Chereads / A Boy and His Beloved Man(s) / Chapter 30 - Khawatir atau cemburu

Chapter 30 - Khawatir atau cemburu

Di kelas, Reno sedang termenung sambil melihat jam dinding. Waktu sudah menunjukkan pukul 14.40, yang berarti bel pulang akan berbunyi sekitar 15 menit lagi. Namun 15 menit terasa seperti 15 jam, karena waktu berjalan sangat-sangat lambat. Padahal di kelas sedang tidak ada guru yang mengajar alias jam kosong, cukup aneh karena seharusnya waktu berjalan cepat dan bukan melambat.

Hari ini bisa disebut sebagai hari yang cukup menyebalkan bagi Reno. Bagaimana tidak, kejadian hari ini benar-benar membuat ia pusing bukan main. Mulai dari dirinya yang kurang tidur, lalu bertemu dengan Sigit yang membuat moodnya turun drastis, lalu ia juga dikerubungi oleh cewek-cewek yang penasaran dengan Arsyad.

Remaja itu menghela napas gusar, tidak menyangka kalau Arsyad sepopuler itu di sekolahnya. Padahal baru saja dua hari Arsyad mengantar jemput Reno, tapi akun fanbase dengan nama 'cogandepansekul' sudah memiliki lebih dari 500 pengikut di sosial media.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan itu, Reno sendiri tidak mempermasalahkannya. Hanya saja isi dari akun itu adalah foto-foto Arsyad yang diambil secara diam-diam oleh murid sekolah, hal itu membuat Reno sedikit kesal.

Entahlah, Reno hanya berpikir kalau itu bukanlah sikap yang baik untuk mengambil foto secara diam-diam dan mempostingnya di sosial media. Setiap manusia juga butuh privasi, termasuk Arsyad dan juga dirinya. Ia yakin sekali, Arsyad akan sama risihnya dengan dirinya ketika cewek-cewek mengerubungi untuk menanyakan hal-hal yang tidak penting.

Tangan Reno mengetuk-ngetuk meja secara berirama, matanya masih terus menatap ke jam dinding menunggu waktu pulang.

Suara ketukan itu tentu terdengar jelas, terlebih ke orang yang duduk di samping Reno. Remaja yang sudah menjadi sahabat Reno itu menaikkan alisnya, menatap bingung dan penasaran kepada si pengetuk meja.

"Oi bestie, ada apa gerangan ini? Kenapa kamu gelisah sekali, bestie?" Yoga merangkul Reno, sambil bertanya dengan nada yang dibuat-buat seperti perempuan.

Reno menoleh ke Yoga, meliriknya sekilas dengan tatapan yang jijik. Yoga hanya tersenyum nyengir, ia melakukan itu hanya untuk candaan belaka. "Lama banget nih bel pulang, udah pusing banget gue" sahut Reno dengan wajah yang kesal.

Yoga melepas rangkulannya, ia meraih tas ranselnya dan memakainya. "Ya tunggu aja kali, bentar lagi juga bunyi."

Kriiiinggg...!!!

"Tuh kan gue bilang juga apa" ucap Yoga lagi ketika bel pulang sekolah berbunyi.

Seisi kelas langsung berlarian keluar untuk pulang. Reno dan teman-temannya sudah berdiri dan bersiap pulang, namun Yoga tetap duduk diam di kursinya sambil memainkan hpnya.

Saat yang bersamaan, Reno dan Icha menatap satu sama lain. Sebelah alis mereka sama-sama terangkat, menatap bingung ke arah Yoga yang masih duduk diam di kursinya.

"Nggak pulang lu Yog?" tanya Icha sedikit heran, karena biasanya Yoga selalu pulang paling pertama dibandingkan dengan yang lainnya.

"Nanti..." sahut Yoga santai.

"Mau ngapain sih lu? Kayaknya udah beberapa hari gue liatin lu pulang belakangan terus. Ada apaan sih? Penasaran gue" heran Jeki juga.

Karena empat pasang mata menatap ke arahnya, membuat Yoga sedikit gugup. "Eh, i-itu.." ucap Yoga terbata sambil menggaruk kepalanya. "Ma-mau wifian aja kok gue, hehe."

Reno memutar kedua bola matanya karena malas, ia tau kalau sahabatnya itu sedang berbohong. "Oke kalau lu mau main rahasia-rahasiaan dari kita, awas lu ya" ketus Reno. Lalu ia berjalan meninggalkan Yoga, ketiga temannya yang lain langsung mengikutinya dari belakang.

Sambil berjalan di koridor, sambil mereka berempat mengobrol-ngobrol kecil. Meski Koridor juga masih sangat ramai dengan murid yang berhamburan keluar, jadi mereka jalan agak lambat agar tidak berdesak-desakan dengan murid lainnya.

Terlihat Reno dan Icha seperti sedang berpikir, sementara Ridwan dan Jeki sedang ngobrol membicarakan gosip-gosip yang beredar di sekolah ini.

