Semenjak ibu mengetahui tentang skandal gelap ayah dan mbok Lastri, hari-harinya lebih banyak dihabiskan untuk berdiam diri dan merenung. Tidak jarang seharian ibu hanya mengurung diri di kamar. Diyah dan Ahmad sering dititipkan ke tetangga sebelah rumah, kebetulan mereka tidak punya anak jadi mereka sangat sayang dan telaten mengurus Diyah dan Ahmad.
Ibu keluar hanya untuk mengambil wudu, bahkan makanpun jarang, harus kami paksa atau mbak Is yang mengantarkannya ke kamar itupun sering kali ditolaknya.
Kemarin saat harus memasak untuk para pekerja di ladang dan sawah, ibu memperkerjakan para tetangga untuk menggantikannya memasak. Ibu seperti tenggelam dalam luka batin yang dalam dan tidak ada satu orang pun yang tahu seberapa dalam luka yang diderita ibu.
Ibu menangis dalam diamnya, mungkin tidak ditunjukkan dengan genangan air mata. Tapi yang jelas ibu meraung dalam hati, merasakan sakit yang luar biasa.