Malu karena masuk ke ruangan yang salah? Ya, Itulah yang tengah di alami Rachel. Ia tidak sengaja memasuki ruangan yang salah. Mungkin karena terlalu gugup atau terlalu bersemangat tanpa melihat ruangan pribadi salah satu dosen.
"Maaf, sepertinya kamu salah masuk."
"a-apa?." Tanya Rachel gugup.
Pria itu tersenyum. Ia berdiri dari kursi kerja nya dan menghampiri Rachel yang tengah berdiri dengan ekspresi terkejut. "Baru masuk?." Tanya pria itu lembut.
Rachel mengangguk. "I-iya. Aku baru masuk." Jawab rachel gugup. Bagaimana tidak ia tidak merasa gugup sekarang. Sudah salah memasuki ruangan salah satu dosen sekarang ia harus malu dengan pria yanga kini berdiri di depan nya tengah mengukir senyuman manis di wajahnya.
"ah, kamu pasti diminta masuk ke ruangan tuan Lee untuk menentukan kelasmu kan? untuk sekarang beliau tidak bisa datang karena ada acara keluarga. Hmm, boleh aku lihat kartu pelajarmu? Siapa tahu, kau masuk kelasku."
Rachel bergegas mengambail tanda pengenalnya. Ia meletakan wadah kue nya di lantai untuk mempermudah nya untuk mencari apa yang sekarang di pinta pria di depannya sekarang. "I-ini."
Pria itu tersenyum dan mengambil tanda pengenal dan memeriksanya. Tanda mengenal yang tentu berbeda dengan kartu pelajar lain nya. kartu ini di adalah kartu khusus yang hanya di miliki siswa-siswi yang berkuliah di universitas ini.
"Kamu memang masuk di pelajaran aku hari ini. Rachel." Pria itu tersenyum manis sembari mengembalikan kartu putij it uke rachel. "Hm, dan apa yang kamu bawa itu?." Tunjuknya di sebuah wadah kecil persegi kotak.
"di dalamnya ada kue. Aku mau menjualnya di kantin. Hm, apakah boleh aku meletakan kue-kue ku di kantin?." Tanya Rachel dengan mata berbinar.
"Tentu, sebelum itu kamu harus berbicara dengan bibi untuk meminta persetujuan. Mau bagaimanapun dialah pemilik kantin kampus ini."
Rachel mengangguk Bahagia setelah mendengar ucapan sang dosen. "Ngomong-ngomong. Kamu tidak bertanya nama ku?."
"Ahh, Siapa nama anda. Pak dosen?." Tanya Rachel dengan antusias.
"Panggil saja aku Rafa. Tidak usah memanggilku Pak jika di jam istirahat."
Boleh aku berkata jujur?
Melihat Cara Pak Rafa. Ah tidak, maksudku Rafa berbicara membuat hatiku sejuk. Dia mengucapkannya dengan lembut dan selalu tersenyum di depanku Dan poin plus nya adalah wajah yang tampan.
"Hm, baiklah Rachel. Kamu bisa membawa semua kue-kue mu ke kantin. Sepeluh menit lagi aku akan mulai mengajar. Kau boleh pergi sekarang."
Rachel mengangguk lalu meninggalkan ruangan itu. setelah menutup pintu, Rachel sedikit menjauh untuk mengatur nafasnya yang sudah sangat sesak waktu berada di dalam sana. "Kau bodoh, Rachel. Untung saja kamu masuk ke ruangan yang tepat. Jika tidak, entah bagaimana nasipku."
"Sebaiknya aku ke kantin dan meminta persetujuan bibi kantin. Sepuluh menit lagi pak Rafa bakal masuk. Dan saat itu pula itu adalah pelajaran pertamaku saat berkuliah."
Rachel beranjak pergi sambil membawa kotak berisi kue-kue nya. banyak pasang mata yang melhatnya dengan tatapan bingung. Ya, Rachel tau apay tang sedang mereka pikirkan.
"aku tidak akan malu jiak seperti ini. yang harus ku malu kan jika aku tersanjung dan jatuh di depan orang banyak. Oke, Rachel—kau tidak akan malu." Gumam nya sendiri menuju kantin
Belajar di salah satu universitas terkenal yang mayoritasnya adalah orang-orang kaya adalah suatu kebanggaan. Meskipun ia tahu apa yang akan ia dapatkan dengan berkuliah di sini dengan keadaan statusnya. Akan membawa kue setiap harinya tentu akan membuat banyak orang yang memperhatikannya. Aku bisa merasakan apa yan akan terjadi kedepannya.
