Vante tidak tahu kenapa Ibu nya tetap menyuruhnya untuk berkencan dengan Rachel, padahal ia sendiri tahu jika Vante tidak suka bertemu dengan nya meksipun rachel kelak akan menjadi isteri nya. Di paksa untuk menjembut Rachel dan akan berkencan adalah hal yang paling di benci Vnate selain pernikahan, pria itu masih terluka hati nya akibat Vera yang meninggalkan nya tanpa ada kejelasan.
"Masuk," Suruh Vante saat Rachel masih berdiri dari luar mobil. Vante Kembali menatap calon isteri nya dengan tatapan Menusuk.
"Masuk kata ku."
"Aku tidak akan masuk jika aku tidak meminta maaf."
Vante mengkerutkan alis nya bingung ." minta maaf? Untuk apa?." Tanya nya bingung.
Rachel memutar bola mata nya malas. "Saat pertama kali kita bertemu, kau menghina diriku dan kue-kue ku, Apa kau tidak ingin meminta maaf padaku?."
Vante mendesih, ia melepaskan pegangan nya yang sejak tadi siap untuk menyalakan mobil nya. "Kau dendam padaku, Ya?"
"Siapa yang tidak sakit hati saat di hina? Kau juga pasti tidak menyukai hal itu…
"Jangan merusak suasana hatiku dengan mengingat kejadian itu, Rachel. Sebaik nya kau masuk sekarang…
Oh, Apa ini, bukan kah seharusnya Rachel lah yang sekarang dalam keadaan tidak baik? Harus Bersama dengan seorang pria asing dan pria yang menghina nya?.
"Tidak, kau harus minta maaf, kau tidak tahu kenapa aku sangat keras kepala sekarang, karena ucapan mu waktu itu sama saja---
Vante menarik nafas kasar. "Aku bilang masuk, Rachel! Apa kau akan berdiri di luar saja sepanjang malam? Aku ingin menyelesaikan semua nya dengan cepat dan Kembali tidur, kau merusak suasana hati ku saja dengan meminta ku meminta maaf,"
Melihat jika Vante sedang dalam suasana hati tidak baik-baik saja, Rachel membuka pintu dan masuk ke dalam mobil dengan tergesak-gesak. Melihat Rachel yang Sudha masuki, Vante dengan cepat menyalakan mesin mobil nya dan meninggalkan perkarangan rumah Rachel dengan cepat.
Rachel terdiam melihat Vante yang terlihat begitu emosional. "Sepertinya aku salah—" batin nya sambil menatap Vante yang sedang fokus menyetir.
Merasa di perhatikan, Vante membuang nafas nya perlahan. "maafkan aku, kejadian yang di taman. Aku minta maaf karena sudah menghina mu dan,ya Kue-kue mu itu--- "
Deg
Tiba-tiba?
Mengapa?
"hm, Ak---
"Aku sudah mengatakan nya, tidak pedui jika kau memaafkan atau tidak,"sambung nya lagi membuat ku jengkel. Setelah Vante mengatakan hal itu, seketika hening, tidak ada yang berbicara. Jika vante fokus menyetir. Lain hal nya dengan Rachel yang melihat banyak bangunan-bangunan tinggi di luar kaca mobil nya. tangan nya menekan satu tombol dan membuat kaca mobil turun dan membuat angin menerpa wajah mulus Rachel. Aku mengeluarkan kepala ku dari pintu mobil.
Saat Rachel sedang menikmati Angin yang sedang menyentuh kulit nya, Vante tiba-tiba menarik Kepala ku. "akh!!
"Apa kau ingin kehilangan kepala mu!."
"Aku hanya ingin menikmati angin----
"kau akan masuk angin, aku tidak mau harus di salahkan jika kau masuk angin karena berjalan-jalan dengan ku!."
Aku hanya diam dan tidak menjawab apapun yang keluar dari mulut Vante, Rasanya aku baru saja di marahi oleh seorang ayah. Beda nya jika seorang ayah akan memperingatinya, lain hal nya dengan Vante yang melontarkan kata-kata sedikit menjengkelkan.
Aku yang sudah mengeluarkan jati diriku sebenarnya pada vante justru tidak mendapat hasil apapun. Aku Sudha mengeluarkan apapun yang ebenarnya aku sembunyikan pada orang asing. Tentu nya sifat sopan ku dan gaya berbicara ku yang berbeda.
