"APA?!" Sandra memekik keras.
Mendengar ucapan Kakak Monica barusan membuat Siapa saja yang mendengarnya sedikit terkejut.
Seketika mulut Rachel terbuka lebar. Bahkan Monica takut rahang nya akan lepas sampai ke lantai. Rachel masih melebarkan mata nya, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Sementara Vance langsung menyentuh pundak Rachel, hingga Rachel tersadar dan langsung menutup kembali mulutnya, berusaha kembali bersikap normal.
"A-apa yang kau katakan barusan?!." Tanya Sandra. Jika di banding dengan Rachel, Sandra lah yang sangat terkejut . Berbanding terbalik dengan Rachel yang hanya melotot kan matanya karena terkejut.
Vance tidak menjawab pertanyaan Sandra dan hanya fokus pada wanita yang akan menjadi isterinya ini nantinya. Kedua mata Vance meneliti apapun yang menarik perhatian nya pada gadis di depannya sekarang ini. "Sangat jelas jika kamu disini tidak terurus. Lihatlah ini, bukankah ini daun kering?." Vance mengambil daun yang menempel di antara rambut Rachel dan mengambilnya menggunakan tangan nya.
Sontak Rachel membeku dengan tindakan Pria di depan nya saat ini yang dirinya sendiri tidak tahu siapa.
Aku hanya tahu pria di depan nya sekarang adalah Saudara laki-laki Monica…
"Singkirkan tanganmu dariku!." Rachel menghempaskan tangan Vance dan kembali merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.
Vance terkekeh ." Tidak pantas kamu seperti itu pada calon suamimu, Rachel."
Deg
Suami? Apakah pria di depannya sekarang ini gila? Kenapa tiba-tiba ia mengatakan jika dirinya adalah calon suamiku? Aku bahkan tidak mengenalnya dan kami hanya dua kali bertemu. Dan pertemuan kami tidak berjalan dengan baik.
"Rachel bagaimana?." Tanya Monica dengan mata berbinar.
"Apa yang kalian katakan sih?! Aku sama sekali tidak paham,"
"Benar.. apa yang kalian bicarakan saat ini? Dan kau, Calon isteri? Apa semua ini?!." Tanya Sandra yang juga bingung.
Vance menghela nafas. Tidak ada waktu dan ia tidak ingin membuang waktunya dengan pembicaraan seperti ini. Vance lalu merangkul Pundak Rachel ." Dia calon isteriku, dia akan menjadi keluarga kami. Jadi, tolong berhenti untuk membuang waktuku." Rachel melebarkan mata.
Dalam hati, Rachel masih mencerna semua yang baru saja di katakan pria di sampingnya yang tengah merangkulnya ini.
"Apa-apan ini? Kenapa aku harus menjadi isterimu?."
"Itu sudah di tentukan." Vance terkekeh melihat wajah kesal Rachel di depannya. Batinnya, pertama kalinya ia mendapatkan tatapan yang menunjukan ketidak sukaa nya terhadap dirinya.
"Sudahlah! Aku ingin pergi ke kelas!."
Rachel meninggalkan mereka bertiga kesal. Disisi lain ia sangat malu dengan kejadian tadi. Dan di sisi lain ia bingung dengan ucapan Saudara dari Monica itu.
"Rachel! Tunggu—-."
Teriak Sandra menyusul.
"Kenapa kakak mengatakan ini dengan cepat! Rachel pasti bingung sekarang!." Monica lalu meninggalkan Vance dan menyusul kedua sahabatnya itu.
Sedangkan Vance hanya Diam dan menggidik bahunya ." Aku tidak peduli." Gumamnya lalu melangkah dan meninggalkan tempat itu dengan ekspresi datar.
-
-
-
-
Celina sedang menyiapkan makan malam ketika Monica pulang ke rumah. Gadis itu langsung berlari masuk ke kamarnya, tanpa berkata apa pun untuk sekedar menyapa ibunya.
Tidak biasanya.
Melihat hal itu, Celina langsung meninggalkan semua yang ia kerjakan di dapur dan bergegas mengejar putrinya itu. Namun langkah nya berhenti ketika Monica menutup pintu kamarnya dan terdengar suara mengunci pintu dari dalam kamar. Tak lama setelah nya, Vance muncul dan berjalan melewati ibunya dengan ekspresi datar.
