Claire menjerit histeris saat kakinya digenggam dan ditarik di bawah sana, Claire dan Pras sedang berada di dalam rumah hantu.
Mereka mencoba beberapa wahana disana, Claire telah selesai dengan acaranya bersama teman lamanya.
Claire sudah kembali bersama Pras sekarang, Pras menjemput Claire masih tanpa tujuan pasti, Pras ingin mengajak Claire jalan, tapi tak tahu arah tujuannya.
Claire lantas mengajak Pras untuk mendatangi wahana permainan, mereka bisa bersenang-senang disana bersama dengan berbagai permainan.
Pras setuju dengan itu, karena memang tak punya tujuan lain, Pras menyetujui usulan Claire, mereka telah menemukan lokasi pertamanya, yaitu rumah hantu.
Claire sempat menolak, tapi Pras memaksanya, dan sekarang Claire sangat panik berada di dalam sana.
Jeritan Claire yang terdengar terus menerus itu justru membuat Pras tertawa, ketakutan Claire terasa sangat menghibur baginya.
"Keluar, mana pintu keluar ?"
"Baru juga masuk, masih jauh"
Claire memeluk erat tangan Pras, ketakutannya bukan main-main, Claire takut meski Claire tahu hantu disana juga sama manusia, atau bahkan sekedar mainan.
Claire kembali menjerit, saat telinganya mendengar suara seram, Claire tak bisa melihat apa-apa, bahkan Pras pun tak mampu dilihatnya.
"Tuli nih aku lama-lama, kamu teriak terus, tenang sedikit bisa gak"
"Keluar"
Claire memukul Pras dan menghentakan kakinya, kenapa Pras tidak mengerti kalau ketakutan Claire adalah kebenaran.
"Cepat makanya jalannya, jadi biar bisa cepat nemu pintu keluar"
"Ya gimana jalannya juga gak kelihatan, udah dibilang jang .... aaaaa tuh kaaaaaan"
Jerit Claire lagi, penghuni sana menarik tangan Claire sekilas, jantung Claire berpacu sangat cepat, rasanya Claire ingin pingsan saja, tapi kenapa tidak bisa.
"Aku balik lagi aja ke pintu masuk, biar dekat"
"Ya udah sana, lepas ini tangannya"
"Ah gak mau, antar dulu kesana"
"Enggak, awas ah"
Pras melepas paska tangannya dari Claire, tapi sulit, tenaga Claire benar-benar dihabiskan untuk menahan Pras agar tetap bersamanya.
"Katanya mau balik lagi"
"Kamu juga"
"Aku mau lanjut sampai selesai, kamu lemah ah kaya gini doang takut"
"Berisik"
Claire mencubit pinggang Pras dengan kesal, lelaki ini kenapa begitu egois sekarang, hanya memikirkan kesenangannya sendiri, tak peduli dengan ketakutan Claire saat ini.
"Mana nih hantu, aku kasih nih cewek lemah"
"Berisik, jahat sekali kamu"
Pras sedikit tertawa (praanng) keduanya sama-sama terlonjak saat ada benda jatuh dihadapannya, Claire tertawa saat ini.
"Takut juga kan kamu, sombong sih"
"Enak aja, aku gak takut, kaget doang"
"Alasan"
Mereka kembali berjalan dengan tenang, untuk jarak yang lumayan jauh, Claire tak lagi terdengar menjerit.
Pras merasa tenang dengan itu, Claire akhirnya diam dan menikmati perjalanannya, Claire hanya sesekali tersentak karena kaget mendengar suara-suara yang ada disana.
Perjalanan mereka sudah jauh, dan mereka telah menemukan titik terangnya, mereka berhasil keluar dari dalam sana.
Pras melirik Claire saat mereka telah di luar, Claire terlihat enggan membuka matanya, kedua matanya tertutup dengan kuat, dan pelukan Claire di tangan Pras juga masih sangat kuat.
"Buka mata mu nona manis"
Claire menggeleng, kalau Claire membuka mata maka ia akan kembali menjerit terus dan terus.
