Bukankah di zaman sekarang tidak tren lagi di jodohkan?
Ya, itu lah yang di pikirkan Vance sekarang. Vance, yang sedang melamun memikirkan masa depan nya yang akan menikah dengan Wanita pilihan nenek nya.
Vance, yang masih dalam keadaan mencintai Wanita lain dan di bebani dengan ke inginan nenek nya yang ingin melihat nya menikah dengan Wanita pilihan nya sendiri membuat Vance tidak bisa berpikir jernih.
Setelah bertemu dengan Wanita yang kelak akan menjadi isteri nya itu. Vance tidak bisa menyembunyikan ke gelisahan nya dengan kedatangan nya. "Nenek akan menemui nya, apa yang harus aku lakukan." Gumam nya bingung. Jika Vance dulu bisa santai dan tidak terlalu memikirkan perjodohan, lain hal nya sekarang. Pasal nya Wanita itu sudah berada di depan nya dan sudah di ketahui seluruh keluarga nya.
Skip
-
-
-
Apa yang harus aku lakukan?
Aku bingung.
Mengapa tidak ada yang membeli jualan ku?
Aku sedang duduk di kursi tepat berada di taman untuk beristirahat. Kebanyakan para siswa-siswi sekarang sedang berkumpul untuk mengerjakan tugas kelompok atau pun hanya bersantai semata. Dan aku? Aku duduk di kursi dengan kue-kue di sampingku untuk ku jual.
"Tidak ada yang membeli." Gumam ku sedikit sedih. Aku melihat sekeliling memastikan ada yang akan tertarik, nyata nya tidak ada yang memperhatikan karena mereka sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing. Sampai aku melamun beberapa saat dan tidak menyadari jika ada seseorang pria tengah memanggil nama ku dan membuyarkan lamunan ku.
"Rachel…"
"Iya.. Pak Rafa"
Pria itu tersenyum. "Aku ingin membeli ini". Ucap nya sambil mengangkat beberapa kue di sebelah tangan nya.
Rachel melihat ke arah tangan Rafa yang memegang beberapa kue dan mulai menghitung berapa yang akan di bayar rafa. "Total nya 20 won, pak."
Rafa langsung mengambil uang dari dalam saku nya untuk di berikan kepada Rachel. "apakah cukup?."
Rachel mengangguk sambil tersenyum. "Terima kasih.."
Rafa lalu duduk di samping Rachel untuk memakan kue yang sudah ia beli pada anak murid nya ini. sedangkan rachel ia hanya diam dan membiarkan dosen nya ini duduk di sampoing untuk menyantap kue nya. mereka tidak saloing berbicara dan hanya diam.
Rachel sesekali melirik ke samping melihat dosen nya ini memakan kue buatan ya sendiri. Ada rasa ke khawatiran, takut jika kue nya tidak di sukai pria yang tengah duduk di samping nya ini.
Rafa membuka bungkusan kue dan melihat bentuk kue nya yang berbentuk kelinci. Tanpa basa-basi, ia memasukan kue itu ke dalam mulut nya.
"Bagaimana?." tanya Rachel tiba-tiba.
Rafa melirik ke arah Rachel yang tengah menutup mulut nya menggunakan tangan nya dengan mata yang melebar. "Ini enak.. kamu pandai membuat nya." Jawab Rafa dengan mulut yang masih di penuhi dengan kue.
Rachel menghela nafas. "terima kasih..Hm, jika makan, tidak boleh berbicara. Itu akan membuat perut mu kembung. Itu yang di katakan, Nenek." Setelah mendengar Rachel mengatakan itu. Rafa terdiam beberapa detik lalu terkekeh. Ia segera menelan makanan nya dan mengambil botol minum yang ia bawa sejak tadi.
"Iya, aku tidak tahu… lagipula, ada seseorang yang bertanya pada ku tadi, Dan aku harus menjawab nya."
Rachel menggaruk kepala nya tidak gatal setelah menyadari apa yang baru saja ia katakan. "Maafkan aku."
