Keputusan
"Apa ini keinginanmu?!" tanya Altea pada Clarinda dengan nada menyelidiki.
"Iya—ini semua sudah keputusanku, aku harap kau pun bisa mengambil keputusan untuk memulai hidup baru," Clarinda menjawab sembari terus melihat wajah sang adik.
Altea menatap sang kakak lalu mengatakan belum waktunya untuk berhenti dari pekerjaan ini. Sebelum dia menemukan pembunuh ayah dan ibu dan Calrinda tahu tidak bisa menghentikan apa yang menjadi tujuan dari sang adik.
Dalam benak Clarinda berkata jika dirinya masih terus mencari pembunuh ayah dan ibunya. Akan tetapi, dia kembali berpikir jika dirinya terus larut di dalam dendam itu mungkin sisa hidupnya tidak akan pernah tenang.
"Altea—kau dipanggil oleh pimpinan!" Mika berakta pada Altea yang terlihat masih ingin bicara Clarinda.
"Pergilah—mungkin pimpinan ingin memberimu misi baru!" Clarinda berkata pada Altea agar sang adik bisa melepaskan dirinya dengan cepat.
Altea pun pergi, dia masih menatap sang kakak dengan lekat lalu dia membalikkan tubuhnya dan pergi meninggalkan Clarida. Dalam benak sang kakak bertanya-tanya apakah sang adik marah padanya. Karena Clarinda sudah memutuskan semua itu tanpa memberitahukan pada Altea terlebih dahulu.
"Sayang, apa kau sudah selesai?" Don bertanya pada Clarinda dengan lembut sembari memeluknya dari belakang.
Clarinda tersenyum lalu mengatakan jika semuanya sudah selesai. Setelah hari ini baik dia atau Don akan meninggalkan dunia yang sudah sangat membantu mereka dalam menyelesaikan semua masalah. Baik itu masalah ekonomi atau lainnya.
Don berkata pada Clarinda jika dirinya akan membawanya ke sebuah kota yang di mana tidak ada yang mengenal mereka berdua. Dia tidak ingin ada seseorang yang mengenali wanitanya sebagai wanita bayaran.
"Apa kau menyesali semua keputusan yang sudah diambil?!" Don kembali bertanya pada Clarinda.
"Apa kau meragukan kesungguhanku, Sayang?!" Clarinda balik bertanya pada Don sembari tersenyum dan memegang tangannya.
Don tersenyum lalu membisikkan sesuatu yang membuat Clarinda terkekeh. Setelah semuanya selesai mereka pun pergi meninggalkan basecamp dan kembali ke rumah untuk melakukan sesuatu yang hanya bisa mereka lakukan bersama.
Setibanya di rumah, Clarida melihat sekeliling ruangan. Ini adalah rumah yang sudah menjadi saksi kisah cinta mereka berdua, dia berkata dalam hatinya. Dia berharap jika semua kebahagiaan ini akan berlangsung hingga maut memisahkan mereka berdua.
Clarinda di peluk Don dari belakang dan pria itu membisikkan sesuatu di telinganya. Apa yang dibisikkan Don membuat Claridan semakin mencintai pria itu, dia melepaskan pelukannya lalu membalikkan tubuhnya.
Mereka berdua saling memandang dan akhirnya mereka pun saling berciuman. Tangan Don mulai berjalan menyapu setiap lekuk tubuh Clarinda, tanpa di sadari pakaian yang dikenakan oleh Clarinda terjatuh di atas lantai.
"Aku begitu mencintaimu, Sayang," Don berkata dengan lirih.
Don menggendong tubuh Clarinda lalu berjalan menuju kamar, dia menghempaskan tubuh wanitanya itu dengan lembut ke atas tempat tidur. Dia menatapnya dengan lembut, Don pun mulai melepaskan satu persatu pakaian yang menempel di tubuhnya.
Terpampang jelas tubuh Don yang begitu menggoda, tidak sia-sia dia banyak berolahraga dan berlatih bela diri. Dia tersenyum, Don tahu apa yang sedang ada di dalam pikiran Clarinda saat melihat tubuhnya itu.
Don mendekatkan tubuhnya, bibirnya mencium dengan lembut bibir Clarinda. Tangannya berjalan di setiap lekuk tubuhnya dan berhenti di bagian kedua puncak kenikmatannya. Tangannya bermain di sana sehingga Clarinda menggeliat dan dia begitu menikmatinya.