"Buka matanya, mau lihat apa kamu kalau kaya gitu"
"Takut, makanya ayo keluar"
"Keluar kemana"
"Keluar, jangan disini, takut"
"Takut apa sih, makanya buka matanya, gak dengar kamu orang ramai kaya gini"
Claire mengernyit, membuka matanya perlahan, Claire mengerjapkan matanya berkali-kali, menormalkan penglihatannya yang kabur karena terlalu lama dan terlalu kuat terpejam.
"Nah .... apa, ada apa"
Claire menoleh dan tersenyum, melepaskan tangannya dari tangan Pras, Claire berlalu begitu saja meninggalkan Pras.
"Mau kemana ?"
"Makan, lapar perut"
Jawab Claire tanpa menoleh, Pras menggeleng dan berlari menyusulnya.
Kasihan sekali dia, Claire memang sudah mengeluh lapar sebelum masuk ke tempat gelap tadi.
Tapi Pras memaksanya untuk masuk terlebih dahulu, baru kemudian mereka akan mencari makan.
"Tunggu dong, aku ditinggal gitu aja sih"
"Biarin aja, aku marah sama kamu"
"Kok marah"
Claire menggeleng tak lagi menjawab, Pras tersenyum, tangannya terangkat merangkul Claire dan menariknya agar mendekat.
Keduanya sama-sama tersenyum, mereka mencari tempat makan yang menunya sesuai.
Memilih tempat duduk yang memang menurut mereka nyaman.
Claire dan Pras selalu seperti itu, mereka seperti tidak berjarak, ketika akur dan ribut sekali pun.
Kala mereka ribut, memang sudah pasti berdebat, saling menyalahkan dan saling menceramahi.
Mereka juga tak jarang saling mendiamkan, tapi itu tidak pernah berlangsung lama, kemarahan mereka hanya sesaat saja, jika mereka ribut siang hari, saat sore pasti sudah baik lagi.
Melupakan semuanya dan seperti memulai lagi dari pertama, baik Claire atau pun Pras, mereka tak pernah memperpanjang masalah, keributan mereka hanya kekesalan sesaat.
Agar masing-masing dari meraka tahu, kapan marah dan tentang apa saja amarah itu bisa keluar.
Itulah yang mungkin menjadi kunci utama kebersamaan mereka, kedekatan mereka, keakraban mereka, dan semua yang menyatukan mereka berdua.
"Silahkan"
Pesana mereka tampaknya sudah datang, Claire tak bisa lagi mehan rasa laparnya, Claire tak perlu jaga image saat bersama Pras.
Claire selalu tampil apa adanya bersama lelaki itu.
Claire melahap makanannya setelah pelayan itu pergi darinya, waktu memasaknya terasa sangat lama, Claire sudah sangat kehabisan tenaga karena harus menahan lapar sejak tadi.
"Enak gak ?"
"Gak enak sebenanrnya, cuma karena lapar jadi enak aja"
"Kenapa pesan itu ?"
"Ya kan gak tahu disini yang enaknya menu mana, jadi ya asal aja, yang penting kenyang dulu"
"Bisa ya kaya gitu"
"Bisa .... udah kamu makan ah, berisik"
"Cewek kok gitu banget"
"Biar sajalah, udah cepat makan"
Pras mengangguk dan mulai melahap makanannya, Pras selalu suka melihat Claire makan seperti itu.
Claire istimewa dengan segala sikap dan sifat yang apa adanya diri Claire, membanggakan dan saat memalukan juga Claire tak peduli.
Claire hanya berteman dengan mereka yang mau bersamanya ketika sikapnya memalukan, bukan dengan mereka yang hanya ingin melihat Claire anggun dan berwibawa.
Sosok Pras memang tak mampu seperti Claire, Pras lebih berusaha menjaga imagenya dihadapan semua orang, termasuk Claire sendiri.
Pras paling enggan jika ditertawakan orang lain hanya karena kekonyolannya, Pras mungkin lebih pada berkedok, tapi meski begitu Claire bisa melihat sedikit demi sedikit tentang pribadi Pras yang sebenarnya.
Dan Claire tidak mempermasalahkan itu, selama Pras juga tidak mempermasalahkan sikap dan sifat apa adanya Claire.
Kebersamaan itu hanya perlu sikap penerimaan yang baik, saling menghargai dan menjaga satu sama lain, menjaga fisik dan hatinya masing-masing.
Tidak sampai membuat orang lain mentertawakan mereka, karena ulah dari salah satunya.