Icha menengok kiri dan kanan, melihat murid-murid lain yang berjalan juga menuju ke lantai bawah. Setelah ia rasa aman dan tidak terlalu banyak murid, akhirnya Icha buka suara karena ada hal yang mengganggu pikirannya.

"Ren" bisik Icha ke Reno. "Yoga mencurigakan nggak sih akhir-akhir ini?" tanyanya penasaran.

Reno menoleh ke Icha, menganggukkan kepalanya karena ia merasa demikian. "Iya, gue juga ngerasa begitu" sahut Reno.

"Apa jangan-jangan Yoga pacaran sama Kak Putra ya?" bisik Icha pelan dan hanya Reno yang mendengar itu.

"Ngawur lu" serga Reno. "Lagian lu tau dari mana?" tanya Reno balik.

"Kemaren pas ketemu Kak Putra, dia bilang lagi nunggu pacarnya di kelas kita. Padahal kan di kelas cuma ada Yoga doang."

"Ah, lu kayak nggak tau Kak Putra aja. Dia kan emang gitu, demennya bercanda."

"I-iya juga sih. Tapi ngeganjel aja gitu, penasaran gue."

Setelah mengucapkan itu, tanpa disengaja Icha dan Reno berkontak mata. Dari tatapan mata mereka, seperti ada komunikasi yang hanya diketahui oleh mereka berdua saja. Beberapa saat kemudian mereka berdua mengangguk-angguk, setuju dengan pembicaraan yang tidak pernah terucap itu.

"Yaudah, atur aja. Gue ngikut aja" sahut Reno yang sudah paham maksud Icha.

Sementara itu di luar sekolah, seorang pria tampan sedang dikerubungi oleh murid-murid perempuan yang sedang tergila-gila dengan ketampanannya. Sampai-sampai orang yang dikerubungi itu merasa stress dan pusing sendiri karena ditarik sana-sini.

Arsyad tidak mengira ternyata cewek-cewek seumuran Reno lebih agresif dibanding yang seumurannya. Padahal pas kemarin ia menjemput Reno murid-murid perempuannya tidak seganas ini, tapi kenapa hari ini berbeda.

"Om minta nomor teleponnya dong!"

"Om ayo ke rumah aku Om, mau aku kenalin ke calon mertua!"

"Om sosmednya dong Om! Mau follow nih!"

Semua pertanyaan itu terus-menerus keluar dari mulut murid-murid perempuan di sana, membuat Arsyad semakin malas berlama-lama. Ia celingukan mencari Reno yang tak kunjung keluar dari gerbang, sampai-sampai Arsyad kesal sendiri karena Reno lama sekali.

"Kamu ke mana sih Ren? Lama banget" batin Arsyad seperti menjerit. Tapi sayang, Reno tak kunjung muncul juga.

Niat Arsyad datang lebih awal sebelum bel pulang sekolah berbunyi adalah untuk menikmati jajanan sekolah yang mungkin saja bisa membuatnya bernostalgia ke masa-masa SMA dulu. Ia ingin sekali menikmati jajanan jadul itu atau mungkin memborongnya sekalian jika enak. Tapi terkadang ekspektasi selalu berbeda dengan kenyataan, seperti sekarang ini.

Kembali mata Arsyad melihat ke gerbang sekolah. Ia tidak menggubris murid-murid perempuan yang tergila-gila kepadanya, ia hanya menunggu Reno memunculkan batang hidungnya dan segera pulang dari tempat yang menjengkelkan ini.

Tepat 20 menit setelah bel pulang sekolah berbunyi, Reno dan keempat temannya sudah berada di gerbang sekolah. Namun dirinya terheran-heran, karena murid-murid perempuan ramai sekali seperti sedang mengerubungi sesuatu.

"Ada apaan nih? Rame amat" ucap Reno pelan.

Keramaian seperti ini tentu menarik perhatian orang-orang, termasuk dirinya. Karena penasaran, akhirnya Reno melihat apa yang sebenarnya dikerubungi oleh cewek-cewek itu semua.

Matanya sedikit melebar setelah mengetahui kalau Arsyad yang sedang dikerubungi. Secara reflek Reno langsung berlari menyusul ke tempat abangnya itu, ia menerobos puluhan perempuan yang menghalangi jalannya.

"Woi bubar woi!!! Pada ngapain sih lu narik-narik abang gue!!!" teriak Reno keras setelah sampai di samping Arsyad. Namun jawaban dari mereka malah jauh dari perkiraan.

"Kyah! Abang sama adek sama-sama ganteng!"

"Kalo nggak dapet adeknya, ya abangnya juga nggak apa-apa!"

"Nggak nyangka, ternyata jodoh orang secakep ini ya. Apa kabar jodohku?"

Sahutan demi sahutan ketika Reno dan Arsyad bersandingan terus keluar tidak berhenti-henti. Yang tadinya hanya Arsyad yang pusing, kini Reno menjadi ikut-ikutan pusing mendengar suara mereka semua.

