"selesai."
Rachel baru saja selesai memasukan kue di dalam keranjang untuk di letakan di kantin. Kali ini ia sangat bersemangat karena hari ini adalah hari pertama nya berkuliah. Tentu saja rachel sudah mempersiapkan semua nya dengan sangat rapi. Di mulai dengan baju apa yang akan ia kenakan dan kue-kue yang sudah di siapkan untuk di jual.
"Aku hanya perlu mencemaskan. Apakah bibi kantin bisa menerima kue ini." Gumam nya sendiri. Jujur saja kali ini sangat takut jika kue-kue nya tidak di terima. Bagaimana jika kue nya tidak di terima? Bagaimana rachel bisa bertahan hidup? Ia tidak ingin membebani paman nya untuk biaya kehidupannya bukan.
"Ah, tidak tau. Sebaiknya aku berdandan."
Rachel berkuliah di salah satu universtas Vnce. Dimana kampus itu adalah kampus yang banyak di pilih orang tua untuk anak-anak mereka untuk mendapatkan gelar sarjana. Kampus ini jua termasuk daftar paling berpengaruh dan soal biaya? Tentu saja kampus ini termasuk kampus termahal.
-
-
-
Sama di hari-hari biasanya. Vance melakukan pekerjaan nya sebagai di rektur perusahaan. Menghadiri pertemuan dnegan klien dari berbagai negara dan meresmikan proyek adalah pekerjaan nya. saat ini Langkah kaki sepatunya terdengar menggema. Beberapa karyawan yang melihat kedatangan bos nya langsung menunduk hormat dengan kedatangan pemimpin nya.
Wajah datar. Tidak menunjukan senyuman di wajah tampannya. Ia melewati mereka semua dengan angkuh dan tidak memperdulikan siapaun disekitarnya untuk menuju lift. "Hari ini pertemuan dengan Mr. Alex dari New York untuk membahas masalah departemen"
Langkah kaki Vance berhenti tiba-tiba. Ia membalik kan tubuhnya untuk menghadap sang sahabat. "Kau bilang padaku jika aku harus pergi ke Universitas untuk memberikan dana proyek disana---
"Aku tahu. Tapi, Mr.Alex memberukan kabar jika dia ingin meeting secepatnya di selesaikan." Jawab Leo.
"Lalu? Aku harus apa? membatalkan yang mana?" sorot mata Vance berubah seketika setelah mendapati kesalahan dari sang asisten.
POin pertama..
Vance tidak menyukai keterlambatan informasi dan acara yang mendadak. Ia sangat tidak menyukai hal-hal yang membuatnya pusing. Leo harus memberitahu informasi mengenai pertemuan paling lambat Dua hari sebelum acara di mulai.
"Katakan pada tuan Alex untuk melakukan rapat besok. Aku tidak bisa membatalkan kunjungan."
Vance melangkah masuk ke dalam lift dengan fraut wajah datar. Sedangkan leo menarik nafas. "huh, menyebalkan."
Ting
Suara ketukan sepatu mendominasi Lorong menuju ruang kerja nya. ia lalu berjalan lima Langkah sebelum sampai di depan pintu ruangan pribadinya. Ia berhenti di depan pintu, tepat dimana alat sensor.
Vance memasukan tangan nya di mesin sensor dan setelah 5 detik terdengar suara "klik". Saat ia mulai masuk ke dalam. Ponselnya berbunyi dan membuat vance langusng mengambil ponselnya dari saku celana nya. ia melihat nama sang ibu tertera di layar.
"Ada apa."
"Ibu dengar wanita itu kuliah---
Vance melangkah menuju kuris kerjanya sambilmemegang ponsel ddan mengarahkan nya di samping telinga. "Lalu?."
"Ya, kamu cari dimana dia berkuliah. Kalau perlu telusuri seluruh Universitas di kota ini untuk mencarinya."
Vance memutar bola mata nya malas. "Aku sibuk. Ibu, aku banyak pekerjaan."
"lalu? Sudah ibu katakan jika kamu harus mencarinya dimana pun sejak beberapa waktu lalu. Apa kamu tidak mengingatnya atau tidak melakukan nya?." Seketika suara Celina berubah sedikit berat. Vance bisa merasakan jika ibu nya sedang kesal dengan nya sekarang.
