidak nyaman mengobrol dengannya. Karena sejujurnya, ia rindu sosok Nana yang cerewet dan ceria.

Naura mencoba untuk bersikap santai juga. Ia tidak ingin Rico curiga akan sikapnya yang masih salah tingkah seperti ini. Sangat tidak nyaman sekali rasanya.

"Alhamdulillah, baik kok. Kamu sendiri, bagaimana kabarnya? Betah di luar, yah?" sahut Naura dengan senyum tipisnya. Mencoba untuk biasa saja. Selayaknya bertemu dengan teman lama.

"Baguslah. Aku senang mendengarnya. Ya, betah nggak betah, sih. Namanya juga kuliah, kejar cita-cita. Terlebih lagi, aku mau mewujudkan impian seseorang yang sudah berhasil mengubahku menjadi seperti ini." Rico melangkah ke sisi Naura dan berdiri di sebelah gadis tersebut yang juga membalikkan tubuhnya.

Keduanya menikmati keindahan malam ini. Kerlap-kerlip bintang di langit malam, seolah menggambarkan kebahagiaan dua insan yang senang bisa bertemu kembali setelah kurang lebih delapan tahun kemudian.

"Iya, itu memang benar. Harus ada yang di korbankan untuk menggapai impian kamu. Semoga apa yang kamu harapkan terwujud," harap Naura dengan tulus mendoakan keberhasilan Rico.

Laki-laki tersebut mengangguk seraya tersenyum. "Terima kasih. Kamu juga, semangat kejar impian-impian kamu! Aku yakin kamu pasti bisa. Meskipun dalam keadaan seperti ini," seru Rico memberikan motivasi kepada Naura.

Gadis tersebut terkekeh, lalu mengangguk setuju. "Kamu liburan berapa lama di sini? Apa setelahnya kembali ke New York lagi?" tanyanya yang penasaran. Sebab Ratna hanya mengatakan jika anaknya ini hanya liburan.

Rico menoleh dan tatapannya dalam nan lekat. Mengarah lurus ke arah Naura yang juga ikut menoleh ke arahnya.

"Apa kamu akan menahanku? Seandainya aku stay di sini?" tanya Rico dengan nada seriusnya.

"Eh?" Naura terkejut.

"Kok tanya aku? Gimana, sih? Kan, aku yang tanya, ish," cibir Naura berusaha mengalihkan pandangannya lurus ke depan.

Rico tersenyum tipis. "Ya, siapa tahu, kan. Kamu nanti nangis aku tinggal lagi," goda laki-laki tersebut seraya terkekeh.

Naura hanya mendengus kesal dan hanya diam. Tak ingin menanggapi candaan Rico. Entah hanya sekedar candaan ataukah ada maksud yang terselip di dalamnya.

"Mama sudah banyak cerita tentang kamu. Aku benar-benar nggak menyangka kalau ternyata gadis manis yang di ceritakan sama Mama dan Abangku adalah kamu," ucapnya sambil tertawa kecil. Antara terkejut dan tidak suka. Saat tahu jika kakaknya juga dekat dengan Naura.

"Ya, aku juga nggak tahu sama sekali. Kalau Tante Ratna adalah Mama kamu. Waktu itu aku hanya ingin menolongnya, itu saja. Terus pas aku main ke rumahnya, aku juga kaget pas tahu kalau kamu Rico teman SMA aku dulu," jelas Naura yang juga sama-sama tidak menyangka jika mereka saling mengenal rupanya.

"Mungkin juga sudah takdirnya bertemu lagi seperti ini. Nggak apa-apa, aku malah senang," tutur Rico seraya tersenyum bahagia. "Dan aku nggak perlu susah payah mencarimu lagi, Na," sambungnya di dalam hati.

"Iya, mungkin. Eh, mana ponselku? Mas Raihan pasti mencariku sekarang, gara-gara aku menghilang ke sini," pinta Naura yang mengulurkan tangannya, meminta ponselnya yang tadi di bawa oleh Rico.