Ciumannya berhenti tetapi dia melanjutkannya dengan mencium setiap inci tubuh Clarinda. Setiap sentuhan dan ciuman yang dilakukan oleh Don membuat Clarinda menggeliat dan melenguh.
"Aku menyukai suara lembutmu itu, Sayang." Don berkata dengan lirih.
Dia pun mengatakan jika setiap kali melihat tubuh Clarinda menggeliat ditambah dengan lenguhannya. Semua itu bisa membuatnya semakin bergairah dan ingin memberikan yang lebih lagi pada wanita yang sebentar lagi akan menjadi istrinya itu.
Tangan Don yang sedari tadi berjalan lembut di tubuh Claridan akhirnya berhenti di area kewanitaannya. Jarinya pun bergerak dengan lembut di sana sehingga membuat Clarinda kembali melenguh dan menggeliat.
"Kau sudah siap, Sayang?" tanya Don yang merasakan jika sang wanita sudah hampir mencapai titik klimaks.
Don pun memasukkan kejantanannya perlahan ke dalam area kewanitaan Clarinda dan dia menggerakkan tubuhnya perlahan maju-mundur. Gerakannya pelan tetapi semakin ke sini dia mempercepat gerakannya sehingga membuat Clarinda mencengkeram kain yang menempel di atas tempat tidur.
Buliran keringat sudah membasahi tubuh mereka dan mereka pun akhirnya mencapai titik klimaks bersamaan. Setelah selesai dengan semua yang dilakukan Don akhirnya merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur tepat di samping Clarinda.
"Aku harap kita akan selalu bersama," gumam Clarinda lalu memeluk Don dan dia pun berusaha untuk mengistirahatkan tubuhnya.
***
Don mengecup kening Clarinda dengan lembut dan itu membuatnya membuka kedua matanya. Clarinda melihat ruangan yang begitu gelap dan itu menandakan jika hari sudah malam. Lampu kamar pun menyala setelah Don menyalakan lampu yang ada di dalam kamar.
"Apa kau mau makan malam di luar?" Don bertanya pada Clarinda dengan lembut.
"Boleh," jawab Clarinda singkat.
Don pun berdiri dia mengulurkan tangannya seraya mengajak Clarinda untuk ikut dengannya. Clarinda menerima uluran tangannya dan dia langsung menggendong wanitanya itu lalu berjalan menuju kamar mandi.
"Aku akan membantumu untuk membersihkan diri," Don berkata dengan lembut.
Setelah selesai melakukan rutinitas membersihkan diri mereka pun bersiap untuk pergi makan malam. Ponsel Clarinda berdering dan dia langsung mengambil ponselnya lalu melihat siapa yang menghubunginya. Dia melihat nomor Altea, tanpa berpikir lagi dia mengangkatnya.
Clarinda mendengarkan apa yang dikatakan oleh sang adik yang ada di seberang telepon. Sang adik memintanya untuk bertemu sebab dia ingin membicarakan sesuatu yang sangat penting. Setelah mengatakan semua itu Altea pun memutuskan sambungan teleponnya.
"Ada apa?!" Don bertanya pada Clarinda yang terlihat aneh setelah menerima telepon dari seseorang.
"Altea, ingin bertemu dengan kita," jawab Claridan sembari menatap Don.
"Baiklah—kita temui, Altea!" Don berkata sembari menggenggam tangan wanita yang ada di depannya itu.
Mereka pun pergi menuju tempat yang sudah ditentukan oleh Altea, sebuah restoran yang tidak terlalu banyak pengunjungnya. Clarida menyapu sekeliling untuk melihat di mana sang adik berada. Dia melihat Altea melambaikan tangannya lalu Claridan dan Don berjalan mendekat ke arah Altea.
"Ada apa kau memanggilku?" Clarida bertanya sembari duduk di depan sang adik, begitu juga Don yang duduk di samping Clarinda.
Altea terdiam, dia memanggil seorang pelayan lalu memesan makanan yang biasa mereka pesan. Pelayan pun meninggalkan mereka setelah mencatat semua pesanan.
"Sebaiknya kalian menikah di Barcelona!" ucap Altea pada sang kakak.
"Mengapa kau menyuruhku untuk menikah di sana?" Clarinda bertanya pada sang adik karena penasaran mengapa dia bisa mengatakan semua itu.