Claire keluar dari kamar penginapannya, pagi ini Claire harus menemui customer yang mengeluh dengan barang yang dijual perusahaan tepat kerja Claire.
Mereka menolak untuk dilayani para salesnya, inginnya langsung bertemu Claire saja, dan Claire juga tidak keberatan dengan itu.
Claire memasuki mobilnya, melajukannya menuju tempatnya membuat janji dengan customer itu.
Claire juga mengajak Dika, salah satu sales yang di tempatkan di kota tersebut, Claire juga tak ingin pergi sendiri, Claire harus mengerti terlebih dahulu tentang masalah yang ada.
Claire juga harus mendengarkan penjelasan salesnya juga, selain dari mendengarkan keluhan custormernya.
"Ayo masuk"
Ucap Claire yang hanya membuka kaca mobilnya, Dika mengangguk dan memasuki mobil Claire, mereka bersama menemui costumer yang sudah menunggunya.
"Bu, apa mereka memarahi ibu ?"
"Tidak, mereka bicara dengan baik, hanya memang sedikit memaksa, tapi tidak masalah"
"Maaf ya bu, tapi saya sudah berusaha"
"Tidak masalah, hari ini kita akan selesaikan masalanya sama-sama"
Dika mengangguk, memang hanya Dika yang diajak Claire sekarang, karena costumer juga hanya mengeluh tentang Dika.
Claire sudah biasa mendapat masalah seperti ini, di berbagai kota lainnya, jadi Claire tidak pernah mempermasalahkan hal seperti ini.
Selama Claire bisa melihat tanggung jawab dari salesnya yang bersangkutan itu sendiri.
"Berapa banyak barang yang dibelinya ?"
"Memang banyak bu, karena dia memang buka toko besar yang khusus jual minuman"
"Emmm .... pantas saja kalau seperti itu"
"Iya tapi kan harusnya bisa lebih ngerti jika ada kenaikan harga pasaran, itu kan umum"
Claire tersenyum dan mengangguk, itu memang benar, tapi yang namanya orang belanja banyak memang sering kali menawar dibawah standartnya.
"Masih jauh bu ?"
"Kenapa, kamu ada janji dengan costumer lain"
"Iya ada bu, nanti jam 2"
"Oh .... masih sempat kok, kita gak akan sampai dua jam"
"Iya bu, soalnya costumer yang ini bawel banget, jadi saya harus datang sebelum dia datang"
"Gak apa-apa bawel, yang penting menghasilkan banyak buat kamu"
"Iya sih memang lumaya hasilnya"
Claire tersenyum, mereka telah sampai di tempat tujuan, Claire lantas memarkir mobilnya.
Keduanya turun, dan memasuki gedung yang jadi tempat pertemuan mereka hari ini.
----
Berbeda dengan Claire memiliki kesibukan, Pras justru terlihat begitu santai hari ini.
Tak ada yang bisa diajaknya untuk makan siang, Claire sedang di luar kota sekarang.
Biasanya kalau Pras sedang sendiri seperti sekarang, Pras akan meminta Claire untuk menemaninya.
Tapi sekarang tidak bisa, Claire sedang jauh disana bersama dengan kesibukannya dan juga para salesnya.
Pras harus mengerti itu, karena ini bukan kali pertamanya Claire pergi ke luar kota, Claire sudah biasa menempuh perjalanan jauh seperti itu.
Menginap beberapa hari di tempat yang memang mengharuskannya tinggal, dan disaat itulah Pras akan merasa sendiri dan sepi.
Meski begitu, Pras tidak bisa apa pun karena yang dilakukan Claire adalah kewajibannya untuk perusahannya.
Pras juga tak pernah berniat mencari teman lainnya untuk menggantikan Claire, Pras akan menikmati kesendiriannya tanpa Claire.
Bukan tak ada teman lain, tapi disaat seperti ini memang hanya Claire yang bisa mengerti dirinya.
"Makan gak, ayo"
"Duluanlah, gak lapar"
"Bohong banget, udah jam makan siang masa iya gak lapar"
"Iya duluan ah, berisik, kaya cewek"
"Lu juga sensi, kaya cewek"
Pras tersenyum, dan menggeleng, sebenarnya dia ngajak makan atau ngajak ribut.