Rafa tersenyum. "tidak perlu meminta maaf, akan sangat canggung jika kamu meminta maaf---
Di saat mereka berdua sedang mengobrol. Ada seseorang pria sedari tadi melihat mereka dengan tatapan tajam. Ada amarah yang terpancar di kedua mata nya melihat Wanita yang akan menjadi isteri nya itu tengah duduk Bersama seseorang pria.
"Dia tersenyum, ya?." Gumam Vante sambil mengusap dagu nya beberapa kali. Entah mengapa tatapan Vante berubah saat melihat Rachel sedang dekat dengan seseorang pria. Padahal ia sendiri tidak mencintai nya.
Vante berjalan menuju Tempat di mana Rachel kini sedang duduk. Langkah kaki nya perlahan menuju calon isteri nya dengan aura yang tidak biasa. Beberapa orang melihat ke datangan nya tentu di buat terkejut dengan ke datangan di rektur muda itu.
Vante tidak peduli dengan bayak orang yang tengah melihat nya. Kedua mata nya masih fokus dengan objek yang membuat nya datang kemari. Sampai akhir nya ia kini sudah berdiri di depan Rachel.
"ikut dengan ku, Rachel." Suara itu, Rachel menatap pria di depan nya yang menganggap diri nya sebagai calon isteri nya beberapa waktu lalu. Rachel hanya diam dan tidak menjawab atau mengikuti ucapan Vante.
Melihat Rachel yanga masih diam tidak membuat Van te diam. Ia malah menarik tangan Rachel. "Ikut dengan ku."
"Lepaskan!." Berontak Rachel tidak ingin ikut. Ia masih bingung dengan Kakak dari teman nya ini. ia masih tidak bisa mengerti apa yang sekarang terjadi. Dan, mengenai tentang ucapan nya beberapa waktu lalu membuat Rachel takut.
"Maaf, Rachel tidak ingin ikut." Sahut rafa dan memegang tangan Rachel.
Vante mendesih menatap pria yang sudah berani menghalangi nya untuk membawa rachel . "Jangan menghalangiku dengan calon isteri ku." Sahut Vante langsung.
Rachel menggeleng menatap rafa. Sedangkan pergelangan tangan yang sejak tadi di pegang oleh Rafa langsung terlepas. "Tidak, Kenapa kau selalu menyebut ku sebagai calon isteri mu! Aku tidak mengenal mu!." Sahut Rachel memberanikan diri.
Vante terkekeh ."Ikut dengan ku dan kau akan tahu semua nya."
Vante melihat ekspresi wajah Rachel yang berubah. Dan mata nya berpindah melihat Pria yang tadi mencoba membantu Rachel kini hanya diam. Vance Bersmrik. "Seperti nya dia menyukai nya, sayang nya rasa sayang nya akan sia-sia." Batin Vante.
Sedangkan Rachel? Ia hanya diam memikirkan apakah ia perlu ikut dengan pria di samping nya ini? Tatapan nya snagat menyeramkan, rachel bisa merasakan jika pria yang memiliki nama Vante ini sedang marah sekarang.
Apakah Rachel harus percaya?
"Cepat, aku tidak ada waktu menunggu."
"b-baiklah, aku akan ikut."
"Bagus, cepat, aku tidak ada waktu untuk berlama-lama di sini." Vante meninggalkan Rachel tanpa menunggu. Ia berjalan tanpa menghiraukan siapapun dan hanya fokus untuk menuju mobil nya yang sedang terparkir di depan halaman kampus.
Rachel tidak mempunyai pilihan lain. ia harus menyelesaikan masalah yang membuat nya bingung dengan mengikuti apa yang di katakan Vante barusan.
Takut? Tentu saja, Untung saja Rachel percaya dengan Vante karena ia adalah saudara laki-laki Monica. Ia bisa mengandalkan kepercayaan itu untuk membuat nya percaya dengan perkataan Vante barusan.
"Cepat, Rachel---" Vante berbalik saat melihat Rachel tidak mengikuti nya. ia melihat jika Rachel sedang membereskan kue-kue nya.
"Sempat-sempat nya dia membereskan nya." Gumam Vante menggeleng kepala nya dan lebih memilih masuk ke dalam mobil mewah berwarna hitam itu. sebelum masuk, ia mengatakan sesuatu pada supir nya.
"kau paham betul apa yang harus di lakukan dengan kejadian ini kan?."