"Takut banget kamu Abangku nyariin. Kalian pacaran?" tanya Rico dengan sedikit kesal. Sebab gadis itu malah mengingat kakaknya saat bersamanya.

"Ya, kan, dia yang mengajakku ke sini tadi. Jadi, dia merasa bertanggung jawab. Sudah mana ponselku, Co?" pinta Naura lagi yang kesal karena ponselnya tidak segera di kembalikan oleh laki-laki itu.

Dengan sebal, Rico menyerahkan ponsel Naura. "Kayak takut ketahuan lagi selingkuh aja, kamu," cibir laki-laki tersebut sinis.

"Biarlah. Kenapa kamu yang sewot, sih? Aneh," balas Naura sebal.

Gadis tersebut terlihat mengirimkan pesan kepada Raihan. Mengatakan bahwa ia hanya sedang mencari angin di balkon.

"Sini ponsel kamu! Aku mau minta nomor kamu." Rico meminta ponsel gadis tersebut untuk meminta nomor ponselnya.

"Ini! Hubungi aja kalau kamu ada waktu senggang. Nanti kita ngobrol-ngobrol lagi," tukas Nuara seraya menyerahkan ponselnya.

"Iya, gampang itu, mah. Ini aku sudah simpan nomor ponsel aku. Nanti aku telepon, yah? Aku pergi dulu," tutur Rico yang mengembalikan ponsel Naura dan bergegas pergi. Sebelum Raihan melihatnya berada di sini bersama dengan Naura.

"Sip!" jawab Naura yang menatap kepergian Rico yang menghilang dari pandangannya dari balik pintu.

Gadis tersebut membalikkan tubuhnya dan kembali menatap ke depan. "Apa aku boleh berharap Tuhan?" gumamnya lirih seraya mendongak, menatap gelapnya langit malam.

Tak lama kemudian, terdengar suara seseorang yang berlari mendekat ke arahnya. Membuatnya menoleh dan mendapati Raihan yang berlari kecil ke arahnya.

Dengan napas tersengal-sengal, pria tersebut berusaha mengatur napasnya. "Astaga, Naura! Kamu bikin aku panik, tahu nggak? Aku kira kamu pulang, karena kau cari nggak ada di mana-mana. Nggak tahunya di sini, syukurlah kamu nggak apa-apa," cerocosnya panjang lebar.

Naura hanya meringis tak enak hati. "Maaf, Mas. Tadi aku hanya ingin cari udara segar aja, di sini. Dan nggak mau ganggu Mas sama keluarganya. Maaf, yah?" sesalnya dengan wajah bersalah.

Raihan mengangguk pelan. "Iya, tapi lain kali kamu kasih kabar ke, Mas. Aku khawatir, Na. Takut kamu kenapa-napa. Kamu belum makan, kan? Mau makan di sini atau kita pulang saja. Cari makanan di luar aja?" tawar Raihan yang tahu bahwa gadis di depannya ini tidak nyaman berada di sini.

Naura terlihat berpikir sejena. "Sepertinya memang lebih enak kalau makan di luar aja, Mas. Tapi apa nggak apa-apa, kalau Mas nggak ada di sini? Nanti di cariin lagi?" sahutnya menyetujui tawaran Raihan.

"Nggak kok. Kan, ini acaranya Rico, bukan aku. Mereka ingin bertemu dengan Rico, bukan aku yang sudah sering ketemu. Ayo! Lewat pintu samping saja. Biar nggak banyak yang tanya nantinya," ajaknya sembari terkekeh dan menarik tangan Naura lembut.

"Ayo! Kita makan pecek lele aja, yah? Kayaknya enak, tuh!" sahut Naura yang tampak antusias.

Raihan tergelak, "Iya, apa pun yang kamu mau makan, Mas ikut saja," jawab pria tersebut tersenyum.

Perlakuan manis Raihan kepada Naura tak luput dari sosok yang ternyata bersembunyi di balik pintu sejak Raihan datang tadi.