Samar aku mendengar suara nenek menanggil namaku. Aku yang sejak tadi tertidur di bawah kursi, tiba-tiba tersentak bangun.
"Nenek? bukankah Nenek sudah meninggal?" gumamku sembari mengucek mataku.
Lamat-lamat ku lihat sesosok wanita tua berjalan ke arahku, badannya bungkuk, dengan tongkat kayu sebagai penyangga tubuhnya.
"Kirana, ayo sini keluar," ujar nenek. Tangannya melambai ke arahku, memintaku keluar dari tempat persembunyianku.
Aku menggeleng, "Gak mau! nanti bapak pasti marah!" tukasku.
"Kirana, kan ada nenek. Jangan takut Cu, biar nanti Nenek yang bicara pada ayahmu," ujar nenek lagi merayuku.
Akhirnya aku menuruti ucapan nenekku dan keluar dari persembunyianku.
"Anak pintar," puji nenek.
Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan, mbak Sri dan temannya sudah tidak ada lagi di ruangan itu. Benar-benar sunyi, sepi, bahkan jerit tangis Diyah dan Ahmad juga sudah tidak terdengar.