Karena sudah tidak tahan lagi, akhirnya Arsyad menarik Reno agar remaja itu naik ke motornya. Reno kondisinya sama dengan Arsyad, akhirnya menurut dan naik ke motor. Tanpa berlama-lama, Arsyad melajukan motornya dengan kecepatan tinggi dan meninggalkan tempat itu dalam sekejap mata.

~ ~ ~

Sekarang Arsyad dan Reno sudah berada di rumah, lebih tepatnya mereka sedang berada di ruang makan. Selama perjalanan sampai sekarang, tidak ada satu dari mereka yang membuka suara. Karena itu juga suasana jadi hening dan cukup canggung, ditambah raut wajah Arsyad yang kesal membuatnya semakin parah.

Tak berapa lama, Arsyad menarik kursi di dekat Reno yang sedang duduk. Ia duduk tepat berhadapan dengan Reno, sampai-sampai kaki mereka bersentuhan.

Wajah garang Arsyad benar-benar membuat Reno panik dan juga takut, ini pertama kalinya ia melihat wajah tampan itu berubah menjadi menakutkan. Ia menundukkan kepalanya, karena tidak berani menatap mata Arsyad.

"Kamu ke mana aja Ren?! Kenapa lama banget keluar dari sekolahnya hah?!!!"

Suara keras Arsyad yang membentak membuat Reno terlonjak kaget. Kepalanya yang sudah tertunduk, semakin tertunduk lagi. Kini pandangan Reno hanya ke pahanya sendiri, ia tidak mungkin berani menatap langsung Arsyad yang sedang marah.

"A-abang ke-kenapa?" tanya Reno gagap.

"Kamu yang kenapa! Jawab pertanyaan Abang, kamu ke mana aja Ren?! Kenapa lama banget keluar dari sekolahnya hah?!!!" bentak Arsyad kepada Reno.

Reno menelan ludahnya, ia benar-benar bingung kenapa tiba-tiba Arsyad marah kepadanya. Ia berpikir apa ada kesalahan yang dilakukannya, tapi rasanya tidak. Masa iya Arsyad marah karena Reno keluar agak lama? Rasanya aneh kalau memang begitu.

"A-aku nggak ke mana-mana Bang, cu-cuma nunggu sekolah sepi aja" sahut Reno.

"Biar apa hah?! Mau ketemu guru kamu lagi?! Biar kamu bisa berduaan sama dia terus disetubuhin lagi gitu?!!!"

Ucapan Arsyad tentu membuat Reno mendongak dan menatapnya, ia cukup kaget dengan pertanyaan dari pria yang ada di hadapannya itu. Apakah Arsyad cemburu? Tapi itu tidak mungkin. Sepertinya ia hanya khawatir dan kesal karena menunggu terlalu lama hingga dikerubungi murid-murid perempuan yang menjengkelkan.

"A-aku nggak ng-ngapain sama Pak Sigit kok Bang, tadi pulangnya juga bareng sama Icha sama temen-temen aku yang lain."

"Jangan bohong Reno!!!"

Bentakan dari Arsyad itu sukses membuat mata Reno berair, ia tidak menyangka kalau Arsyad benar-benar membentaknya dengan sangat-sangat keras. Ia tau kalau Arsyad khawatir, namun bentakan itu benar-benar melukai hati kecilnya.

Dengan punggung tangan, Reno mengusap air matanya yang sudah menetes. Kepalanya tertunduk, lalu kedua tangannya mengepal di atas pahanya sendiri.

"A-aku nggak bohong Bang, demi Tuhan aku nggak bohong..." jawab Reno jujur sambil menatap teduh wajah Arsyad.

Suara isakan tangis dan air mata Reno membuat Arsyad menghela napas gusar, ia langsung memegangi kepalanya sendiri. Kenapa bisa-bisanya ia membentak Reno? Padahal ia sendiri yakin Reno paling tidak suka kalau dibentak.

Dengan segera Arsyad memeluk remaja yang sedang menangis di hadapannya itu. "Maaf Ren, maafin Abang. Abang nggak maksud untuk bentak kamu, Abang cuma khawatir sama kamu" ucap Arsyad penuh penyesalan.

Dipeluk oleh Arsyad, membuat tangisan Reno semakin menjadi lagi. Namun posisinya masih sama, ia masih belum berani membalas pelukan Arsyad itu karena masih takut.

Semua yang dipikirkan oleh Arsyad membuatnya tidak bisa berpikir secara jernih. Penjelasan dari Reno hari itu, membuatnya terus kepikiran sampai detik ini. Cerita tentang hubungan Reno dengan gurunya itu selalu sukses membuat Arsyad khawatir secara berlebihan, seperti sekarang ini.

Setiap kali memikirkan Reno dekat dengan gurunya, hati Arsyad gelisah seperti tidak ikhlas. Bahkan ketika Reno dekat dengan Bayu ataupun Danu, rasa yang sama selalu muncul meski lebih sedikit.

Arsyad sendiri tidak tau apa yang sedang dirasakannya saat ini. Apakah ia hanya khawatir dengan Reno, ataukah semua itu adalah rasa cemburu.

* * *