"Duluan ya"
"Udah dibilang dari tadi"
"Sabar kali ah"
Pras terdiam melihat kepergian temannya itu, Pras memang tidak lapar, nafsu makannya tidak ada karena Pras sedang ingin berasama Claire, tapi ternyata Claire tidak bisa bersamanya sekarang.
"Makan woy, bengong aja"
Pras kaget karena pukulan temannya, dan balik memukulnya dengan kesal.
"Sopan dikit jadi orang"
"Mohon maaf pak haji"
"Pak haji lagi"
Pras tersenyum dan menggeleng, terdiam melihat temannya yang makan dengan lahap.
Kenapa ia tidak makan di kantin saja, sejak kapan boleh makan di dalam.
"Makan sana, bengong mulu, ada masalah apa cerita dong"
"Masalah apa, orang gak ada masalah, jangan so tahu"
"Tahu makanya ngomong, mikirin Claire kan, ah udah gak akan salah, makanya buruan nikahin jangan dilama-lama terus, dilamar orang baru tahu"
Pras sedikit tertawa mendengar ucapan temannya itu, kenapa dia begitu so tahu tentang hubungannya dengan Claire.
Kenapa tiba-tiba suruh nikahin saja, Pras menggeleng tanpa menjawab apa pun.
"Tapi cantik loh, sumpah .... sayang banget kalau diembat orang, belum tentu nemu kaya gitu lagi"
"Nemu difikir karet gelang, bisa nemu sembarangan aja"
"Ya makanya, perjelas semuanya, lama lu lelet banget jadi laki"
"Apanya yang di perjelas"
"Hubungannyalah, mau putus atau mau nikah gitu dong"
"Putus, siapa yan pacaran sih"
"Alaaaah udah gak usah ditutup-tutupi, semua juga udah tahu kali"
"Tahu apa, semua hanya so tahu"
"Benar nih .... serius gak ada apa-apa, jangan marah ya kalau berpaling nanti"
"Kesiapa ?"
"Ini"
Ucapnya sambil menunjuk dadanya sendiri, Pras langsung memukulnya tanpa permisi.
"Kan katanya gak ada hubungan apa-apa, Claire bebas dong mau sama siapa juga"
"Gak bisa, enak aja"
"Makanya maju dong, jangan gantung gitu, gak jelas"
"Udah makan-makan ah, berisik terus, keselek nanti"
"Dikasih tahu juga, minat ah dipepet dikit boleh dong, persaingan sehat aja"
"Awas aja kalau berani"
Ucap Pras yang kemudian berlalu, kenapa Pras merasa kesal dengan semua ucapan yang tadi didengarnya.
Padahal biarkan aja kalau memang Claire mau sama dia, Pras yakin Claire juga gak akan mau, Claire kan cukup hati-hati memilih teman dekat .
"Cuma aku yang bisa Claire, gak akan ada yang lain"
Pras tersenyum dan mengangguk, entah kemana arah fiki Pras saat ini, yang jelas Pras kesal dengan ucapan temannya itu.
Kenapa dia menganggap Claire seperti barang yang bisa dipinjamnya kapan saja, seenaknya saja mulutnya bersuara.
"Kalau pun memang ada yang harus dipilih Claire, udah pasti aku, kita udah sehati sejak bertahun-tahun lalu"
Pras mengangguk, mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Claire disana.
Pras menunggu kabar dari Claire tapi belum juga datang, kemana dia .... kenapa tidak mengabari Pras sampai detik ini.
Apa sesibuk itu disana, sampai jam makan siang pun tak sempat bermain ponsel.
Pras memasuki kantin memilih menu makanan yang diinginkannya, sambil terus berusaha menghubungi Claire yang jauh disana.
Tapi kenapa susah sekali, Claire tidak juga menjawab panggilan Pras, kegiatan apa yang sedang dilakukannya disana.
Berani-beraninya mengabaikan Pras seperti itu, Claire akan tahu akibatnya nanti kalau dia balik menghubungi Pras.
Pras akan mengomelinya sampai puas, enak saja mengabaikan kekhawatiran Pras seperti itu, sangat tidak bisa diterima.