Sekarang, Vante memberhentikan mobil nya di sebuah restoran, aku melepaskan sabuk pengaman dan keluar dari mobil, aku pikir Vante akan membuka kan pintu untuk ku seperti para pria yang lain nya pada pasangan nya. ternyata aku terlalu berekspetasi terlalu tinggi membayangkan hal itu, meskipun aku tahu dengan siapa sekarang aku harus berhadapan.
"Ayah menyuruhku membawamu kemari, dia sudah menyiapkan semuanya." Ia lalu menoleh pada ku, menatapku dari atas sampai bawah. "Aku baru sadar, kenapa kau memakai pakaian seperti ini, Ini akan membuat drajatku turun." Ucapnya menyakiti hatiku lagi. Kenapa pria ini suka sekali menyakiti hati Wanita? Aku yakin jika bukan hanya aku saja yang di perlakukan seperti ini.
"Kenapa? Bagus kok, Ada apa emangnya, malu ?." Tanya ku sudha tahu isi pikir Vante.
"kau seharusnya tahu dengan siapa kau akan menikah, kau harus merubah gaya penampilan mu, apa kata orang-orang nanti nya jika mereka tahu seorang pengusaha seperti ku Bersama dengan seorang gadis culung sepertimu."
Culung katanya? Asalkan dia tahu, aku sekarang memakai baju casual seperti para Wanita pada umumnya, tidak ada yang berubah dalam penampilan ku. penampilan ku masih bisa di terima dan cocok untuk berkencan.
"Bukan kah perkataan di mobil tadi sudah cukup membuat mental ku jatuh? Sekarang kau menyebutku culung dengan penampilan ku sekarang, kau mau aku memakai apa? gaun Panjang yang ketat dan menghias wajah ku dengan make up tebal seperti Wanita itu," Tunjuk ku pada seseorang Wanita yang kebetulan berada di dekat mereka dengan makeup tebal di wajah nya. "Jika kau ingin aku berpenampilan seperti itu. maka aku akan meminta maaf terlebih dahulu karena mengatakan hal ini padamu..
"Jika aku tidak bisa mengubah jati diriku dengan mengubah penampilan, jika kau mencari Wanita seperti itu. maka nikahi saja dia agar kau tidak malu membawa nya saat berjalan-jalan.."
"Kenapa kau menikah denganku"
Vante diam memperhatikanku dengan sorot mata tajam ."Jadi, seperti ini kau sebenarnya? Aku pikir kau gadis yang lugu karena tinggal di desa, tidak ku sangkau berbeda." Vante melangkah mendekati rachel dengan wajah yang masih sama, Datar.
Masih dengan wajah seriusnya, Vante menghadapkan tubuh nya ke arahku. "Juju raku benci mengatakan hal ini, bahwa aku snediri tidak ingin menikah dengan kamu, ada gadis yang aku cintai sejak dulu dan sampai sekarang. Dan untuk pertanyaan mu barusan."
"Lalu kenapa kau tidak menolak? Dua orang, dua orang tidak menyukai perjodohan ini. dan kenapa kau menerima nya jika tidak ingin menikah. Ini hidupmu dan kau mempunyai hak untuk menetukan kebahagianmu sendiri. Kau sudah dewasa,"
Aku tidak tahu kenapa aku mengatakan hal itu pada nya, tapi aku ,merasa harus mengatakan nya untuk bisa membatalkan pernikahan ini. aku tidak mau menikah dengan seseorang pria yang mencintai orang lain saat kami sudah menjadi sepasang suami isteri.
Vante perlahan melangkah maju, jarak kami semakin tipis, Jantung ku berdetak kencnag saat melihat wajah vante sudah berada di depan nya dengan jarak yang cukup dekat. Aku bisa merasakan nafas nya menyentuh wajah ku. pria itu menatap manik mataku lekat ."Sebaiknya kita masuk,"
Vante menjauhkan Wajah nya dan masuk tanpa mengatakan apapun setelahnya.
"woah, apa itu tadi? Kenapa sangat mendebarkan." Gumam ku setelah beberapa menahan nafas beberapa detik saat vante mendekatkan wajah nya.
"Ngomong-ngomong, kenapa dia tidak merespon ucapanku tadi?."