Vance menghela nafas. "Aku memang tidak mencarinya. Aku sibuk dan tidak ada waktu mencari Wanita yang bahkan tidak aku tahu wajah nya seperti apa."
"Kamu sibuk mencari Vera atau sibuk bekerja?."
Vance yang tadi tengah fokus dengan kertas di depan nya seketika terdiam. "apa kamu pikir ibu tidak tahu? Hm, bagaimana kita membuat kesepakatan. Anak ku."
"Kesepakatan?."
"Kamu bisa mencari Vera. Tapi kamu juga harus mencari Wanita itu. jika kamu sudah menemukan Wanita itu. kamu harus langsung menikahinya. Bagaimana? Kamu tau, Vance. Jika kita Sudha cukup malu karena kamu tidak menikah dengan Vera waktu itu. Nenek sudah membiarkan kalian dan memberi restu untuk kalian. Tapi apa yang kami dapatkan dari Wanita itu? dia menghilang begitu saja dan membuat nenek harus meneruskan perjodohan kamu dnegan Wanita sejak masa lalu."
Vance terdiam mendengar ibu nya memberitahu masa lalu nya. "nenek memberikan kalian restu karena dia percaya jika Cucu nya menemukan Wanita yang di cintainyaa dan tidak memaksakan kehendak nya untuk meneruskan perjodohan dari masa lalu. Tapi, untuk saat ini. Kamu harus menerima semua ini sekarang."
Suara celina begitu lirih menceritakan bagaimana mertuanya itu membiarkan Vance untuk menikah dengan Wanita lain. dan mengurungka niat untuk menjodohkan Vance dengan Wanita yang sudah ia janjikan sejak dulu.
Setahu Vance, Nenek akan memberikan restu pada nya dengan menikah Wanita yang ia cintai. Sayangnya semua itu hanya untuk membahagiakan Vance dan tidak memaksakan perjodohan nya. tapi sayangnya, karena Vera tiba-tiba menghilang. Itu membuat snag nenek Kembali dengan pendirian nya untuk menikahkan Vance dengan Wanita pilihan nya.
"baiklah—aku akan mencarinya."
"Benakah? Apa ucapanmu bisa di percaya."
"tapi dengan satu syarat." Ucap Vance.
"Katakan."
"Aku akan melakukan apapun yang di katakan nenek. menikah dengan Wanita itu. tapi,. Aku tidak bisa menghentikan pencarianku tentang Vera."
Celina tidak langsung menjawab dan Vance menunggu jawaban dari ibunya tentang persyaratan yang telah ia ajukan ." Baiklah, ibu akan memberitahu nenekmu."
Tutt
Vance menarik nafas nya panjang setelah memutuskan telpon. Ia memejamkan kedua mata nya dan menyenderkan tubuhnya di kursi. Sambil memijat pelipisnya yang tengah pusing. "aku tidak bisa menolak lagi. Mau bagaimanapun nenek sudah memberiku restu saat itu."
Vance tidak bisa menolak lagi atau menghindar. Mau bagaimanapun juga ia harus menikah dnegan Wanita pilihan sang nenek. setelah mendengar bagaimana snag nenek memilih untuk mengurungkan niat nya untuk membuat Vance Bahagia dengan Wanita pilihan nya sendiri. Dan saat itu juga sang nenek harus menanggung malu sebab vera, kekasih Vance tiba-tiba menghilang membuat Nenek Kembali dengan pendirian nya untuk menjodohkan sang cucu.
-
-
-
Di satu sisi Rachel sudah tiba dikampus dengan menggunakan sepeda kesayangan nya. banyak pasang mata melihat kedatangan nya. tidak, bukan karena menggunakan sepeda. Hanya saja ada sesuatu yang membuat rachel menjadi pusat perhatian.
Kaki nya melangkah menuju pintu. Beberapa kali ia mengetuk pintu dan tidak ada sahutan dari dalam dan membuat rachel memberanikan diri untuk membuka pintu ruangan itu dengan sedikit takut.
Dengan perlahan. Rachel masuk ke dalam ruangan itu dengan membawa satu wadah berisikan kue. "Permisi…"
Rachel perlahan masuk dan menutup pintunya. Hanya ada seseorang pria yang tengah berada di ruangan sambil fokus dengan layar laptopnya. Pria itu tidak menyadari kehadiran Rachel. "M-maaf----."
Pria itu menoleh setelah mendengar suara wanita. "Siapa?."