Tentu aku sudah siap!
-
-
-
Kadang-kadang Vance juga berpikir tentang perasaannya kepada Vera.
Kenapa bisa secinta ini?
Kenapa bisa sekuat ini?
Setiap kali pemikiran itu muncul, Vance selalu mengingat Kembali bagaimana pertemuannya dengan Vera. Bagaimana Vera bisa menjadi sosok yang selalu menengkan hatinya dan mampu membuatnya berubah. Sifat Vera memang tidak seperti Wanita pada umumnya. Ia cenderung memiliki sifat Wanita-wanita yang menyukai angin malam.
Kalian ngerti bukan maksudku?
Meski begitu, Sifat Vera yang dewasa ,pengertian. Mungkin karena hal itulah Vance sangat mencintai Vera meski sifat Vera yang dikenalnya sangat liar pada waktu malam. Ya, Vera adalah Wanita malam. Vera bekerjamenjadi Wanita penghibur. Bukan untuk melakukan hal yang kotor. Hanya menemani para pria kaya yang bekerja seharian dan membutuhkan waktu bersenang-senang.
"kau serius?!."
Vance memutar bola matanya malas. "Apa wajahku tidak terlihat serius?." Tunjuk vance ke wajah nya sendiri.
"Bagaimana kau bisa berubah secepat ini? maksudku, kenapa kau mau menikah dengan Wanita pilihan nenek mu setelah sekian lama kau menolaknya."
Leo tidak mengerti dengan Vance yang tiba-tiba menerima menikahi Wanita yang di jodohkan Nenek nya setelah sekian lama menolah untuk di jodohkan. Tentu saja Leo sangat tahu jika Vance sangat mencintai Vera dan bahkan sampai saat ini dia mencari keberadaannya.
"Aku mengajukan persyaratan ke ibuku."
Leo mengangkat alisnya. "Syarat?."
"Ya, aku akan menikahi Wanita sesuai keinginan Nenek. tentu aku mengajukan syarat."
"Aku akan menikah dengan nya. tapi, aku juga akan tetap mencari Vera dan tidak boleh ada yang memprotes denga napa yang aku lakukan. Dan----
Vance menatap Leo serius. "Aku juga akan menikahinya jika tidak ada hal yang mengganggu."
Leo terdiam beberapa detik setelah Vance memberitahunya. Ada rasa khawatir yang tengah ia rasakansetelah Vance mengatakan nya ."Bagaimana dengan Wanita itu? dia sudah menjadi isterimu. Bagaimana mungkin kau akan menikah lagi. Kau tahu apa yang akan di rasakan nya?."
Vance terkekeh. "kau mengkhawatirkan nya?.
Vance lalu tertawa ." Kau bisa memiliknya,Leo."
"apa kau tidak kasihan dengan nya? pikirkan bagaimana perasaan Wanita itu, Vance."
Leo sangat tahu apa yang akan terjadi dengan kehidupan Wanita yang akan menjadi isteri Vance. bisa di bayangkan apa yang akan di dapatkan Wanita itu jika menikah dnegan vance. Akan hanya ada rasa kesakitan di dalam hidupnya. Tidak di cintai suami dan tidak di inginkan keberadaan nya di dalam hidup Vance adalah hal yang akan menyakitkan Membayangkan nya saja usdah membuat Leo khawatir.
Vance melihat raut wajah Leo sedang memikirkan sesuatu membuatnya terkekeh. "Jika kau kasihan dengan nya.menikahlah dengan nya--- agar aku tidak menyakitinya." Vamce terkekeh tanpa ada rasa kasihan sedikitpun dengan Wanita yang akan di jodohkan dengan nya itu
.
"Kau bahkan tidak tahu seperti apa wanita itu. Nama? Kau bahkan tidak tahu siapa Namanya." Sahut Leo tiba-tiba.
Vance terdiam beberapa saat. Ia lalu menatap luar kaca mobilnya dengan mendesih.
"diamlah, Leo--- jangan memuat masalah hari ini aku tidak ingin berdebat apapun denganmu untuk sekarang ini."