Vance akan menginap di rumah orang tuanya malam ini.
"Apa kalian bertengkar lagi?." Tanya Celina penasaran. Pasalnya, jika Monica seperti ini sudah di pastikan Ia bertengkar dengan Seseorang. Dan itu adalah Vance.
Vance menghembuskan napasnya kasar, berusaha untuk tenang. "Aku sudah melakukan apa yang kalian inginkan, Dan dia, perempuan yang sedang kesal itu marah denganku karena pertemuanku dengan wanita itu tidak tepat." Suara Vance meninggi dan mengarahkan kepalanya ke kamar Monica.
"Benarkah? Lalu, bagaimana ekspresinya." Tanya Celina penasaran dengan ekspresi wajah calon menantunya itu. Ia bahkan melupakan putrinya yang kini kesal dan mengunci diri nya di kamar.
"Aku ingin mandi." Vance meninggalkan Ibunya tanpa menjawab pertanyaan. Tentu, Vance tidak menyukai percakapan ini.
"Ya, Vance!."
Teriak Celina dengan pertanyaan nya yang tidak di jawab Vance.
-
-
-
-
-
- [ ] Di kamar bernuansa pink dan di penuhi dengan boneka beruang di kasurnya. Wanita pemilik kamar itu kini sedang duduk di samping jendela memikirkan sesuatu yang menggangunya sejak pagi.
Rachel, ia kini sedang memikirkan hal yang baru saja menimpanya. "Apa dia gila? Kenapa menyebutku sebagai calon isterinya." Gumam nya memikirkan Pria yang menyembutnya sebagai calon isterinya itu. Dia adalah Vance, pria yang bertemu dengannya di kamar dan menghina kue-kuenya. Sekaligus Saudara dari Monica itu.
Rachel memiringkan kepala nya menyatu dengan Tembok di sampingnya. Memikirkan sesuatu yang membuat kepala nya pening. Ia menyandarkan punggungnya ke tembok, sambil fokus melihat langit-langit malam yang dipenuhi bintang.
Mendadak Jantung nya berdebar kencang membayangkan wajah Vance yang tiba-tiba terlintas di bayangan nya.
Gila.
Kenapa sangat mendebarkan?
"Tidak, tidak. Kenapa kau wajah pria itu ada dibayangkan ku?." Gumam nya sambil menggeleng-gelengkan kepala nya dan memukul pipinya menyadarkan.
"Dia pasti bercanda…
Rachel menggigit bibir bawahnya memikirkan sesuatu. Ada hal yang membuatnya cemas sekarang ini. Tiba-tiba bayangan wajah sang nenek dan paman nya terlintas di benak nya.
"Aku akan menelpon paman besok, dan menanyakan hal ini—- ada yang tidak beres."
-
-
-
"Ini mengkhawatirkan".
Wanita paruh baya yang tengah duduk tegap itu menatap cucunya yang tengah duduk tak jauh darinya sembari memandangi neneknya yang menatapnya tajam saat ini. Tidak hanya Vance dan Nenek Kim, ada juga Celina yang tidak pernah berpisah sedikitpun dengan sang mertuanya itu.
"Apa lagi yang di katakan ibu?" Ungkit Vance lagi. Ini sekaligus menjad alasan mengapa Vance ada di rumah orangtuanya saat ini. Itu semua terjadi hntuk membahas hal ini.
Nenek Kim menarik nafas ." Dia mengkhawatirkan Cucunya tentu saja. Kau mungkin bisa mempercepat pernikahan dengan nya. Tapi, Apakah wanita itu sudah tahu siapa kamu, Vance?.
"Nenek sudah tahu bagaimana rupa nya, dia begitu dewasa dan sangat cocok buat kamu, Vance." Nenek Kim membahas Sosok wanita yang akan menjadi teman hidup Cucu nya ini.
Vance menarik nafas berat. "Aku sudah bertemu di kampus, Monica. Aku menerimanya menjadi isteriku—
"Jadi, kamu menyukainya?." Tanya Celina bahagia.
"Tidak," sahut Vance datar.
Masih dalam perasaan yang tidak menyukai dengan perjodohan ini. Vance menjawab apa yang ada di hatinya sekarang. Mengatakan yang memang ia rasakan.
"Bawa Rachel kemari, Nenek akan membuat kalian berdua menikah secepatnya."